Kemunculan Serat Darmagandhul
Pada 1879, muncul Serat Darmagandhul. Karya sastra Jawa yang berbentuk puisi tembang macapat. Bercerita tentang jatuhnya Majapahit akibat serbuan tentara Demak yang memperoleh bantuan dari Walisongo.
Serat ini merupakan narasi ulang Babad Kediri dan Suluk Gatoloco. Tokoh Gatoloco kembali muncul di sini, menjelma sosok bernama Ki Kalamwadi. Lalu, ada tokoh Darmagandhul yang namanya juga berkaitan dengan alat kelamin laki-laki. Darmagandhul, seseorang dengan “darma” atau tugasnya “gemandhul” atau bergelantungan.
Tokoh Darmagandhul kemudian menjadi kunci eksplorasi cerita yang lebih panjang dan kompleks Babad Kediri dan Suluk Gatoloco. Intinya sama: mengajak orang Islam di Jawa untuk kembali kepada agama leluhurnya.
Banyak spekulasi terkait kemunculan Serat Darmagandhul ini. Ada anggapan bahwa karya ini berkaitan dengan program misionarisme Kristen yang kala itu berkembang di Kediri. Sebab, di dalamnya terdapat seruan agar orang Jawa memeluk Kristen karena lebih dekat dengan agama leluhur.
Meski demikian, perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut.
Upaya propaganda pemerintah kolonial
Pasca-kekalahan Jawa dari Belanda di Perang Jawa pada 1830, pemerintahan kolonial memegang kepemimpinan politik di Jawa. Mereka lantas menciptakan lembaga pengetahuan baru bernama Javanologi di Surakarta. Tujuannya untuk mendefinisikan ulang kejawaan, membebaskan masyarakat dari pengaruh Islam.
Kemudian timbul perpecahan di tubuh masyarakat Islam di Jawa. Umat muslim terbelah identitasnya: abangan dan priayi. Peneliti naskah-naskah kuno Jawa, Nancy K. Florida mengatakan bahwa Belanda ingin mengajak orang Jawa kembali ke agama kunonya yang, bagi Belanda, lebih jinak dengan kekuasaan kolonial.
Proyek penelitian Javanologi pada zaman itu kemudian bersambut dengan program misionarisme Kristen yang saat itu berkembang di Kediri.
Babad Kediri, Suluk Gatoloco, dan Serat Darmagandhul menandai fase baru orang Jawa. Tiga karya yang merekam aspirasi sebagian orang Jawa yang hendak kembali ke agama leluhur. Keinginan yang sejalan dengan kepentingan pemerintah kolonial yang ingin meredam pemberontakan di Jawa.
NB: Artikel ini merupakan hasil penyaduran dari konten Jas Merah “SABDA PALON NAYAGENGGONG: PEMBELAH MASYARAKAT JAWA”. Tonton video lengkapnya di YouTube Mojokdotco.
Periset: Irfan Afifi
Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA Menelusuri Jejak Sabda Palon dan Kebencian kepada Islam di Jawa Melalui Babad Kediri
Cek berita dan artikel lainnya di Google News