MOJOK.CO – Masih banyak masyarakat yang enggan menggunakan alat kontrasepsi. Hal ini disebabkan mitos dan anggapan keliru tentang alat pencegah kehamilan tersebut. Padahal kegunaannya penting.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo SP.OG (K) menguraikan sejumlah mitos dan persepsi soal alat kontrasepsi. Hal-hal yang keliru soal ‘alat pengaman’ tersebut terus dilakukan lewat sosialisasi.
Salah satu persepsi salah yang beredar yakni penggunaan kontrasepsi spiral atau intrauterine device (IUD) yang ketika hamil bisa menancap di kepala atau pipi bayi. Menurutnya, hal itu jelas tidak mungkin terjadi namun dipercaya oleh beberapa kalangan.
“Spiral katanya nanti kalau hamil bisa nancap di kepala atau pipi. Banyak mitos-mitos yang beredar makanya perlu sosialisasi dan konseling,” kata Hasto
Selain itu, Hasto juga menjelaskan bahwa alat kontrasepsi tidak memengaruhi gairah seksual seseorang. Namun justru bisa membuat gairah seseorang lebih stabil dan terkontrol.
Ia tidak menampik bahwa penggunaan kontrasepsi jenis kondom bisa mengurangi sedikit kenyamanan. Namun hal itu masih dalam taraf wajar.
“Kalau kondom agak sedikit mempengaruhi kenikmatan mungkin bisa, karena dengan kondom kan tidak kontak langsung sehingga ada keluhan tidak nyaman, itu bisa saja terjadi,” katanya dilansir dari Antara, Senin (26/9/2022).
Hasto juga memaparkan masing-masing alat kontrasepsi memiliki tingkat kegagalan yang beragam dalam mencegah kehamilan. Namun, untuk kontrasepsi jangka panjang cenderung memiliki potensi kegagalan yang lebih rendah.
Misalnya, tingkat kegagalan kondom adalah 25:100 per tahun artinya dari 100 pasangan subur yang menggunakan kondom, terdapat 25 pasangan yang gagal mencegah kehamilan dalam satu tahun.
“Kontrasepsi jangka panjang seperti implan, suntik, IUD itu kegagalannya kecil hanya 3 banding 1.000 per tahun. Ya kegagalan pasti ada tapi masing-masing alat kontrasepsi beda-beda,” kata Hasto.
Untuk menekan angka kehamilan atau merencanakan kehamilan dapat juga menggunakan KB alami sebagai alternatifnya. Ini merupakan metode kontrasepsi yang dilakukan tanpa menggunakan bantuan alat, obat atau prosedur tertentu.
Salah satu cara metode KB alami adalah dengan mencatat siklus menstruasi sehingga dapat menghindari melakukan hubungan seksual di masa subur.
Pada kesempatan berbeda, Peneliti Pusat Riset Kesehatan Masyarakat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Masdalina Pane memaparkan bahwa pemerintah telah melakukan sosialisasi program KB dan penggunaan kontrasepsi secara baik. Namun perlu terus digencarkan supaya memperkuat program pengendalian jumlah penduduk.
Program KB memang diharapkan dapat mendukung penurunan angka kelahiran total atau total fertility rate (TFR) di Indonesia. Berdasarkan hasil laporan pendataan keluarga tahun 2021, angka kelahiran total Indonesia turun menjadi 2,24, sementara tahun 2017 berada pada 2,4.
“Pengendalian penduduk melalui program KB sangat berhasil, kendati demikian pandemi COVID-19 dikhawatirkan mempengaruhi angka kelahiran total dan akses KB, mengingat ada banyak fasilitas kesehatan yang sempat membatasi kunjungan,” katanya.
Sebagai informasi, tanggal 26 September diperingati sebagai Hari Kontrasepsi Sedunia. Momentum ini jadi pengingat akan pentingnya penggunaan alat pencegah kehamilan.
Sumber: Antara
Penulis: Hammam Izzudin