Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas

Sejarah Andong Jogja: Kendaraan Elite Keraton yang Jadi Penanda Status Sosial Masyarakat

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
10 November 2023
A A
Sejarah Andong Jogja: Kendaraan Elite Keraton yang Jadi Penanda Status Sosial Masyarakat MOJOK.CO

Andong di Malioboro yang kerap dikaitkan dengan suara langkah kuda di malam hari (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Saat berkunjung ke kawasan wisata Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, kita akan dengan sangat mudah menjumpai andong. Kendaraan roda empat yang ditarik kuda ini bisa kita jumpai berjejer di sepanjang jalan sambil beberapa kali para kusirnya menawarkan jasa.

Meskipun keberadaan andong begitu banyak di sepanjang Jalan Malioboro, nyatanya predikat “Kampung Andong” justru tersemata kepada salah satu kawasan di Bantul. Kawasan ini adalah Kampung Kenalan, Padukuhan Nglaren, Kalurahan Potorono, Kapanewon Banguntapan.

Saat kita mengunjungi Kampung Andong ini, sepanjang mata memandang bakal terlihat andong-andong terparkir di depan rumah. Sementara di halaman belakang terdapat kandang bagi kuda-kuda Pak Kusir.

Lantas, mengapa Yogyakarta punya kaitan yang erat dengan andong dan bagaimana sejarahnya?

Sapi lebih dulu eksis ketimbang kuda

Sejarah mencatat, sebelum masyarakat Nusantara lazim menggunakan andong pedati lebih akrab sebagai moda transportasi. 

Sekilas, antara pedati dan andong nyaris serupa. Bedanya memang hanya terletak pada jumlah roda dan hewan penariknya. Andong memiliki empat roda dengan kuda sebagai penariknya, sedangkan pedati beroda dua yang ditarik sapi.

Pedati sudah menjadi alat transportasi sejak masa kerajaan-kerajaan kuno. Raja Majapahit Hayam Wuruk, misalnya, dalam kunjungan-kunjungannya ke wilayah-wilayah vassal, ia menaiki pedati untuk rute perjalanan jauh.

Sementara rute dekat, tenaga manusia seringkali digunakan sebagai penariknya. Pedati masih jadi moda transportasi andalan sepanjang abad ke-14 dan ke-15.

Tenaga sapi, juga masih digunakan bertahun-tahun kemudian. Bahkan, dalam serangan Raja Mataram, Sultan Agung, ke Batavia pada abad ke-17, mereka masih menggunakan sapi. Tercatat, kala itu bala tentara Armada Bahureksa dari Mataram membawa 150 ekor sapi dalam penyerangan.

Awalnya andong tercipta buat kalangan elite saja

Memasuki abad ke-19, pedati mengalami transformasi. Jumlah rodanya ditambah. Hewan penariknya pun juga berganti menjadi kuda karena alasan lebih bertenaga dan cepat. Transformasi ini sekaligus menandai juga status sosial masyarakat kala itu.

Melansir laman Kemendikbud, ide soal andong pertama kali dicetuskan insinyur Belanda yang bernama Charles Theodore Deelman. Ia merupakan seorang ahli irigasi Belanda yang bertugas untuk membangun sejumlah objek strategis di Jakarta.

Konon, istilah “delman”, nama lain andong, berasal dari kata “Deelman” pada nama Charles.

Sejarah juga mencatat, selama era kolonialisme Hindia Belanda, andong menjadi moda transportasi penting dan mewah yang hanya dapat digunakan oleh bangsawan dan tuan tanah. Sementara masyarakat biasa hanya bisa berjalan kaki, pakai gerobak, atau masih menggunakan pedati karena harga sapi jauh lebih murah ketimbang kuda.

Di Yogyakarta sendiri, keberadaan andong dimulai dari berdirinya Keraton Yogyakarta. Kala itu para Raja Mataram menggunakan alat transportasi ini sebagai kendaraan pribadinya. 

Iklan

Pada awal abad ke-19 hingga abad-20, transportasi ini menjadi salah satu penanda sebagai status sosial priyayi keraton yang dimulai ketika keraton dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono VII.

Kemudian, pada masa kepemimpinan Sultan Hamengku Buwono VIII, andong mulai digunakan oleh masyarakat umum, meskipun masih terbatas dan diperuntukkan pada para pedagang saja.

Lambat laun, layanan andong bisa digunakan oleh semua orang. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, transportasi ini semakin jarang ditemukan dan sering kali hanya ada di lokasi-lokasi wisata seperti Jalan Malioboro saja.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Misteri Suara Andong Dini Hari di Jogja dari Kesaksian Warga hingga Kusir Malioboro

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 10 November 2023 oleh

Tags: Andongdelmankuda
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Kesaksian Warga Jogja tentang Misteri Suara Andong, Konon Pasukan Ratu Kidul dan Pertanda Kematian MOJOK.CO
Liputan

Misteri Suara Andong Dini Hari di Jogja dari Kesaksian Warga hingga Kusir Andong Malioboro

18 September 2023
Teror 10 Detik yang Terjadi di Pinggiran Sleman MOJOK.CO
Malam Jumat

Teror 10 Detik yang Terjadi di Pinggiran Sleman

10 Agustus 2023
Hendro Pleret, Kakek 3 Cucu yang Naik Kuda Saat Wisuda S2 di UGM. MOJOK.CO
Kilas

Hendro Pleret, Kakek 3 Cucu yang Naik Kuda Saat Wisuda S2 di UGM

10 Mei 2023
andong malioboro mojok.co
Kilas

Jokowi Ajak Keluarga Naik Andong di Malioboro

8 Januari 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.