MOJOK.CO – Selama ini program diploma masih kalah populer daripada sarjana. Padahal pendidikan tinggi ini bisa menjadi pilihan bagi lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat.
Diploma adalah salah satu program yang penyelenggaranya adalah pendidikan vokasi. Melansir Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 54/2018 tentang Penyelenggaraan Program Diploma dalam Sistem Terbuka pada Perguruan Tinggi, pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang menyiapkan lulusannya memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu sampai dengan sarjana terapan (D4). Tidak sebatas program diploma, pendidikan vokasi juga bisa berkembang menjadi program magister terapan hingga program doktor terapan.
Asal tahu saja, pendidikan di Indonesia terbagi menjadi tiga jenis yaitu pendidikan akademi, pendidikan vokasi, dan pendidikan profesi/ seorang ahli. Pendidikan vokasi memang kurang populer jika kita membandingkan dengan pendidikan akademi yang menawarkan program sarjana dan pascasarjana. Melansir laman resmi Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi pendidikan vokasi minim ada lirik karena kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
Pendidikan vokasi mulai menjadi sorotan pada periode kedua Presiden Joko Widodo. Hal ini berbarengan dengan munculnya Peraturan Presiden (Perpres) 82/2019 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Perubahan paling terlihat bisa kita lihat dari hadirnya Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi sebagai salah satu unit utama (unit eselon I) di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sedikit catatan, lulusan SMA dan sederajat hanya bisa melanjutkan ke program diploma dan program sarjana. Mereka tidak bisa melanjutkan ke pendidikan profesi karena pendidikan tinggi ini hanya bisa lanjut setelah program sarjana. Pendidikan profesi menyiapkan mahasiswa dalam pekerjaan yang memerlukan persyaratan keahlian khusus.
Lalu apa yang membedakan diploma dengan sarjana?
#1 Kurikulum
Kurikulum di program diploma lebih menekankan pada praktik daripada teori, perbandingannya sekitar 60:40. Perbandingan ini berkebalikan dengan program sarjana yang lebih menekankan teori daripada praktik.
Perbedaan kurikulum ini berkaitan dengan tujuan pendidikannya. Pendidikan vokasi berorientasi pada kerja. Oleh karenanya, program ini melatih peserta agar memiliki kemampuan dan keahlian siap bekerja. Berbeda dengan pendidikan akademik dalam hal ini sarjana yang harapannya mampu mengamalkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penalaran ilmiah.
#2 Gelar yang didapat
Program diploma terbagi dalam empat jenjang yaitu Diploma Satu (D1) alias Ahli Pratama, Diploma Dua (D2) alias Ahli Muda, Diploma Tiga (D3) alias Ahli Madya, dan Diploma Empat (D4) alias Sarjana Terapan yang setara dengan strata satu di program sarjana.
Sementara lulusan program sarjana akan mendapatkan gelar Sarjana Strata-1 alias S1. Gelar S1 berbeda-beda tergantung program studi yang ditempuh. Contohnya, Sarjana Kedokteran (S.Ked.), Sarjana Hukum (S.H.), Sarjana Pendidikan (S.Pd.).
#3 Waktu pendidikan relatif lebih singkat
Melansir Stekom.ac.id, waktu pendidikan vokasi relatif lebih singkat dibanding sarjana. Jangka waktu pendidikan vokasi antara 1-4 tahun, tergantung jenjang yang dipilih. D1 memerlukan waktu setahun, D2 kurang lebih dua tahun, D3 memerlukan tiga tahun, dan D4 untuk empat tahun. Apabila menempuh program sarjana, mahasiswa memerlukan waktu paling cepat 3,5 tahun untuk S1.
#4 Jenjang pendidikan lebih lanjut
Pendidikan vokasi juga menyediakan program magister terapan dan doktor terapan bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikan setelah D4 atau sarjana terapan. Sementara mereka yang telah menyelesaikan program sarjana bisa melanjutkan ke pascasarjana yang terdiri atas program magister (S2) dan doktor (S3).
Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi