Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas

Pemkot Larang Angklung di Malioboro, Alasannya Bukan Alat Musik Asli Jogja

Yvesta Ayu oleh Yvesta Ayu
21 Maret 2023
A A
sumbu filosofi jogja. MOJOK.CO

Ilustrasi sumbu filosofi Jogja (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Pemerintah Kota Yogyakarta berencana melarang pengamen angklung untuk tampil di kawasan Maliboro. Sebagai gantinya, pengamen angklung akan mendapaat tempat di kawasan Teras Malioboro 1 dan 2.

Pelarangan angklung di kawasan Malioboro juga tak lepas dari upaya Pemda DIY yang melakukan penataan Malioboro sebagai kawasan Sumbu Filosofi yang tengah diajukan ke UNESCO sebagai Warisan Dunia Tak Benda.

“Jogja sudah mengajukan delapan tahun [pengajuan sumbu filosofi]. Ini sudah proses verifikasi. Artinya pemerintah pusat pun perhatian dari tim UNESCO melakukan verifikasi dan ada catatan-catatan yang harus dipenuhi,” papar Penjabat (Pj) Walikota Yogyakarta, Sumadi, Selasa (21/03/2023).

Menurut Sumadi, alih-alih melarang pengamen angklung di seluruh Yogyakarta, mereka nantinya akan mendapat tempat ke kawasan lain. Mereka diminta menunggu proses kurasi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Cagar Budaya Malioboro.

Pemkot akan berkoordinasi dengan Pemda DIY dalam proses pengajuan Sumbu Filosofi. Harapannya pada tahun ini sudah ada keputusan dari UNESCO terkait kawasan tersebut sebagai Warisan Dunia Tak Benda.

“Kita tunggu kurasi dulu ya dari UPT[cagar budaya Malioboro],” jelasnya.

Angklung dilarang Berawal desakan warganet

Sementara Kepala UPT Kawasan Cagar Budaya Malioboro, Ekwanto menjelaskan, larangan di kawasan Malioboro bukan tanpa alasan. Sebab banyak warganet yang menyayangkan alat musik angklung yang bukan berasal dari Yogyakarta lebih banyak tampil alih-alih gamelan yang merupakan alat musik asli kota ini.

“Kadang-kadang kami di-bully netizen, angklung bukan dari Jogja [alat musiknya],” paparnya.

Karenanya UPT tersebut melakukan kurasi. Antara lain terkait segi tampilan, pementasan dan musik yang ditampilkan.

Pengamen angklung di Malioboro pun rencananya akan pindah ke Teras Malioboro 1 dan 2. Namun, UPT tersebut akan melakukan kurasi terlebih dahulu sebelum mereka bisa tampil di tempat baru.

Kedepan alat musik tersebut perlu mengkombinasikan dengan alat musik asal Yogyakarta seperti gamelan. Dengan demikian kesenian yang tampil akan lebih bernuansa Yogyakarta.

“Kami beri kolaborasi dengan musik ala Jawa seperti bonang, saron, apapun yang bernuansa Jogja,” jelasnya. 

Melalui kolaborasi angklung dengan alat musik asal Yogyakarta, para pengamen nantinya bisa tampil sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Saat ini UPT masih mengurus proses kurasi agar Lebaran nanti mereka sudah bisa tampil.

“Proses kurasi masih berjalan dan targetnya bisa segera bisa tampil, setidaknya saat Lebaran,” paparnya.

Iklan

Secara terpisah Koordinator Grup Angklung Carekhal, Setiadi mengungkapkan mereka akan berusaha untuk bisa tetap tampil. Menggandeng kuasa hukum, mereka berharap pemkot segera memberi lampu hijau untuk tampil.

“Kalau mau tampil di situ harus dikombinasikan ya tidak apa-apa. Iya saya minta seperti itu [segera lampu hijau dari pemerintah],” imbuhnya.

Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA: Gantikan Becak Kayuh, Becak Listrik Mulai Mengaspal di Malioboro   dan tulisan menarik lainnya di kanal Kilas. 

 

Terakhir diperbarui pada 22 Maret 2023 oleh

Tags: angklungasli jogjaJogjamalioborosumbu filosofi
Yvesta Ayu

Yvesta Ayu

Jurnalis lepas, tinggal di Jogja.

Artikel Terkait

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja yang Tak Banyak Orang Tahu MOJOK.CO
Esai

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

24 Desember 2025
Jogja Macet Dosa Pemerintah, tapi Mari Salahkan Wisatawan Saja MOJOK.CO
Esai

Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah

23 Desember 2025
Pasar Kolaboraya tak sekadar kenduri sehari-dua hari. Tapi pandora, lentera, dan pesan krusial tanpa ndakik-ndakik MOJOK.CO
Liputan

Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik

23 Desember 2025
Benarkah Keturunan Keraton Jogja Sakti dan Bisa Terbang? MOJOK.CO
Esai

Benarkah Keturunan Keraton Jogja Sakti dan Bisa Terbang?

18 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Sarjana nganggur digosipin saudara. MOJOK.CO

Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

22 Desember 2025
Event seni budaya jadi daya tarik lain wisata ke Kota Semarang selama libur Nataru MOJOK.CO

Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya

26 Desember 2025
Terpaksa jadi maling, buronan polisi, hingga masuk penjara karena lelah punya orang tua miskin MOJOK.CO

Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya

22 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel

23 Desember 2025
Era transaksi non-tunai/pembayaran digital seperti QRIS: uang tunai ditolak, bisa ciptakan kesenjangan sosial, hingga sanksi pidana ke pelaku usaha MOJOK.CO

Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha

26 Desember 2025
Hari ibu adalah perayaan untuk seluruh perempuan. MOJOK.CO

Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya

24 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.