Pada tingkatan tertentu, rasanya tak berlebihan jika menyebut Sandiaga Uno punya tuah yang jauh lebih ekstrem daripada Midas, seorang raja dalam mitologi Yunani kuno yang terkenal karena kemampuannya untuk mengubah apa saja yang ia sentuh menjadi emas.
Ini tak berlebihan. Jika apa saja yang disentuh oleh Midas seketika berubah menjadi emas, maka yang bisa dilakukan oleh Sandiaga Uno jauh lebih dahsyat lagi: apa saja yang dibahas oleh Sandiaga Uno, seketika menjadi “permata”.
Tak percaya? Silakan lihat berbagai pemberitaan soal tempe yang dalam beberapa waktu terakhir ini menjadi sangat masif dan kolosal karena terus menerus dibahas oleh Sandiaga. Tempe berubah menjadi semacam “permata” bagi banyak media.
Tempe, yang bagi orang-orang kebanyakan tak lebih dari sekadar bahan makanan bisa menjadi isu dan topik yang serius dan layak untuk dikupas dari berbagai kacamata karena mendapatkan sentuhan Sandiaga.
Sejauh ini, Sandiaga setidaknya sudah tiga kali memberikan pernyataan soal tempe. Pertama sewaktu Sandiaga mengatakan tempe sekarang ukurannya tipis, setipis kartu ATM. Kemudian pernyataannya tentang tempe bungkus kecil yang ia sebut sebagai tempe sachet. Dan yang terakhir, Sandiaga menyatakan kekagetannya saat tahu bahwa ternyata ada tempe yang dibuat seukuran ponsel tablet.
Dari tiga pernyataan tersebut, yang paling sensasional adalah pernyataan sandiaga soal tempe yang setipis kartu ATM.
“Kita sangat khawatir, prihatin dengan keadaan ekonomi dan kita ingin menyuarakan aspirasi rakyat. Tempe katanya sekarang sudah dikecilkan dan tipisnya udah hampir sama dengan kartu ATM,” begitu Kata Sandiaga yang seketika menjadi pintu masuk bagi pemberitaan soal tempe yang terus berkesinambungan.
Di tangan Sandiaga, tempe mendadak berubah menjadi isu nasional yang strategis.
Pada lingkup yang lebih besar, pembahasan soal tempe ini bahkan sampai mengundang Presiden Jokowi untuk ikut meramaikan isunya.
Saat blusukan ke Pasar Suryakancana, Bogor, bersama Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto pada Rabu, 31 Oktober kemarin, misalnya, Jokowi dengan selonya membuktikan bahwa bahwa pernyataan Sandiaga tentang tempe setipis kartu ATM itu salah belaka.
“Ini sambil ngecek tempe naik atau tidak naik. Harganya tetap,” ujar Jokowi. “Tadi lihat sendiri. Ya tebal.”
Demi mendengar bahwa pernyataannya soal tempe ditanggapi oleh Jokowi, Sandiaga malah semakin atraktif dan menari-nari. Ia justru mengemukakan ide tentang semacam ekspedisi pencarian ukuran tempe.
“Sekarang kita lakukan the search for the size of tempe, kita lakukan pencarian tempe seperti apa ke depan. Ini menarik karena kita mengerucutkan pemilu ini ke satu diskursus tentang makanan yang paling favorit di Indonesia, yaitu tempe. Coba kita lihat bagaimana reaksi di seluruh rakyat Indonesia, baik dari kunjungannya Pak Jokowi dan saya,” kata Sandiaga. “Nanti kita berlomba-lomba melihat ini tempe di sini tebal, tempe di sini size-nya seperti ini.”
Entah apa yang membuat sandiaga begitu concern pada tempe, mungkin ia ingin memberikan semacam pengalaman semiotik, bahwa dunia politik kita memang seperti peribahasa Jawa populer: esuk dele, sore tempe (pagi kedelai, sore tempe), yang artinya plin-plan, tidak teguh pendirian, penuh janji-janji palsu, dsb.
Ya Tuhan, sungguh, rasanya baru di masa pemerintahan Jokowi, politik bisa sangat setempe ini.