InJourney memastikan pemasangan tangga angkut (stairlift) di Candi Borobudur bukan atas permintaan Prabowo, melainkan sudah masuk ke dalam rencana jangka panjang pengelola. Mereka juga memastikan pemasangan stairlift tak akan merusak situs budaya warisan budaya dunia itu.
***
Direktur Utama PT Aviasi Pariwisata Indonesia atau InJourney, Maya Watono, memastikan tak ada permintaan khusus dari Presiden RI Prabowo Subianto terkait rencana pemasangan stairlift di Candi Borobudur.
Sebelumnya, publik menduga rencana pemasangan tangga angkut–yang bebarengan dengan kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Kamis (29/5/2025)–merupakan “permintaan khusus” dari Prabowo untuk mempermudah akses naik candi.
Namun, Maya menegaskan kalau stairlift di Candi Borobudur bakal menjadi sarana permanen, baik untuk wisatawan umum maupun Bhikkhu yang hendak beribadah. Adanya stairlift ia sebut sebagai bagian dari rencana, alih-alih ada request khusus.
“Kami memastikan ini bukan bagian dari request khusus,” kata Maya saat ditemui di Borobudur, Selasa (27/5/2025). “Pemasangan stairlift sudah menjadi rencana jangka panjang pengelola, dan harapannya fasilitas itu dapat berkelanjutan serta bisa dinikmati juga oleh pengunjung lain.”

Pemasangan stairlift di Candi Borobudur tidak merusak batuan candi
Maya menambahkan, adanya stairlift di Candi Borobudur tidak akan menimbulkan kerusakan pada batuan candi. Nantinya, tangga angkut itu hanya bakal dipasang di satu (dari empat) pintu yang ada di candi, yakni pintu selatan.
“Kami tidak pakai paku, bor, atau melakukan penetrasi terhadap batu candi. Jadi kami menjamin tak akan menimbulkan kerusakan,” ujarnya.
Ia melanjutkan, stairlift yang dipasang sendiri bersifat portabel. Artinya dapat dibongkar dan dipasang ulang.
Rencana pemasangannya sendiri telah didasarkan pada standar Outstanding Universal Value (OUV) yang ditetapkan oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO.
Pihaknya juga telah melakukan kajian soal stairlift itu dengan melibatkan Kementerian Kebudayaan serta Museum dan Cagar Budaya Warisan Dunia Borobudur.
“Ada nilai-nilai yang tak mungkin kami langgar. Kami berkomitmen dengan itu,” tegasnya.
Akses yang inklusif bagi pengunjung lansia dan difabel
Maya juga menjelaskan pemasangan stairlift di Candi Borobudur selaras dengan prinsip inklusivitas yang menjadi komitmen pengelola. Inklusivitas menjadi penting karena memberi jaminan kepada masyarakat untuk dapat menikmati warisan budaya tersebut tanpa diskriminasi.
“Salah satu prinsip inklusivitas adalah memudahkan akses, khususnya bagi mereka yang sudah lansia atau kelompok penyandang disabilita. Fasilitas ini memudahkan mereka berkeinginan naik candi, tapi memiliki keterbatasan,” jelasnya.
Maya juga mencontohkan bahwa pembangunan stairlift sebagai manifestasi prinsip inklusivitas tak cuma ada di Candi Borobudur. Situs warisan budaya dunia yang berada di Yunani, Castle of Crete, bahkan sudah lebih dulu membangun ramp dan stairlift.
Angkor Wat di Kamboja juga menyediakan tangga khusus sebagai jalur dan rute yang lebih mudah diakses bagi kelompok lansia dan penyandang disabilitas.
“Kami memberi kesempatan yang sama kepada seluruh kelompok masyarakat untuk merasakan pengalaman menikmati candi.”
Pada kesempatan yang sama, Ketua DPD Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) Jawa Tengah Tanto Harsono, menyambut baik rencana ini. Menurutnya, ada banyak Bhikkhu yang berkeinginan naik ke puncak Candi Borobudur. Namun, tenaga mereka sudah tidak mampu lagi mengingat usia yang sudah lanjut.
“Dengan adanya tangga khusus ini, harapannya para Bhikkhu yang sudah berusia lanjut tetap bisa beribadah di puncak candi,” pungkasnya.
Reporter: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Cerita Seorang Muslim Ikut Menyambut Biksu Thudong di Candi Borobudur, Seperti Melihat Kyai Melaksanakan Ibadah Haji atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.