MOJOK.CO – Perolehan suara yang kecil tak menjadi halangan bagi PPP untuk memasang target yang tinggi.
Kalau soal beringas dan trengginas, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mungkin menjadi contoh yang sangat relevan dan kontekstual. Lha gimana nggak trengginas, sebagai partai yang mendapatkan perolehan suara paling sedikit di antara partai-partai yang lolos ke senayan, PPP tetap berani pasang target tinggi.
Beberapa waktu yang lalu, misalnya, PPP melalui Ketua Umumnya, Suharso Monoarfa menyatakan mengincar jabatan Ketua MPR. Hal tersebut tentu saja adalah sebuah keberanian tersendiri, mengingat selama ini, belum pernah ada ceritanya Ketua MPR dijabat oleh kader partai dengan perolehan suara paling buncit.
Usaha untuk mendapatkan jabatan Ketua MPR tersebut tentu saja merupakan misi yang berat, mengingat PKB dan Gerindra, dua partai yang perolehan suaranya jauh di atas PPP secara terang-terangan juga mengincar jabatan Ketua MPR.
Dalam kondisi demikian, PPP agaknya mengamalkan ilmu sumber kencono: “Sing penting yakin.”
Nah, keberanian PPP nyatanya tak berhenti sampai di situ. Setelah berani mengincar jabatan Ketua MPR, PPP ternyata juga menargetkan mendapatkan jatah dua kursi menteri di dalam pemerintahan Jokowi periode 2019-2024 atau yang lebih dikenal sebagai Kabiner Kerja Jilid II.
“Insyaallah lebih dari sebelumnya. Minimal dua, Harapannya begitu,” terang Wakil Sekjen PPP Ade Irfan Pulungan saat dihubungi oleh CNN Indonesia. “Banyak kader PPP dengan berbagai kompetensi yang dibutuhkan dapat mengisi kabinet Pak Jokowi – KH Ma’ruf Amin.”
Hal tersebut tentu saja tak kalah beraninya. Pada periode sebelumnya, dengan perolehan suara sebesar 6,53 persen, PPP hanya mendapatkan jatah satu menteri, yakni menteri agama yang dijabat oleh Lukman Hakim Saifuddin. Sedangkan pada Pilpres tahun ini, dengan perolehan suara yang hanya 4,52 persen, PPP malah berani menargetkan bisa mendapatkan dua kursi menteri. Kurang berani gimana, coba?
Target tersebut nyatanya digarap dengan serius oleh PPP. Beberapa hari yang lalu, PPP bahkan sempat menyodorkan 15 nama kader yang dianggap layak untuk dijadikan sebagai menteri di Kabinet Kerja jilid II, yang mana dari 15 nama tersebut, salah satunya adalah Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa.
Mungkin sudah saatnya bagi PPP untuk mengubah kepanjangannya, bukan lagi Partai Persatuan Pembangunan, melainkan Partai Pokoknya Pemberani.
Dengan keberanian semacam itu, mungkin hanya tinggal menunggu waktu sampai PPP berani mencalonkan kadernya sebagai capres dan menawari PDIP atau Golkar sebagai wakilnya.