Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

Klub Bola Favorit Saya adalah Klub Bola Warisan

Andhika Gilang oleh Andhika Gilang
24 Juni 2017
A A
BALBALAN AFI Mojok

BALBALAN AFI Mojok

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Kebetulan saya lahir di Bantul di keluarga penggemar Setan Merah, Manchester United. Seandainya saja saya lahir di London apakah ada jaminan bahwa saya memuja tepisan Edwin Van der Sar atas penalti Anelka di final Liga Champions tahun 2008? Tidak. Bisa jadi saya malah suka berkeliling di dekat White Hart Lane sambil mengolok-olok Yahudi Tottenham dengan gestur tangan ala Nazi.

Saya tidak bisa memilih dilahirkan menjadi saudara Erick Thohir, lalu diberi kepercayaan untuk mengelola Inter Milan dan menjadikan Djajang Nurdjaman menjadi pelatih untuk mengangkat performa tim agar tak terus-terusan diejek klub tetangga satu kontrakan Stadion San Siro.

Saya tidak bisa memilih dari mana saya akan lahir dan di stadion mana saya akan besar setelah dilahirkan. Kaos tim bola saya warisan, nama yang tercetak dibelakangnya warisan, bau keringat yang masih merebak juga warisan.

Untungya, saya belum pernah bersitegang dengan orang-orang yang memiliki warisan berbeda-beda. Karena saya tahu mereka juga tidak bisa memilih kaos klub bola apa yang akan mereka terima sebagai warisan kaos kekecilan dari kakaknya

Setelah beberapa tahun kita lahir, pahitnya pengalaman kalah taruhan menentukan klub bola jagoan, pemain kesukaan, wasit favorit, dan WAGs idola, kita mati-matian membela klub andalan kita.

Sejak masih anak-anak, saya didoktrin oleh Diego Maradona bahwa sepak bola itu seperti agama. Saya mengasihani generasi labil 2000-an yang baru-baru ini mendukung Barcelona, sebab mereka hanyalah glory hunter yang tidak mendukung dengan hati.

Ternyata, teman saya yang suka dengan PSIM Yogyakarta juga punya anggapan yang sama terhadap rivalnya. Mereka mengasihani suporter PSS Sleman yang suka ngitaly dengan bilang “Ale-ale” padahal makannya masih saja tahu-tempe.

Maka, bayangkan jika kita menjalani hidup seperti adik-adik Cules yang walaupun dapat banyak trofi tapi tak ada ikatan emosi degan idolanya? Atau fasih melantangkan “Ale-ale” padahal kalau bangun kesiangan sering kecewa karena tempe di tukang sayur sudah habis diborong ibu-ibu komplek?

Eric Cantona mengatakan, “Anda dapat mengubah istri Anda, politik Anda, agama Anda, tetapi tidak pernah, tidak akan pernah bisa mengubah tim sepak bola favorit Anda.”

Salah satu karakteristik suporter garis keras memang saling mengklaim kemampuan klub favoritnya adalah yang terhebat. Mereka juga tidak butuh gelar juara, namanya saja “garis keras”. Fans Liverpool, misalnya. Mereka selalu merindukan warisan kejayaan Kenny Dalglish, “Next year will be our year!”.

Lantas pertanyaan saya, kalau bukan Manchester United, siapa lagi yang mengoleksi 20 gelar Liga Inggris, 12 Piala FA, 3 tropi Liga Champions, 1 tropi Europa League, 1 Piala Dunia Antarklub, dan memajangnya dalam almari di Old Trafford?

Apakah jika suatu kelompok dihuni oleh rakyat dengan klub bola favorit yang sama, hal itu akan menjamin kerukunan?

Tidak!

Nyatanya, ada kelompok yang masih rusuh juga padahal sama-sama ingin Arsenal mengakhiri puasa gelar liga Inggris. Maka jangan heran ketika sentimen loyalitas Arsene Wenger vs. keinginan mendapatkan gelar sesegera mungkin masih berkuasa, sisi kesetiaan van Persie, Samir Nasri, dan Cesc Fabregas mendadak hilang entah ke mana.

Iklan

Bayangkan juga seandainya masing-masing suporter menuntut agar klub kesukaannya diuntungkan oleh wasit. Maka, tinggal tunggu saja kehancuran esensi permainan sepak bola. Karena yang digunakan wasit untuk menentukan keputusan bukan seruan-seruan “Wasit goblok! Wasit goblok!”, melainkan FIFA Laws of The Game.

Dalam perspektif wasit, setiap tim yang bertanding boleh menyerang ke arah gawang lawannya, tapi mereka tak berhak memaksakan sepak pojok padahal pemain merekalah yang membuat bola keluar garis. Hanya karena merasa paling kuat, pemain tidak boleh menyerang, memukuli, dan menendang sang pengadil.

Suatu hari di masa depan, kita akan menceritakan pada anak cucu kita betapa wilayah Yogyakarta dan Solo nyaris tercerai-berai bukan karena diadu domba oleh VOC, tapi karena beberapa Pasoepati merusak mural lambang PSIM saat bertandang ke Bantul.

Ketika negara lain sudah bisa main di Piala Dunia dan pemain-pemainnya diincar klub papan atas Eropa, kita masih sibuk meributkan twitwar coach Justin Lhaksana soal parkir bus yang menurutnya merusak keindahan permainan sepak bola.

Kita tidak harus sama-sama mendukung satu tim bola. Marilah kita mendukung tim yang tidak sama. Kalau tim kita sama semua, nanti nggak ada yang bisa diajak taruhan.

Catatan redaksi: baca pelesetan tulisan Afi Nihaya Faradisa, “Warisan”, di sini dan di sini.

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2021 oleh

Tags: Klub BolaKlub Sepak bolaWarisan
Andhika Gilang

Andhika Gilang

Artikel Terkait

Berbalas Fiksi

Terus Terang Saja, Warisan adalah Tahi

15 Oktober 2018
Balbalan

Ulang Tahun PSIM Yogyakarta, Satu Tungku Tiga Batu dan Warisan Tiga Generasi

5 September 2018
arisan mojok
Status

Pelesetan “Warisan”, Lagi dan Lagi

6 Juli 2017
ESAI 20 tahun Harry Potter Mojok
Esai

Warisan, Versi 20 Tahun Harry Potter

27 Juni 2017
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.