TBC masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Indonesi sendiri menempati urutan kedua tertinggi di dunia setelah India dan Tiongkok dalam kasus penyakit ini.
Oleh karena itu, Pemerintah Kota Semarang menaruh perhatian serius guna mempercepat eliminasi persebaran TBC. Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng bahkan menagert kotanya bisa bebas TBC pada tahun 2030 serta mentargetkan capaian yang lebih cepat, yakni eliminasi TBC di tahun 2028.
Lantas, apa upaya yang dilakukan?
Layanana primer untuk TBC di Kota Semarang
Kamis (4/9/2025), Pemerintah Kota Semarang bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia secara resmi meluncurkan Studi Pra-Pilot Layanan Satu Atap (One Stop Service/OSS) Tuberkulosis di Puskesmas Bangetayu, Kecamatan Genuk.
“Di Kota Semarang sendiri, jumlah kasus TBC hingga pekan ini tercatat sebanyak 3.698 kasus. Melalui studi pra-pilot ini, kami bertekad memperkuat layanan kesehatan primer agar warga dapat terdeteksi lebih dini, mendapatkan pengobatan lebih cepat, dan memutus rantai penularan,” ujar Agustina.
Studi pra-pilot OSS TBC tersebut dilaksanakan mulai bulan Agustus hingga Desember 2025 di dua kota, yakni Semarang dan Bogor. Di Semarang, layanan ini hadir di tiga Puskesmas, yaitu Puskesmas Bangetayu, Ngaliyan, dan Gunungpati, dengan target 10.000 peserta Cek Kesehatan Gratis Plus (CKG Plus).
Program ini memberi jaminan agar warga mendapatkan layanan inovatif. Pertama, Tes Cepat Molekuler menggunakan usap dahak atau usap lidah, dengan hasil pemeriksaan hanya dalam hitungan menit.
Kedua rontgen pintar berbasis kecerdasan buatan (AI). Rontgen ini mampu membaca foto toraks secara otomatis untuk mendeteksi kelainan paru.
Nah, semua layanan tersebut tersedia di satu Puskesmas tanpa rujukan. Dengan begitu, pasien langsung mendapatkan pelayanan komprehensif dan gratis.
“Inilah yang kami sebut layanan kesehatan modern, cepat, mudah, dan gratis. Cukup sekali datang ke Puskesmas, masyarakat bisa mendapatkan pemeriksaan lengkap tanpa harus berpindah tempat,” beber Agustina.
Untuk saat ini memang baru 3 Puskesmas yang terpilih, yakni Puskesmas Bangetayu, Puskesmas Ngaliyan, dan Puskesmas Gunung Pati. Namun, Agustina berharap Puskesmas lain bisa lekas menyusul.
Warga Kota Semarang merasa terbantu
Program tersebut tak pelak disambut baik oleh warga Kota Semarang. Warga mengaku senang karena merasa diperhatikan oleh pemerintah kotanya.
“Kami merasa sangat terbantu dengan adanya program dari Pemerintah Kota Semarang. Harapan kami kegiatan seperti ini terus berlanjut, karena manfaatnya bisa langsung dirasakan masyarakat,” ujar salah satu kader perempuan dari Kelurahan Bangetayu Wetan yang enggan disebut namanya.
“Kami senang karena pemerintah tidak hanya hadir memberi kebijakan, tapi juga benar-benar turun ke masyarakat. Semoga kegiatan ini semakin mempererat hubungan antara pemerintah dan warga,” sementara begitulah kata Joko (50), warga lain.

Layanan kesehatan dasar yang makin lengkap dan dekat tempat tinggal
Agustina berharap, Kota Semarang menjadi model kota yang tangguh dalam penanggulangan TBC yang bisa jadi percontohan bagi daerah-daerah lain.
Dengan sinergi antara pemerintah pusat, daerah, perguruan tinggi, tenaga kesehatan, serta mitra internasional, Agustina optimis eliminasi TBC di Kota Semarang pada tahun 2028 bisa terwujud.
Agustina juga menjelaskan, studi ini tidak hanya menguji efektivitas alat diagnostik dan alur layanan. Tetapi juga menilai kesiapan tenaga kesehatan, logistik, integrasi data, hingga efisiensi biaya. Hasil penelitian akan menjadi masukan penting bagi kebijakan nasional eliminasi TBC.

“Melalui langkah ini, kami ingin menunjukkan bahwa riset kesehatan dapat langsung diterjemahkan ke dalam praktik dan kebijakan publik yang berdampak nyata. Semarang siap menjadi bagian dari sejarah besar Indonesia menuju bebas TBC,” pungkasnya.
Layanan OSS TBC nyatanya bukan satu-satunya program yang mendapat perhatian serius. Pasalnya, selain itu, Pemerintah Kota Semarang juga sedang memfinalisasi pembangunan layanan rawat inap di Puskesmas Bangetayu.
Tujuannya tidak lain untuk memastikan warga mendapatkan akses layanan kesehatan dasar yang semakin lengkap dan dekat dengan tempat tinggal.***(Adv)
BACA JUGA: Cara Pemkot Semarang Merespons Keluhan Masyarakat Jadi Sorotan, Diapresiasi tapi Tetap Introspeksi atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












