Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas

Kemunculan Bahasa Campuran dan Bentuk Kekerasan Simbolik

Kenia Intan oleh Kenia Intan
6 September 2022
A A
Bahasa Campuran, Kemunculan dan Bentuk Kekerasan Simbolik Mojok.co

Tim PKM UGM Riset Sosial Humaniora (ugm.ac.id)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Bahasa campuran Indonesia-Inggris (Indogish) atau yang juga dikenal dengan “bahasa Jaksel” marak digunakan dan mendominasi percakapan generasi muda saat ini. Menariknya, dinamika penggunaan bahasa dapat menjadi indikator dominasi budaya tertentu atas budaya lain dalam masyarakat.

Hal ini disadari oleh Doni Andika Pradana, Wahida Okta Khoirunnisa, Danu Saifulloh Rahmadani, Della Ayu Banon Rekno Habsari, dan Zania Mashuro. Mahasiswa UGM yang tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) UGM Riset Sosial Humaniora itu melakukan penelitian terhadap fenomena penggunaan gaya bahasa campuran yang banyak digunakan oleh mahasiswa di Yogyakarta akhir-akhir ini.

“Kami melakukan penelitian selama empat bulan dengan judul Kekerasan Simbolik pada Penggunaan Bahasa Campuran dan Implikasinya pada Identitas Budaya,” ujar Doni di Kampus UGM, Senin (5/9/2022).

Untuk menyelidiki fenomena secara komprehensif, tim menggunakan perspektif indisipliner, yaitu filsafat dan sastra Indonesia. Penelitian berupaya menyelidiki fenomena penggunaan gaya bahasa campuran secara radikal melalui perspektif filsafat postmodernisme, apakah “bahasa Jaksel” mengindikasikan adanya dominasi budaya tertentu dalam hal ini adanya kekerasan simbolik. Sementara dari sisi sastra Indonesia, berupaya untuk menyelidiki secara komprehensif mengenai faktor penyebab maraknya fenomena ini.

Kekerasan Simbolik

Pada dasarnya, maraknya penggunaan bahasa campuran Indonesia-Inggris di kalangan mahasiswa dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya karena bahasa campuran dipandang lebih komunikatif. Selain itu, bahasa ini terlihat keren dan prestisius dan memiliki daya pengaruh yang lebih untuk mengarahkan pemahaman lawan bicara.

Pengguna bahasa campuran Indonesia-Inggris rata-rata berasal dari kalangan tertentu, misalnya mahasiswa yang berasal dari kota-kota besar atau mahasiswa dengan status ekonomi tinggi dan memiliki akses yang lebih dalam pendidikan terhadap penguasaan bahasa.

“Bahkan para pengguna gaya bahasa campuran ini memiliki kelompok atau komunitas tertentu yang tentunya berasal dari latar belakang yang sama,” jelas Wahida.

Berdasarkan data yang dikumpulkan, terlihat suatu persoalan ketika seseorang menggunakan bahasa tertentu lalu menerapkannya pada situasi dan kondisi sistem bahasa yang berbeda. Hal itu sebenarnya telah menunjukkan bahwa kuasa struktur bahasa telah bekerja dan tumbuh dalam diri pengguna serta merepresentasikan kuasa bahasa mana yang melekat dalam diri, khususnya kelas sosial.

Dengan kata lain, penggunaan gaya bahasa campuran Indonesia-Inggris dalam arti dan situasi tertentu mampu menginklusi seseorang pada kelompok tertentu dan membedakan seseorang dari kelompok lain.

“Hal inilah yang kemudian dipahami sebagai kekerasan simbolik,” imbuh Ayu.

Khawatir mengancam eksistensi bahasa Indonesia

Penelitian itu juga menjelaskan, penggunaan gaya bahasa campuran dikhawatirkan akan mengancam eksistensi bahasa Indonesia sebagai identitas budaya bangsa. Penggunaan gaya bahasa campuran secara lisan lambat laun akan memengaruhi bahasa tulis yang berkembang.

Kompleksitas gaya “bahasa Jaksel” di satu sisi merupakan gaya bahasa yang komunikatif, tetapi di sisi lain penggunaan bahasa campuran menandakan kusutnya pikiran si penutur dan ketidakmampuan dalam menyusun kalimat. Bahkan, mengandung unsur kekerasan secara simbolik dan dapat mengancam eksistensi bahasa Indonesia sebagai identitas budaya nasional.

“Karenanya diperlukan upaya untuk mengantisipasi dampak buruk dari adanya gaya bahasa campuran,” jelas Ayu lagi.

Tim penelitian melihat itu melihat berbagai pihak perlu terlibat. Diantaranya penamaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) dalam pendidikan perlu digencarkan, Balai Bahasa harus menguatkan dan menggelorakan lagi sikap cinta bahasa Indonesia, dan para akademisi perlu melakukan kajian yang lebih komprehensif mengenai bahasa dan identitas budaya. Tak kalah penting, masyarakat harus senantiasa membiasakan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Iklan

Sumber: ugm.ac.id
Penulis: Kenia Intan

BACA JUGA Kata Paling Indah dalam Bahasa Indonesia

Terakhir diperbarui pada 6 September 2022 oleh

Tags: bahasa campuranbahasa indonesiabahasa inggrisbahasa jakselkekerasan simbolik
Kenia Intan

Kenia Intan

Content Writer Mojok.co

Artikel Terkait

Belajar Bahasa Inggris Cocok untuk Atlet Brain Rot kayak Kamu MOJOK.CO
Esai

Belajar Bahasa Inggris Adalah Tahap Awal untuk Memanusiakan Diri bagi Atlet Brain Rot seperti Saya

10 Juni 2025
pramoedya ananta toer.MOJOK.CO
Ragam

Ini yang Terjadi Seandainya Pramoedya Ananta Toer Menjadi Guru Sastra Indonesia

3 Februari 2025
Kosakata Bahasa Indonesia Tidak Miskin, Bahasa Inggris Perampok MOJOK.CO
Esai

Bahasa Indonesia Miskin Kosakata Adalah Pandangan yang Terlalu Jauh di Tengah Pemujaan Bahasa Inggris yang “Merampok” Bahasa Lain

7 April 2024
M. Tabrani: Cerita di Balik Pengukuhan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Persatuan
Video

M. Tabrani: Cerita di Balik Pengukuhan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Persatuan

6 November 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.