Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas

Saat Ranting Daun Singkong jadi Wayang

Khumaid Akhyat Sulkhan oleh Khumaid Akhyat Sulkhan
21 April 2022
A A
wayang ranting daun singkong mojok.co

Wayang dari ranting singkong. (Akhyat Sulkhan/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Sejumlah pegiat budaya dan seniman Yogyakarta menginisasi workshop yang unik yaitu membuat wayang dari ranting-ranting daun singkong.

Jantan Putra Bangsa (35), pegiat wayang asal Yogyakarta, tampak telaten menunjukkan cara menganyam beberapa ranting daun singkong yang akan ia bentuk menjadi wayang. Ia duduk meriung bersama sejumlah budayawan, seniman, dan warga di Plaza Ngasem, Patehan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta.

Mereka adalah para peserta Workshop dan Aksi Budaya Wayang Ranting Daun Singkong yang diselenggarakan Komunitas Wayang Merdeka, Rabu (20/04). Acara ini berlangsung sejak pukul 09.00 WIB dan merupakan bagian dari agenda Komunitas Wayang Merdeka yang rencananya akan terus digelar tiap satu bulan sekali.

Sebelumnya, komunitas ini juga sudah pernah menggelar aksi serupa di Titik Nol Kilometer Yogyakarta pada akhir Maret lalu. Tapi agak berbeda, karena saat itu mereka mengenalkan wayang rumput kepada para pejalan kaki.

Sebagai pengisi materi workshop, Jantan mengatakan bahwa ranting daun singkong relatif lebih sulit untuk dianyam dengan rapi karena bahannya mudah patah. Sedangkan rumput cenderung lentur dan bisa dibentuk karakter tertentu. Walau demikian, wayang-wayang sederhana tersebut bisa menjadi mainan yang bagus untuk merangsang kecerdasan anak.

Jantan menjelaskan hal itu dengan menyisipkan refleksinya semasa bocah ketika ia sering memanfaatkan rumput, ranting singkong, atau daun sukun, untuk bermain wayang-wayangan. Secara bentuk, wayang dari rumput maupun ranting memang tidak seperti wayang kulit atau golek yang memiliki corak dan kekuatan karakter pada tiap tokohnya. Tetapi justru dari situ anak-anak bisa bebas mengembangkan daya imajinasi.

“Misal saya bisa bercerita menyebut wayang ini Dasamuka di depan anak-anak, saya yakin mereka pasti memiliki bayangan yang berbeda-beda mengenai karakter itu. Sehingga anak memiliki imajinasi,” papar Jantan.

wayang ranting daun singkong mojok.co
Jantan (kaos putih) sedang memberi materi membuat wayang dari ranting daun singkong. (Akhyat Sulkhan/Mojok.co)

Ketika para peserta sudah berhasil menganyam ranting-ranting ketela tersebut menjadi wayang, mereka lalu memajangnya berjejer di Plaza Ngasem. Miko Jatmiko (40), ketua Komunitas Wayang Merdeka membahas awal mula inisiasi kegiatan workshop wayang rutinan ini.

Semua bermula dari ceramah Ustaz Khalid Basalamah beberapa bulan lalu yang sempat menjadi polemik terkait pandangannya mengenai wayang. Miko dan kawan-kawannya sesama pegiat budaya merasa harus merespon polemik itu dengan sebuah gerakan. “Makanya kita membuat sebuah acara bulanan, konteksnya wayang untuk anak. Tekniknya mudah, murah, dan ada soal lingkungan juga,” ujar Miko.

Komunitas Wayang Merdeka, imbuhnya, akan tetap konsisten menjalankan workshop wayang tiap bulan di tempat yang berbeda dan dengan berbagai jenis wayang. Mereka juga telah memiliki rencana mewujudkan Biennale Wayang Internasional di masa mendatang dan akan melibatkan negara-negara yang memiliki wayang.

Koordinator acara workshop, Hangno Hartono (57) juga menjelaskan bahwa ia berharap acara-acara komunitasnya akan menjadi penghubung untuk masyarakat mengenal wayang sebagai sesuatu yang adiluhung dalam khazanah kebudayaan Indonesia. Bagaimanapun, kata Hangno, nilai-nilai dalam wayang telah terinternalisasi selama berabad-abad, sehingga sayang kalau dibiarkan memudar.

Pernah ada satu masa ketika wayang dipahami sebagai sarana-sarana ritual. Kemudian pemahaman tersebut mengalami pergeseran dan wayang dipandang sebagai suluk yang mengandaikan pemahaman tentang kemanusiaan. Sedangkan oleh masyarakat kontemporer, wayang lebih dipandang sebagai hiburan.

“Tapi ya enggak masalah. Meski hiburan, tetap bisa kita susupi nilai-nilai moral, filsafat, apa pun,” pungkas Hangno. “Intinya, wayang bisa menjadi pegangan untuk menatap hari ini dan masa depan dengan mengambil referensi masa lampau,” pungkasnya.

Reporter: Khumaid Akhyat Sulkhan
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Sebelum Kartini, Keraton Yogyakarta Punya Sosok Panglima dan Penulis Perempuan dan kabar terbaru lainnya di KILAS.

Terakhir diperbarui pada 21 April 2022 oleh

Tags: Wayangwayang suket
Khumaid Akhyat Sulkhan

Khumaid Akhyat Sulkhan

Penulis lepas, suka tumis kulit mlinjo, dan nonton anime.

Artikel Terkait

Dakwah Kreatif ala Miko Cakcoy Lewat Wayang, Jembatani Tradisi dan Agama di Era Modern
Video

Dakwah Kreatif ala Miko Cakcoy Lewat Wayang, Jembatani Tradisi dan Agama di Era Modern

15 Maret 2025
Desa Wisata Wayang dan Mantra Bima di Dusun Butuh untuk Melawan Badai Krisis MOJOK.CO
Ragam

Desa Wisata Wayang dan Mantra Bima di Dusun Butuh untuk Melawan Badai Krisis

10 November 2024
Wayang Khalifah, Cara Seorang Guru SMA di Bantul Kenalkan Superhero Muslim MOJOK.CO
Sosok

Wayang Khalifah, Cara Seorang Guru SMA di Bantul Kenalkan Superhero Muslim

30 April 2023
Dalang muda Ki Gibran Kawipujo Permadi mojok.co
Kilas

Jadi Dalang Muda, Ki Gibran Kawipujo Permadi Raih Penghargaan

30 September 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.