MOJOK.CO – Mojok Institute melakukan sensus kepada para netizen Twitter, Facebook, dan Instagram untuk mencari tahu pertimbangan seseorang saat melamar kerja.
Baru-baru ini media sosial ramai soal permintaan dari seorang fresh graduate Universitas Indonesia, yang bilang kalau nggak terima (((cuma))) digaji 8 juta oleh calon perusahaan yang sedang ia lamar. Baginya, sungguh nggak pantes kalau lulusan kampus sekelas UI hanya digaji di tataran grade segitu doang. Yang bikin banyak netizen “naik pitam” soal pernyataannya, karena ia membedakan kelayakan gaji untuk seorang lulusan UI dengan kampus lain.
Akan tetapi, sebetulnya apa cuma gaji sih, yang jadi pertimbangan kita saat melamar kerja di suatu tempat? Apa iya, nggak ada aspek dan indikator lain yang bisa memengaruhi? Oleh karena itu, untuk mengulik-ngulik perihal ini, Mojok Institute memutuskan untuk menanyakannya pada jamaah Mojok melalui Twitter, Facebook, dan Instagram. Kira-kira mereka ini melamar kerja di suatu tempat, karena apanya, sih?
Hasil Sensus
Nama Besar Perusahaan atau Institusi
Memilih perusahaan besar atau intitusi yang punya nama besar, ternyata menjadi sebuah pertimbangan. Bagi sebagian orang, pekerjaan itu soal gengsi! Bekerja di sebuah perusahaan atau institusi besar adalah sebuah jaminan dianggap keren oleh orang lain. Apalagi saat musim reuni datang. Jelas, mudah membuat respek teman lama.
Akan tetapi, tidak hanya sampai di situ. Sebetulnya, bekerja di perusahaan besar juga memudahkan kita saat ditanya, “kerja di mana?”. Percayalah, bekerja di media kecil seperti kami, butuh waktu yang panjang untuk menjelaskan: apa yang kami kerjakan untuk memeroleh penghasilan.
Jenjang Karier
Setiap orang yang bekerja, tentu menginginkan posisi yang lebih baik seiring masa kerja. Alias, capek kalau terus-terusan disuruh yang itu-itu aja. Selain bikin otak nggak berkembang, tentu saja nggak berpengaruh baik bagi cuan-cuan si bahan bakar kelangsungan hidup dan belanja skincare. Jadi, jenjang karier adalah suatu hal yang bisa jadi patokan. Kalau pekerjaan yang akan dilamar tersebut punya masa depan! Dan siapa tahu, bisa turut mengubah nasib keluarga!
Aturan Kerja dan Jam Kerja
Dari seluruh populasi manusia yang ada di bumi, mungkin cuma 1 % yang suka diatur-atur. Ya, betul, dia adalah bucin yang bersedia disuruh apa saja sama gebetannya demi bisa diajak berkomitmen. Sebetulnya, nggak ada orang yang suka diatur-atur. Apalagi generasi sekarang. Nggak heran kalau banyak yang menginginkan bisa memperoleh pekerjaan yang memberikan keleluasaan untuk datang jam berapa, pulang jam berapa, kerja di mana, pakai baju apa, dan lain sebagainya. Asalkan kerjaan mereka kelar.
Memang sih, kelihatannya fleksibel dan nyantai itu enak banget. Tapi yang nyantai-nyantai gini, biasanya malah nggak punya batasan. Kerja jam berapa aja = kita bisa dikasih kerjaan sewaktu-waktu atau 24 jam. Kerja di mana saja = kita bisa dikasih kerjaan pas di tengah-tengah nonton bioskop sekalipun.
Oleh karena itu, ada pula yang melamar kerja di sebuah perusahaan asalkan perusahaan tersebut punya aturan kerja yang berkesesuaian dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan.
Lokasi Tempat Kerja
Melamar kerja yang punya lokasi dekat dengan tempat tinggal atau kemudahan akses menuju lokasi, juga menjadi pertimbangan lain. Tentu saja, ini berhubungan dengan biaya akomodasi yang dikeluarkan setiap harinya. Serta tenaga yang dikeluarkan setiap berangkat dan pulangnya. Keamanan jalan menuju tempat kerja, juga perlu dipikirkan. Jangan sampai, kalau tiba-tiba harus pulang malem karena lembur membuat kita jadi susah-susah sendiri.
Rekan Kerja
Hal lain yang juga menjadi pertimbangan adalah soal tipikal orang-orang yang bekerja di sana. Apakah kita akan merasa nyaman berada dalam lingkungan pertemanan mereka? Ataukah malah merasa akan sulit bergaul? Akan tetapi, biasanya hal ini baru bisa dirasakan kalau sudah masuk kerja dan merasakan betul lingkungan kerjanya. Ya, sekitar 2-4 minggulah. Rekan kerja beserta para bos-bosnya inilah yang biasanya berpengaruh terhadap bertahan tidaknya kita berada di sana.
Tapi ada pula orang-orang yang mempertimbangkan soal populasi lawan jenis di kantor tersebut. Demi program “kenalan aja dulu” yang lebih baik.
Passion
Ya, kalau ini mah, udah jelas ya. Kan tren sekarang itu, kalau kerja harus sesuai passion, tauk! Apalah itu gaji tinggi. Kalau nggak sesuai passion mah, sama aja. Hidup tuh, kayak nggak ada artinya.
Jawaban Terbaik
Seperti biasanya, berikut Mojok Institute umumkan jawaban terbaik versi kami yang berhak mendapatkan hadiah:
@realazm nglamar kerja? nawarin posisi kerjaan keleeess…
@TomAndHeri Gaji berapapun, jika hatimu tidak bersyukur ya ga bakalan cukup