Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kotak Suara

Sistem Politik di Indonesia Tak Inklusif, Rugikan Politisi Perempuan

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
13 Desember 2022
A A
politisi perempuan mojok.co

Ilustrasi anggota DPR (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Keterwakilan perempuan di parlemen Indonesia, baik pusat maupun daerah, masih terbilang minim. Target representasi 30 persen belum bisa tercapai. Sistem politik yang kurang inklusif, disebut-sebut menjadi pendorong mengapa partisipasi perempuan dalam politik masih rendah.

Sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar, setengah dari populasi Indonesia adalah perempuan. Selain dari segi gender, keberagaman ini juga terlihat dari banyaknya etnis yang tersebar.

Kendati demikian, penelitian Ella S. Prihatini dalam jurnal Women’s Studies International Forum (WSIF) menunjukkan, bahwa wajah parlemen Indonesia melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), didominasi oleh politisi laki-laki yang mayoritas berasal dari Pulau Jawa.

“Kecenderungan ini telah membuat perempuan enggan memasuki politik karena sistem cenderung memprioritaskan laki-laki,” jelas penulis buku Substantive Representation of Women in Indonesia (2022) ini.

Melalui penelitian berjudul “Women who win in Indonesia: The impact of age, experience, and list position” (2019), Ella menelisik karakteristik sekitar 6.000-an kandidat yang berlaga di Pemilu 2014. Hasilnya, ia simpulkan bahwa “parlemen Indonesia gagal mewakili keanekaragaman di Indonesia”.

Misalnya, dalam dua pemilu terakhir, lebih dari 80 persen kursi caleg jatuh ke tangan laki-laki. Bahkan, pola yang tidak inklusif telah dimulai sejak proses pencalonan anggota legislatif. Dalam Pemilu 2014, hanya sekitar 37 persen kandidat perempuan. Pemilu 2019 tidak menunjukkan kenaikan yang signifikan.

Terkait temuan ini, penelitian dosen senior Universitas Binus ini menunjukkan, sebagian besar elite partai yang ia wawancarai justru membela keputusan mereka mencalonkan lebih banyak laki-laki daripada perempuan. Para elite-elite partai ini menggunakan dalih “kandidat perempuan berkualitas tinggi saat ini semakin sulit ditemukan”, serta menyalahkan elektabilitas perempuan yang relatif rendah.

Lebih lanjut, preferensi “mengedepankan laki-laki” ini juga makin kentara ketika partai-partai cenderung menempatkan kandidat laki-laki di nomor urut teratas di kertas suara, sementara caleg atau politisi perempuan ditempatkan di nomor-nomor yang lebih rendah.

“Secara statistik, semakin rendah seorang kandidat ditempatkan di kertas suara, semakin kecil kemungkinannya untuk menang. Setiap satu nomor lebih rendah dari puncak daftar calon legislatif, peluang untuk menang merosot sebanyak 63,5 persen,” tulis Ella.

Berdasarkan temuan Ella, dari keseluruhan kandidat perempuan yang terpilih dalam pemilu 2014, 47 persen dicalonkan sebagai kandidat nomor satu. Dari kandidat laki-laki yang terpilih, 65 persen menempati nomor urut satu. Karena partai politik cenderung mencalonkan politikus laki-laki di posisi teratas, ini menciptakan kerugian yang signifikan bagi politikus perempuan.

Tren lain yang patut dicermati yakni sebagian besar kandidat perempuan terpilih memiliki hubungan dengan petahana. Hampir setengah dari mereka (45 dari 97, berdasarkan data Pemilu 2014) menikah atau memiliki hubungan darah dengan para pemimpin politik.

“Hal ini mengindikasikan bahwa laki-laki masih mengendalikan politik, dan banyak perempuan tidak bisa menang tanpa dukungan dari politisi laki-laki,” kata Ella.

Kecenderungan tersebut, menurut Ella, pada akhirnya tidak hanya akan merusak partisipasi perempuan dalam politik, tetapi juga dapat meneguhkan oligarki politik. Sebagaimana diketahui, dalam sistem oligarki, proses pengambilan keputusan di parlemen akan didominasi oleh sejumlah kecil elite partai saja.

“Karena mayoritas elit partai adalah laki-laki, hal ini dapat semakin merusak partisipasi perempuan dalam sistem politik negara,” kata jelasnya.

Iklan

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Kunci Efektivitas Keterwakilan 30 Persen Perempuan

Terakhir diperbarui pada 13 Desember 2022 oleh

Tags: perempuanpolitisi perempuansuara politik perempuan
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

pekerja hotel, surabaya, jogja.MOJOK.CO
Podium

Larangan Hijab dalam Industri Perhotelan: Antara Hijabophobia atau Upaya Mengatur Tubuh dan Penampilan?

14 Januari 2024
Pesan Anak Perempuan untuk Ayahnya: Perasaanku Hancur, tapi Aku Hebat Sejauh Ini  MOJOK.CO
Kilas

Pesan Anak Perempuan untuk Ayahnya: Perasaanku Hancur, tapi Aku Hebat Sejauh Ini 

31 Desember 2023
Uneg-uneg dari Perempuan Lajang Usia 28 Tahun yang Tinggal di Desa MOJOK.CO
Kilas

Uneg-uneg dari Perempuan Lajang Usia 28 Tahun yang Tinggal di Desa

13 Desember 2023
Hal Paling Menyebalkan Bagi Perempuan: Diragukan Bisa Merantau MOJOK.CO
Kilas

Hal Paling Menyebalkan Bagi Perempuan: Diragukan Bisa Merantau

1 Oktober 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.