Kita semua tentu paham betul bahwa geliat per-kafe-an di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini tumbuh dengan sangat subur. Di berbagai kota di Indonesia, kafe-kafe bermunculan bak jamur di musim hujan. Kafe menjadi tak ubahnya seperti spanduk rumah makan Pringsewu. Di mana-mana ada. Hal tersebut mau tak mau membuat kultur “ngopi” berubah menjadi sesuatu yang sangat umum.
Dalam kondisi yang demikian, teh terkesan tampak agak terpinggirkan. Maklum saja, jumlah warung kopi memang jauh lebih banyak ketimbang warung teh.
Kendati demikian, pada dasarnya, teh tetaplah menjadi minuman yang mengisi ceruk kehidupan banyak orang. Walau jumlah warung teh memang sedikit, namun hampir semua rumah makan, dari mulai rumah makan pinggir jalan sampai rumah makan mewah selalu menyediakan menu teh sebagai minumannya. Di warung-warung mie ayam, bakso, kupat tahu, ketoprak, warmindo, dan sebangsanya, menu minuman yang paling laku ya pasti es teh atau teh anget, bukan kopi.
Di warung angkringan, teh masih tetap menjadi andalan. Memakan nasi sambel dengan lauk tempe glepung dan sate usus memang paling enak kalau minumnya teh anget. Apalagi kalau tehnya nasgitel, alias panas, legi, dan kentel. Apalagi kalau disambi ngobrol tentang hal-hal yang nggak penting tapi menyenangkan, misal soal Lik Pardi yang mangkel sebab beli nomor togel 45 tapi yang keluar ternyata 54, atau tentang Mas Prayit yang muntab karena kaos band ACDC kesayangannya dipakai ibunya buat ngepel muntahan ponakannya.
Bagi banyak orang, teh memang dianggap jauh lebih nikmat sebagai pelengkap obrolan. Rasanya yang manis dan sepet ditambah dengan aromanya yang harum konon membuatnya sanggup untuk bikin mulut seseorang jauh lebih luwes untuk bercerita.
Teh, tak bisa tidak, menjadi salah satu khazanah per-minuman kawan ngobrol-an bagi orang-orang. Teh, tak bisa dimungkiri, adalah satu dari trio “tekoci” alias teh kopi ciu, di mana masing-masing punya keunggulan tersendiri: teh membuat orang mampu ngobrol lebih santai dan rileks, kopi membuat orang mampu ngobrol lebih lama dan berbusa-busa, sedangkan ciu membuat orang mampu ngobrol lebih jujur dan lucu.