MOJOK.CO – Keberhasilan transplantasi ginjal babi ke manusia ini dicapai ahli bedah di New York, Amerika Serikat. Capaian ini diharap dapat mengatasi kebutuhan cangkok organ.
Dilansir dari Reuters pada Rabu lalu (20/10), tim ahli bedah transplantasi di pusat kajian kesehatan New York University Langone Health dilaporkan telah berhasil melakukan eksperimen transplantasi ginjal babi pada seorang pasien koma karena mati otak dengan tanda-tanda disfungsi ginjal. Uji coba ini sudah mendapatkan izin dari keluarga pasien yang bersangkutan. Dengan keberhasilan ini, mungkin akan tiba waktunya kita ucapkan selamat tinggal pada praktik jual ginjal untuk membeli iPhone terbaru.
Menurut tim, selama tiga hari, ginjal baru yang telah dicangkokkan dapat menyatu dengan pembuluh darah pasien. Organ baru ini bisa dilihat secara langsung oleh para ilmuwan karena berada di luar tubuh pasien. Dr. Robert Montgomery, ahli bedah yang memimpin uji coba ini, mengatakan bahwa ginjal yang dicangkokkan terlihat berjalan “cukup normal”. Tidak terlihat tanda-tanda penolakan organ meski ginjal babi tersebut tidak dimodifikasi untuk ditransplantasikan ke primata non-manusia. Ginjal baru itu juga menghasilnya “jumlah urine sesuai yang diharapkan”. Tingkat kreatinina pasien yang semula abnormal—menunjukkan fungsi ginjal yang buruk—kembali normal setelah transplantasi.
Hasil uji coba ini tentu saja menjadi kabar baik di dunia transplantasi organ pada manusia. Di Amerika Serikat, menurut data United Network for Organ Sharing, LSM yang menjembatani pencarian organ, hampir 170 ribu orang menunggu dapat organ untuk transplantasi. Lebih dari separuhnya, sebanyak 90 ribu, adalah orang yang membutuhkan cangkok ginjal. Masa tunggu untuk mendapat organ ginjal rata-rata tiga hingga lima tahun.
Melihat kondisi ini, para ilmuwan telah bekerja selama beberapa dekade terakhir untuk membuka kemungkinan mentransplantasikan organ hewan ke dalam tubuh manusia, disebut dengan istilah xenotransplantasi. Tetapi, berbagai percobaan terhalang persoalan bagaimana mencegah reaksi imun dari tubuh yang menolak organ asing.
Tim ilmuwan yang dipimpin oleh Montgomery berteori bahwa mengeluarkan gen karbohidrat babi akan mencegah masalah tersebut. Gen tersebut adalah molekul gula atau glikan yang disebut alpha-gal. Oleh karena itu, babi yang digunakan bukan sembarang babi, melainkan babi yang telah menerima rekayasa genetika. Tim menggunakan ginjal dari babi GalSafe, babi yang telah direkayasa secara genetika hasil kembangan perusahaan bioteknologi AS, United Therapeutics Corp.
Menurut Montgomery, uji coba ginjal ini membuka jalan bagi percobaan lainnya pada pasien dengan gagal ginjal stadium akhir. Percobaan tersebut kemungkinan juga akan menguji apakah transplantasi ginjal babi ini akan bersifat sementara, untuk pasien sakit kritis sampai ginjal manusia tersedia, atau sebagai cangkok permanen. Eksperimen saat ini juga hanya mencangkokkan ginjal selama 54 jam pada pasien yang sudah koma. Setelah itu keluarga meminta alat penyambung hidup pasien dilepas dan pasien kemudian meninggal.
Dengan demikian masih ada pertanyaan, misalnya, apakah teknik ini bisa dilakukan pada pasien hidup dan apakah organ yang dipakai harus berasal dari hewan yang telah diutak-atik genomnya. Menurut laporan The Economist, United Therapeutics menolak permohonan wawancara mereka. Penelitian cangkok donor dari babi GalSafe juga belum diumumkan lewat jurnal.
Dengan demikian, akan ada percobaan di masa depan untuk mengungkap hambatan baru yang perlu diatasi. Para peneliti bekerja dengan ahli etika medis, hukum, dan agama untuk menelaah legalitas etis praktik ini sebelum menggelar eksperimen selanjutnya.
BACA JUGA Alasan Intel Pakai Sandi Polisi ‘Kijang 1″ Ternyata Sesederahana Itu dan kabar terbaru lainnya di KILAS.