MOJOK.CO – Kampanye menghapus stigma autisme rutin digelar di Filipina. Agenda ini untuk memastikan pengidap autisme hidup layak, bermartabat, dan setara. Masyarakat perlu mengetahui mengenai spektrum autisme.
Pada minggu ketiga bulan Januari tiap tahunnya, Filipina rutin menggelar agenda Pekan Kesadaran Autisme Nasional atau yang disebut National Autism Conciousness Week. Peringatan ini diselenggarakan demi meningkatkan kesadaran orang-orang terkait autisme, yang selama ini kerap mendapat stigma negatif. Lantas, apa saja yang perlu diketahui terkait spektrum autisme?
Sepanjang 15-21 Januari 2023, pemerintah Filipina bersama departemen pendidikan dan organisasi masyarakat sipil menggelar sejumlah agenda dalam menyambut peringatan Pekan Kesadaran Autisme 2023. Selama peringatan, pihak yang terkait akan berbagi informasi-informasi penting, trivia, hingga pelurusan pemahaman terkait gangguan neurologis autisme.
Kampanye ini sendiri bertujuan mendorong langkah nyata dari sektor publik dan swasta, untuk memastikan pengidap autisme hidup dengan layak dan bermartabat, serta menikmati hak dan akses yang setara.
Sebagaimana diketahui, stigma mengenai pengidap autis memang cenderung negatif. Mereka seringkali dikaitkan dengan anak-anak yang memiliki keterlambatan, kesulitan bergaul, serta penuh ketergantungan. Padahal, hal-hal tersebut tidak sepenuhnya benar.
Anak-anak autisme, hanyalah anak-anak yang membutuhkan dukungan lebih dari orang sekitar untuk membantunya berkembang. Dengan menyerap informasi yang akurat dan mengedukasi tentang dunia autisme, masyarakat diharapkan mampu melepaskan stigma-stigma buruk tersebut guna terciptanya kesetaraan.
Apa yang perlu diketahui tentang spektrum autisme
Gangguan spektrum autisme, atau disebut juga Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan sebuah kondisi di mana pengidapnya mengalami ketidakmampuan dalam berkomunikasi, bersosialisasi, dan masalah perilaku.
Melansir laman autismspeaks.org, gejala awal autisme biasanya ditandai dengan kurangnya atau keterlambatan berbahasa lisan saat usia anak menginjak 1 hingga 6 tahun. Tanda lainnya, menurut Autism Speaks, termasuk (a) penggunaan bahasa yang berulang-ulang serta memainkan permainan “yang itu-itu saja”, (b) menghindari kontak mata, dan (c) tidak ada minat berinteraksi dengan teman-teman sebaya.
Meski demikian, tidak banyak orang yang tahu jika autisme memiliki beberapa bentuk. Kebanyakan orang mengira bahwa semua gangguan autisme adalah sama. Padahal, jenis-jenis autisme dapat dibedakan atas gejala yang dialami oleh pengidapnya.
Seperti dipaparkan Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC), berikut ini merupakan jenis-Jenis spektrum autisme beserta penjelasannya:
#1 Autistic Disorder
Spektrum ini sering juga disebut dengan Kanner’s syndrome atau mindblindness. Anak yang mengidap jenis penyakit autis ini tidak memiliki kemampuan memahami permasalahan dari sudut pandang orang lain. Dalam artian, mereka hanya hidup di dunianya sendiri dan tidak memahami peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Yang perlu dipahami, bahwa anak-anak dengan ciri sikap seperti ini bukan berarti tidak memiliki keunggulan. Malahan, banyak dari mereka yang memiliki kemampuan berhitung, seni, musik dan memori yang lebih tinggi dibanding anak-anak kebanyakan.
#2 Childhood Disintegrative Disorder
Spektrum yang kedua adalah childhood disintegrative disorder. Gangguan ini berupa kondisi di mana seorang anak mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik, bahasa, dan fungsi sosialnya.
Sebagaimana dijelaskan CDC, anak yang mengidap jenis penyakit autis ini biasanya mengalami perkembangan normal sampai di usia dua tahun. Namun, setelah dua tahun, anak akan kehilangan keterampilan yang diperolehnya secara perlahan menginjak usia tiga atau empat bahkan 10 tahun.
Penyebab gangguan ini karena terjadi ketidaksinkronan kerja sistem saraf di dalam otak. Banyak para ahli yang menganggap childhood disintegrative disorder adalah sebagai bentuk perkembangan dari autis itu sendiri.
Tidak seperti jenis autis yang pertama, dalam childhood disintegrative disorder, justru anak sempat memiliki kemampuan-kemampuan verbal, motorik, dan interaksi sosial, tetapi seiring pertambahan usia malah mengalami kemerosotan.
#3 Asperger Syndrome
Boleh dibilang, asperger syndrome seperti kebalikan autistic disorder. Gangguan ini memungkinkan pengidapnya lebih mampu berinteraksi dengan orang lain dan tidak memiliki masalah dalam keterlambatan berbahasa. Bahkan, beberapa anak justru memiliki kemampuan berbahasa yang lebih baik, tetapi hanya pada bidang yang memang disenanginya.
Sekilas, orang melihat pengidap asperger syndrome seolah tidak memiliki empati. Padahal, mereka memiliki empati, tapi tidak bisa memberikan respons yang umum dilakukan orang-orang.
Kalau secara penampakan fisik, anak-anak yang mengidap jenis penyakit autis tipe ini masih bisa berkomunikasi secara normal. Namun, mereka tapi tidak menampakkan ekspresi, kecenderungan mendiskusikan diri sendiri, ataupun hal-hal yang dianggapnya menarik.
#4 Rett Syndrome
Gangguan spektrum autisme ini umumnya didiagnosis pada anak usia 6–18 bulan, lebih tepatnya saat anak gagal mencapai tonggak perkembangan atau kehilangan kemampuan yang diperoleh sebelumnya.
Rett syndrome adalah salah satu tipe autisme yang dapat menyulitkan setiap elemen kehidupan anak. Gejalanya termasuk:
- Kehilangan mobilitas atau kelainan gaya berjalan
- Tonus otot berkurang
- Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil)
- Gangguan bicara
- Tangan kehilangan fungsinya
- Gerakan tangan yang tidak disengaja
- Kejang
- Sulit bernafas
- Masalah tidur
- Skoliosis
#5 Pervasive Developmental Disorder
Terakhir, ada pervasive developmental disorder, yang menjadi hasil diagnosis terakhir ketika ada tambahan dari gejala-gejala yang dialami anak. Seperti, yang paling umum, adalah interaksi dengan teman-teman imajinatif.
Gejalanya lebih kompleks ketimbang tiga jenis autis yang diuraikan sebelumnya. Contohnya, tidak bisa menanggapi perilaku orang baik secara lisan maupun non-lisan, tahan terhadap perubahan dan sangat kaku dalam rutinitas, sulit mengingat sesuatu, dan sebagainya.
Yang perlu digarisbawahi, autisme bukanlah sebuah kekurangan seperti gangguan berpikir ataupun kecerdasan. Di mata orang-orang awam, bakal terlihat “kondisi yang salah” ataupun tidak biasa dari koordinasi indera-indera anak autis. Padahal, seperti disampaikan oleh mentalhelp.net, sebenarnya kemampuan mereka dalam mengolah informasi lebih mumpuni ketimbang orang pada umumnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi