MOJOK.CO – Kasus kebakaran di Jogja sejak awal tahun 2023 ini cukup besar. Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY mencatat, sejak Januari hingga 22 Mei 2023 kemarin terjadi 48 kecelakaan di DIY.
Kasus kebakaran terakhir terjadi di Garasi Bus Maju Lancar, Jalan Wonosari, Pedukuhan Kalangan, Desa Baturetno, Banguntapan, Bantul pada Selasa (23/05/2023) malam. Satu bus hangus terlalapi api di garasi tersebut.
Angka kebakaran di Jogja saat ini termasuk cukup besar mengingat selama 2022 lalu, sebanyak 113 kebakaran terjadi di DIY. Kebanyakan kasus kebakaran terjadi di kawasan hunian selain di hutan dan lahan warga.
“Kasus [kebakaran di Jogja] terbanyak terjadi di Sleman yang mencapai 28 kejadian,” papar Manajer Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD DIY, Lilik Andi Aryanto, Jumat (26/05/2023).
Siagakan 1.800 relawan
Mengingat tingginya kasus kebakaran, untuk mengantisipasi kejadian yang sama selama musim kemarau ini, BPBD menyiagakan sekitar 1.800 relawan pemadam kebakaran (redkar). Mereka tersebar di seluruh desa atau kalurahan di lima kabupaten/kota di DIY.
Para relawan mendapat pembekalan teori maupun praktik pemadaman api untuk memasuki musim kemarau. Pelatihan ini penting mengingat potensi kebakaran perkiraannya lebih tinggi dibandingkan kondisi normal.
“Dari 1.800 relawan, sebanyak 1.000 orang sudah terlatih,” jelasnya.
Menurut Lilik, nantinya para relawan bertugas mencegah potensi bencana kebakaran. Hal ini sesuai dengan amanat Instruksi Mendagri (Inmendagri) Nomor 1 Tahun 2023.
Selain relawan, BPBD juga melatih organisasi perangkat daerah (OPD) untuk pencegahan hingga penanggulangan kebakaran.
“[Relawan] kami latih dari praktek pemadaman api itu bersama dengan kabupaten dan kota,” jelasnya.
Laporkan kejadian
Selain sosialisasi dan pencegahan, lanjut Lilik, para relawan juga bertugas melaporkan kejadian kebakaran kepada Dinas Pemadam Kebakaran. Mereka juga melakukan upaya pemadaman dini sebelum petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi kejadian.
“Kalau api belum besar mereka ikut memadamkan, tetapi kalau api sudah besar dan di luar jangkauan, maka mereka bertugas mensterilkan jalan karena biasanya saat kebakaran banyak warga yang menonton,” jelasnya.
Sementara untuk mengurangi risiko kebakaran selama kemarau, Lilik meminta masyarakat melakukan sejumlah upaya pencegahan secara mandiri. Diantaranya dengan menghindari berbagai aktivitas yang dapat memicu kebakaran.
“Masyarakat yang melakukan aktivitas outbound atau camping dengan menyalakan api unggun harus waspada, kalau acara sudah selesai harap api dipadamkan, tidak membuang puntung rokok sembarangan karena mungkin banyak pohon-pohon atau daun-daun yang kering,” imbuhnya.
Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Purnawan Setyo Adi