MOJOK.CO – Pasar Kembang di Jogja tidak menjajakan bunga. Pasar Kembang atau yang lebih terkenal dengan istilah Sarkem merupakan lokalisasi tertua di Jogja.
Setiap ada teman yang merayakan wisuda atau momen bahagia, saya kerap menghadiahi bunga dari kawasan Kotabaru. Selain lokasi yang terjangkau, kios-kios di sana menjajakan berbagai jenis bunga dengan harga yang ramah di kantong. Mereka juga menyediakan jasa merangkai bunga untuk berbagai kebutuhan.
Setidaknya ada 15 kios penjaja bunga yang terletak di Jalan Ahmad Jazuli, Kotabaru, Yogyakarta. Tepatnya di sepanjang jalan sisi barat RRI. Belakangan baru saya tahu, kawasan itu bernama Pasar Bunga Kotabaru. Selama ini saya mampir tanpa memikirkan nama lokasinya.
Bagi yang pertama kali mengunjungi Jogja, jangan salah menyebut kawasan ini dengan Pasar Kembang atau Sarkem. Pasar Kembang adalah lokalisasi prostitusi yang berdekatan dengan Stasiun Tugu. Namun, melihat asal-usulnya, kedua pasar ini ternyata memiliki keterkaitan.
Dahulu terdapat banyak penjual bunga di sekitar Malioboro. Lokasinya tersebar, mulai dari depan kantor DPRD DIY hingga pintu masuk Stasiun Tugu. Sekitar 1955-an Pemerintah Kota Yogyakarta membuatkan kios-kios di Taman Kota atau yang sekarang menjadi parkiran Abu Bakar Ali. Selain membangun kios, Pemkot juga memberi pelatihan merangkai bunga kepada para penjual bunga. Lokasi itu kemudian lebih dikenal dengan nama Pasar Kembang Taman Kota Malioboro.
Kini tidak ada penjual bunga di Pasar Kembang
Seiring makin ramainya Malioboro, pada 1990-an Pemerintah Kota Yogyakarta kemudian memindahkan penjaja bunga dari Taman Kota Malioboro ke Kotabaru. Tidak ada penolakan dari para pengerajin bunga, padahal kawasan Kotabaru pada saat itu belum seramai sekarang. Bahkan, masih sering terjadi kasus kriminalitas.
Para penjual bunga di Taman Malioboro bersedia pindah ke Kotabaru dengan satu catatan, kawasan yang baru bisa menampung seluruh perangkai bunga. Pada saat itu ada kurang lebih 12 perangkai bunga yang dipindahkan.
Taman Kota Malioboro sudah bersih dari para penjual bunga, tapi identitas Pasar Kembang masih melekat di sekitar sana. Identitas itu menguat dengan penamaan Jalan Pasar Kembang yang membentang di sisi selatan Stasiun Tugu Yogyakarta. Nama itu kemudian menjadi sebutan untuk lokalisasi yang berada di sisi selatan jalan, Sarkem yang merupakan singkatan dari Pasar Kembang.
Penamaan lokalisasi dengan nama Pasar Kembang baru melekat sejak 1990-an. Jauh sebelum itu, lokalisasi tertua di Jogja itu lebih dikenal dengan nama Balokan. Menilik sejarahnya, lokalisasi di dekat Stasiun Tugu itu memang sudah ada sejak masa penjajahan Belanda.
Kemunculan lokalisasi di Jawa memang bebarengan dengan pembangunan jalur rel kereta api oleh Belanda pada 1884. Begitu pula dengan Balokan yang muncul seiring dengan hadirnya Stasiun Tugu yang beroperasi pada 1887. Lokalisasi hadir untuk memenuhi kebutuhan para pekerja. Sumber lain menyebut, lokalisasi sengaja dibentuk agar mata uang gulden yang digunakan pekerja dan tentara Belanda berputar di kawasan yang sama.
Ternyata lokalisasi sejak zaman penjajahan itu masih bertahan hingga sekarang. Sudah ada beberapa wacana untuk melakukan pembubaran kawasan tersebut. Namun, rencana itu berkali-kali gagal karena kondisi ekonomi warga sekitar mayoritas bergantung pada keberadaan lokalisasi ini.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA 5 Fakta Tentang Sarkem Jogja yang Tidak Banyak Orang Tahu
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News