InJourney berkomitmen untuk memperkuat transformasi Candi Borobudur sebagai destinasi pariwisata kultural-spiritual dunia. Prinsip inklusivitas tetap dikedepankan, sebab setiap masyarakat berhak mengakses sekaligus mempelajari nilai-nilai yang terkandung pada situs warisan dunia tersebut.
***
Holding BUMN sektor aviasi dan pariwisata, PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney, menyebut bahwa penyelenggaraan perayaan Waisak 2569 BE/2025 di Borobudur semakin meneguhkan jalan transformasi yang dilakukan oleh mereka.
Menurut Direktur Utama InJourney Maya Watono, melalui rangkaian perayaan Waisak 2569 BE/2025 dan berbagai inisiatif strategis lain, pihaknya berkomitmen mentransformasi Candi Borobudur menjadi destinasi pariwisata. Tentunya tidak hanya mengedepankan nilai spiritual dan budaya, tetapi juga menjangkau seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang latar belakang.
“Candi Borobudur bukan sekadar warisan budaya dunia. Melainkan ekosistem pariwisata inklusif yang memuliakan nilai-nilai spiritual, toleransi, dan keberagaman,” kata Maya, melalui keterangan yang diterima Mojok, Senin (26/5/2025).
“Pengelolaan destinasi ini tidak hanya berfokus pada jumlah kunjungan dan keuntungan semata, tetapi juga pada kualitas pengalaman, pelestarian budaya, serta pemberdayaan masyarakat lokal,” tegasnya.

Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk memajukan kebudayaan nasional dan melestarikan cagar budaya sebagai bagian dari pembangunan yang berkelanjutan–yang tertuang dalam UU Pemajuan Kebudayaan Nomor 5 Tahun 2017.
Akses yang nyaman untuk lansia dan difabel
Prinsip inklusivitas di Candi Borobudur, sebagaimana disampaikan InJourney, menjadi penting karena untuk menjamin setiap masyarakat dapat mengakses, menikmati, dan menghargai setiap warisan budaya tanpa diskriminasi.
Dalam beberapa tahun terakhir, prinsip inklusivitas memang telah telah menjadi perhatian para pengelola dan pemangku kepentingan situs warisan budaya. Mereka membuat prakarsa-prakarsa untuk memastikan penerapan prinsip ini. Salah satu poin penting dari prinsip inklusivitas sendiri adalah aksesibilitas.
Oleh karena, InJourney berkomitmen untuk menciptakan pengelolaan dengan lingkungan yang inklusif dan ramah bagi semua orang. Khususnya penyandang disabilitas, lansia, termasuk para Bhikkhu dan umat Buddha dengan mobilitas yang terbatas.

“Melalui pendekatan inklusif, kontemplatif, dan berbasis komunitas, kami ingin menjadikan Borobudur sebagai rumah spiritual global dan model pengembangan destinasi yang berkelanjutan di Indonesia,” kata Maya.
“InJourney berharap kolaborasi semua pemangku kepentingan dapat terus ditingkatkan agar Borobudur tidak hanya menjadi ikon. Akan tetapi juga simbol pencapaian spiritual dan harmoni bagi generasi kini dan mendatang,” imbuhnya.
Belajar dari warisan budaya di negara lain
Tak cuma Candi Borobudur, situs warisan budaya dunia juga telah menginisiasi prinsip inklusivitas. Misalnya, seperti penambahan ramp dan lift untuk kemudahan akses, pembuatan jalur khusus untuk mempermudah akses, serta penggunaan teknologi untuk memastikan seluruh kelompok masyarakat dapat menikmati situs warisan budaya.
Salah satu situs warisan budaya yang sudah menerapkan inklusivitas adalah Castle of Crete di Yunani. Prinsip inklusivitas ditetapkan untuk memastikan warisan budaya Minoan dapat diakses dan dinikmati oleh semua orang, termasuk penyandang disabilitas dan kelompok dengan mobilitas terbatas.

Untuk itu, pengelola Castle of Crete melakukan peningkatan infrastruktur dengan membangun jalur khusus penyandang disabilitas, memperbarui koridor pengunjung, serta meningkatkan fasilitas di Istana Knossos.
Sementara Istana Phaistos dilengkapi dengan jalur akses yang ramah kursi roda dan tempat istirahat yang nyaman, yang memungkinkan pengunjung dengan mobilitas terbatas dapat menjelajahi situs ini
Tak cuma Castle of Crete, situs warisan dunia lain seperti Acropolis Athena (Yunani) dan Forbidden City (China) juga melakukan prinsipi serupa.

Bahkan, Angkor Wat di Kamboja sudah menyediakan tangga khusus sebagai jalur dan rute yang lebih mudah diakses bagi kelompok lansia dan disabilitas.
InJourney menjamin, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan pemangku kepentingan agar implementasi prinsip ini bisa tetap berjalan. Tentunya dengan tetap mengedepankan nilai-nilai spiritual dan kultural yang tidak mengancam ataupun merusak nilai universal luar biasa (outstanding universal value) Candi Borobudur. ***
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Cerita Seorang Muslim Ikut Menyambut Biksu Thudong di Candi Borobudur, Seperti Melihat Kyai Melaksanakan Ibadah Haji











