MOJOK.CO – Ada kata “sekut”, ada kata “bo’il”, ada kata “polkis”—ini semua asalnya dari mana, sih? Apa? Bahasa prokem? Apaan tuh?
Dalam salah satu bulir Sumpah Pemuda, bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia . Bahasa inilah yang kemudian kita pakai sehari-hari buat berkomunikasi, ngerjain ulangan di sekolah, bikin makalah, mimpin rapat, nulis artikel, dan lain-lain, hingga sesuatu terjadi, yaitu…
…bahasa Indonesia kadang-kadang terasa tidak “bahasa Indonesia-bahasa Indonesia banget”.
Dalam KBBI, kata-kata bahasa Indonesia telah dikumpulkan dan disusun sedemikian rupa sehingga kita bisa dengan mudah memahami bahwa suatu kata sudah dibakukan dan artinya pun bisa dimaknai. Tapi nyatanya, jauh sebelum sebuah kata masuk ke KBBI, kata-kata ini “beterbangan” dan membuat kita bertanya-tanya apa maknanya. Kebanyakan, variasi bahasa Indonesia juga memengaruhi hal ini, yaitu dengan adanya…
*JENG JENG JENG*
…bahasa prokem!!!11!!!!
Bahasa Prokem, Bahasa Gaul Paling Tua di Indonesia
Istilah “prokem” mungkin terdengar sedikit asing buatmu, tapi sesungguhnya bahasa prokem merupakan ragam bahasa (gaul) Indonesia yang paling populer. Maksud saya, siapa, sih, yang nggak pernah mendengar kata “bokap”? Ia adalah salah satu produk prokem, Gaes-gaesku~
Bahasa ini menjadi populer karena dipublikasikan oleh Teguh Esha, setelah mewawancarai mantan narapidana bernama Hasan Dollar (1976). Bahasa ini digunakan Hasan sebagai bahasa sandi untuk berkomunikasi dengan kawan-kawannya.
Bahasa prokem memang disebut-sebut bahasa preman. Yang menggunakannya pun tahu bahwa istilah-istilah di dalamnya adalah sandi agar tidak dimengerti oleh pihak lain. Tapi, yah, thanks to Teguh Esa, sandi-sandi ini sudah tidak lagi menjadi “sandi-sandi banget” karena jadi populer. Bahkan, ia menuliskannya pada sebuah novel berjudul Ali Topan Wartawan Jalanan!
Pembentukan Kata dalam Bahasa Prokem
Konon, bahasa prokem dibentuk dari penambahan “ok” di beberapa katanya. Seperti pada kata “bokap”, prosesnya dimulai dari memotong kata “bapak” menjadi “bap”, kemudian disematkan “ok” di tengahnya hingga menjadi “bokap”. Hal yang sama terjadi pada kata “nyokap” (ibu), “bokis” (bisa), “plokis” (polisi), hingga “bokep”.
Proses pembentukan kata lainnya muncul dengan cara membalik urutan tiga huruf pertama. Pernah dengar, kan, kata “boil” yang berarti “mobil”? Atau, kata “ja’ing” yang adalah “anjing”?
Yang tak kalah unik, bahasa prokem juga terdengar sangat “ramah bahasa Indonesia”. Apa pasal? Soalnya, mereka menggunakan majas metafora, misalnya “laler ijo” untuk merujuk pada “tentara” dan “ubi” sebagai “granat”. Gimana? Mereka bahkan lebih majas-friendly daripada kamu, kan?!
Lalu, bisakah bahasa prokem berasal dari sumber lain?
Beberapa tahun belakangan, kata-kata gaul ini kembali meroket. Salah satu yang paling sering terdengar adalah kata “sekut” yang saya pikir artinya sama dengan “sikut”, sebelum akhirnya saya yang diketawain sama seorang teman.
Karena gondok, saya pun bertekad mencari tahu “sekut” itu apa, dan akhirnya menemukan akar katanya, yaitu…
…”sekut” berasal dari bahasa Arab yang bermakna “diam”.
Saya kian bertanya-tanya. Kalau artinya “diam”, kenapa temen saya hobi banget bilang, “Sekut!” seolah-olah menunjukkan kekaguman atau merayakan sesuatu? Masa temen saya kagum sambil teriak-teriak, “Woy, diam! Diam!” gitu???
Usut punya usut, “sekut” tampaknya sudah menempuh banyak perjalanan kata di sepanjang hidupnya. Ia lahir dari bahasa prokem pada tahun 80-an (tua juga, ya?!) dan kini mulai populer kembali karena dipakai dalam ragam bahasa sehari-hari, salah satunya oleh seorang penyiar radio, Gofar Hilman. Dalam perkembangannya, “sekut” sering diartikan sebagai “santai” atau “keren”. Namun, pada beberapa konteks, diyakini pula ia berarti “takut”, “panik”, atau “khawatir”.
Hal ini agak-agak mirip dengan kasus kata “bokis”. Kalau beberapa orang mengenal kata “bokis” bermakna “bohong”, nyatanya kata ini bermakna asli “bisa”, atau “bisa-bisanya”.
Bahasa Gaul Prokem Masuk KBBI?
Bahasa gaul, termasuk bahasa prokem, adalah variasi bahasa sebagai akibat variasi sosial. Ia dimulai sebagai pembeda identitas kelompok tertentu sehingga penggunaannya pun terbatas.
Tapi, mungkin nggak, sih, kalau bahasa ini masuk ke KBBI yang sifatnya nasional?
Jawabannya: ya mungkin, lah. Di dunia ini, apa sih yang nggak mungkin selain bersatunya kamu dengan si dia???
Pada dasarnya, asalkan bahasa gaul prokem ini memenuhi syarat-syarat khusus, ia pun bisa masuk ke KBBI untuk dicatat sebagai produk bahasa yang “resmi”. Tentu, ia bakal diberi label sendiri yang menyatakan, misalnya, bahwa ia merupakan produk bahasa percakapan.
Syarat kata untuk masuk ke KBBI itu sendiri adalah: 1) unik; 2) sering dipakai orang; 3) layak didengar; 4) tidak menimbulkan konotasi negatif; dan 5) bisa dibentuk dalam sistem kata bahasa Indonesia.
Artinya, kalau kamu berharap kata-kata seperti “sekut” masuk ke KBBI, kamu tahu kan harus ngapain???
Ya nggak usah ngapa-ngapain, lah. Emang kamu belum tahu, ya, kalau berharap itu bisa bikin sakit hati nggak ketulungan?