MOJOK.CO – Belakangan ini Ernest Prakasa lantang kampanyekan taat prokes dan peduli kesehatan. Tapi, isu tidak percaya pandemi juga sedang santer.
Angka pandemi disebut meningkat, beberapa rumah sakit dan wisma atlet penuh dengan pasien terdiagnosa positif. Di saat-saat begini, mulai banyak selebritas, orang terkenal, dan influencer yang lantang mendisiplinkan masyarakat. Contohnya saja Ernest Prakasa yang belakangan sangat vokal untuk bersuara di media sosial. Mulai soal masker hingga kritikan terhadap pemerintah.
Di tengah suara Ernest Prakasa yang lantang dengan niat menekan angka penularan, ada banyak suara sumbang soal virus dari Wuhan ini. Seperti Jerinx SID yang telah bebas dari masa hukumannya, ia banyak menyindir figur publik seperti Bunga Citra Lestari dan Sarah Vilo berkaitan dengan virus ini. Berkebalikan dengan Ernest Prakasa, Jerinx skeptis dan menyinggung soal kekhawatirannya terhadap larangan wisatawan ke Bali.
Tak hanya itu, Jerinx SID juga secara tersirat menduga bahwa beberapa figur publik mudah sekali mengumumkan dirinya positif. Setelah itu, banyak media mainstream dan akun-akun media sosial publik yang turut memberitakan ini pada masyarakat. Seolah-olah mereka serempak dalam satu komando yang sama.
Kecurigaan Jerinx SID begitu saja dibantah beberapa pihak termasuk figur yang bersangkutan. Naun, tampaknya Jerinx SID tetap lantang.
Kira2 orang begini harus diapain lagi ya? pic.twitter.com/pEIkGyGjR0
— Iman Sjafei 🛠 (@imanlagi) June 19, 2021
Sebenarnya nggak hanya di kalangan orang-orang tenar masalah ini kembali menguar. Usai banyaknya isu peningkatan kasus, wacana hoaks dan konspirasi seakan muncul kembali. Masalah ini pun merembet ke urusan vaksinasi yang sedang berusaha disosialisasikan oleh pemerintah. Masyarakat terbelah menjadi dua kubu, yang percaya dan tidak percaya.
Yang tidak percaya, menganggap bahwa sebagian besar yang ada di media massa adalah rekayasa, banyak nakes yang memberikan data tidak valid, dan tentu saja, vaksin hanyalah upaya menanamkan microchip. Meski wacana yang diberikan kadang berlebihan dan tidak masuk akal, nyatanya sebagian masyarakat kita masih termakan dengan situasi ini.
Sedangkan yang percaya, yakin dengan segala penelitian yang berkaitan dengan kesehatan, cenderung menuruti prokes dan menyuarakan kekhawatiran terhadap keadaan sekarang, terutama pada nakes yang telah bekerja di garda depan. Tidak jarang juga yang geregetan dan ingin berusaha menyadarkan kubu yang tidak percaya, sehingga opini yang berbeda ini pun menciptakan banyak perang wacana di media sosial dan grup-grup WhatsApp.
Perang wacana ini semakin parah karena banyak video, berita, dan beragam informasi palsu yang disebarkan melalui WhatsApp group. Silakan cek grup WhatsApp Anda masing-masing, mungkin perang wacana antara yang percaya dan tidak percaya juga sedang bergulir. Beberapa pesan tersebut biasanya pesan berantai dengan keterangan “forwarded many times”.
Ernest Prakasa sendiri menyampaikan bahwa beberapa netizen turut mencoleknya terkait perang wacana ini. Orang yang tidak percaya keberadaan pandemi, juga menyebutkan alasan yang berkaitan dengan ibadah haji. Katanya, pemerintah sengaja bikin wacana peningkatan kasus karena bakal korupsi dana bansos lagi, bakal ngendon uang-uang jamaah haji lebih lama, dan memanfaatkan ketakutan masyarakat dei keuntungan penguasa.
Ada yg mensyen di IGS bilang begini. Awalnya mau marah, tapi lantas mikir, pemikiran macam ini tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Bila pemerintah tidak bisa menjaga integritas, kehilangan kepercayaan rakyat adalah konsekuensi logis. pic.twitter.com/sFAt289QlG
— Ernest Prakasa (@ernestprakasa) June 19, 2021
Sekilas, protes tersebut memang konyol. Tapi, seperti yang disampaikan Ernest Prakasa melalui cuitannya, hal demikian juga tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Masyarakat sudah hilang kepercayaan dengan pemerintah dari awal, ditambah lagi kasus korupsi dana bansos, kasus alat antigen palsu Kimia Farma, dan penanganan yang cenderung setengah-setengah sejak virus ini datang ke Indonesia.
Jika pada akhirnya banyak orang yang tidak percaya akan keberadaan pandemi, dampaknya bukan main-main. Angka penambahan kasus mungkin semakin meningkat di tengah kepercayaan masyarakat pada pemerintah yang semakin menurun. Darurat kesehatan benar-benar bisa diawali dari pola pikir yang buruk.
BACA JUGA Seni Mengkritik Anies Baswedan ala Komedian Ernest Prakasa dan tulisan KILAS lainnya.