MOJOK.CO – Introvert sering disalahpahami sebagai seorang yang pemalu, pendiam, dan nggak suka bersosialisasi. Padahal nggak demikian lho. Â
Dilansir dari Healthline, introvert berkaitan dengan cara seseorang mendapatkan energi untuk berakitivitas. Bukannya pemalu atau tidak suka bersosialisasi, introvert bisa mendapatkan kembali energinya dengan cara menyendiri. Bagi introvert, bersosialisasi dengan banyak orang menghabiskan energi yang besar.
Psikolog Carl Jung adalah orang yang pertama kali mencetuskan spektrum ekstrovert dan introvert pada 1920. FYI, seorang ekstrovert mengisi energinya dengan bersosialisasi dengan orang lain, berkebalikan dengan introvert. Seiring berjalannya waktu beberapa orang diidentifikasi sebagai ambivert yaitu mereka yang berada di tengah-tengah antara ekstrovert dan introvert.
Seseorang bisa menjadi introvert karena kombinasi banyak hal, tapi pengaruh paling besar dari lingkungan dan keturunan. Lingkungan yang dimaksud seperti pola asuh, tipe edukasi yang diterima, dan pengalaman baik dengan teman sebaya ataupun pengalaman ketika anak-anak. Sejumlah studi menunjukkan, aksi kimiawi yang berada di otak juga bisa berpengaruh.
Lantas, ciri-ciri apa saja yang bisa jadi pertanda seorang introvert? Berikut ini rangkumannya.
Memerlukan waktu sendiri
Waktu sendiri adalah kebutuhan. Mereka cenderung menyukai malam yang tenang di rumah daripada bersama-sama ke pesta atau pertemuan sosial. Mereka juga lebih senang menghabiskan waktu libur dengan melakukan hal-hal yang digemari sendirian atau dalam kelompok kecil. Ketika mereka sendiri, perasaan damai dan lega yang muncul, bukan kecewa atau malah tertekan.
Terlalu banyak bersosialisasi menyerap energi
Bukannya tidak suka bersosialisasi dan menghindarinya sama sekali, seorang introvert sebenarnya senang kok bertemu orang lain. Apalagi dilakukan dalam kelompok kecil.
Akan tetapi, introvert akan membutuhkan banyak energi ketika bersosialisasi dalam kelompok besar. Biasanya mereka akan membutuhkan waktu sendiri setelah pertemuan-pertemuan itu.
Kesulitan mengatasi konflik
Beberapa studi menunjukkan bahwa introvert cenderung lebih peka terhadap evaluasi dan kritik negatif. Mereka sulit mengungkapkan pikiran, apalagi ketika ada kemungkinan orang lain tidak sependapat. Sebisa mungkin, mereka akan menghindari konflik.
Cenderung suka bekerja sendiri
Seorang introvert cenderung nyaman bekerja sendiri. Dengan sendirian mereka bisa menyusun ritme dan pola kerjanya, sehingga ada cukup waktu untuk merenungkan hal-hal yang dikerjakan. Mereka lebih bisa mencurahkan energi pada pekerjaan, tidak perlu memikirkan dinamika kelompok.
Ini bukan berarti sulit bergaul lho. Mereka hanya lebih fokus ketika bekerja sendirian. Kondisi ini biasanya juga memengaruhi hobi-hobi yang dipilih seperti membaca, membuat kerajinan, bermain game, atau berkebun.
Tidak tertarik pada spotlight
Introvert cenderung memilih bekerja di balik layar. Misalnya, lebih senang melakukan penelitian dan menulis laporan daripada mempresentasikannya. Mereka lebih nyaman berada di pinggir dan luput dari pusat perhatian.
Menyukai pertemanan yang dekat dan sedikit
Lingkaran pertemanan seorang introvert tidak banyak, biasanya itu-itu saja. Bukan karena tidak menyukai orang atau tidak bisa berteman, penelitian menunjukkan bahwa hubungan berkualitas memainkan peran penting dalam kebahagian introvert. Oleh karenanya, mereka merasa lebih nyaman menjaga pertemanan dalam lingkup kecil dan berkualitas.
Mengenal orang secara mendalam
Sifatnya yang tidak suka menjadi perhatian atau spotlight menjadikan introvert lebih sering berada di pinggir dan bersikap sebagai pengamat. Kebiasaan ini membuat mereka kaya akan sudut pandang terhadap suatu hal, termasuk terhadap seseorang.
Ditambah lagi, introvert biasanya tidak mahir mengekspresikan diri sendiri, sehingga lebih banyak yang menjadi pendengar. Bahkan, bukan tidak mungkin mereka terbiasa membaca bahasa tubuh, tindak-tanduk, nada bicara yang biasanya tersirat dan luput diperhatikan oleh banyak orang. Kebiasaan-kebiasaan ini dapat meningkatkan kemampuan berempati dan dukungan emosional.
Tenggelam dalam pikiran-pikirannya sendiri
Mereka terbiasa memikirkan atau membayangkan berbagai kemungkinan kejadian yang bisa terjadi sebelum menyusun sebuah rencana. Oleh karenanya, mereka perlu waktu untuk memproses informasi sebelum memutuskan pilihan. Kecenderungan tenggelam dalam pikiran ini dapat membuat orang lain mendapat kesan bahwa mereka pemalu, terganggu, atau tidak tertarik.
Lebih memilih menulis daripada berbicara
Beberapa introvert memikirkan segala sesuatu secara hati-hati sebelum berbicara. Oleh karenanya, mereka cenderung kesulitan memberikan opini secara spontan. Berbeda dengan menulis, banyak waktu tersedia untuk memikirkan posisi dan memilih kata-kata yang tepat untuk mengekspresikan pikirannya.
Merasakan emosi mendalam
Beberapa bukti menunjukkan bahwa mereka mengalami emosi yang lebih intens dan cenderung kesulitan mengelolanya. Sensitivitas yang tinggi ini menjadi salah alasan yang menjelaskan mengapa banyak introvert mengalami depresi.
Introvert bukanlah hal yang buruk yang perlu ditutupi atau diubah. Seorang introvert perlu merasa nyaman dan menerima dirinya apa adanya. Dengan begitu, mereka bisa memaksimalkan potensi-potensi alaminya.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi