Menjelang pemilu, selalu ada saja pihak yang memperkeruh suasana dengen menyebarkan berita-berita bohong. Entah sebagai pengalihan isu, entah sebagai strategi pemenangan, atau entah untuk tujuan-tujuan politik yang lain, tapi yang jelas, berita-berita bohong ini tentu saja sukses membuat masyarakat resah.
Nah, belakangan ini, beberapa berita bohong yang kerap digoreng menjelang pemilu kali ini (selain tentu saja isu kebangkitan PKI) adalah perihal penculikan kiai atau ulama.
Penyebaran berita bohong alias hoax ini beredar dengan sangat masif dan membuat pihak kepolisian harus bekerja ekstra keras.
Beberapa waktu yang lalu, Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri menangkap 18 pelaku penyebar berita hoax terkait penculikan kiai atau ulama dan pelaku ujaran kebencian.
Menurut Kepala Subdirektorat I Dittipidsiber Bareskrim Polri Komisaris Besar Irwan Anwar, 18 tersangka yang ditangkap itu terdiri dari 15 kasus berbeda. Lima kasus di antaranya merupakan kasus penyebaran berita bohong terkait ulama guru mengaji, juga muazin dengan jumlah tersangka sebanyak enam orang.
Kasus penyebaran berita hoax ini dinilai sebagai kasus yang sangat serius, mengingat sebelumnya, sampat terjadi beberapa tindak kekerasan yang melibatkan para ulama dan pemuka agama.
Kata Irwan Anwar, mereka para pelaku biasanya menyebarkan berita bohong itu ke Facebook dari grup WhatsApp tertutup mereka.
Masih kata Anwar, seluruh tersangka yang sudah ditangkap oleh Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri ini akan dijerat Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dengan ancaman penjara tiga tahun.
Yah, semoga ditangkapnya para pelaku penyebar berita hoax ini bisa menjadi langkah awal yang serius dalam mengurangi konten-konten meresahkan yang beredar di masyarakat.
Maklum saja, perihal penyebaran berita bohong ini memang menjadi sesuatu yang sangat mengkhawatirkan, terlebih jika sudah menyasar golongan “early adopter internet” alias orang-orang yang baru mengenal internet. Golongan ini adalah orang-orang yang sedang getol-getolnya dengan internet dan menganggap semua yang ada di internet adalah kebenaran. Sama persis seperti generasi terdahulu yang hanya karena menonton video 3gp, kemudian percaya benar bahwa anak yang durhaka bisa berubah menjadi ikan pari.