Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas

Menelusuri Kampung Mati di Wonogiri: Hanya Ada 7 Rumah, Efek Transmigrasi Zaman Soeharto

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
16 September 2023
A A
Menelusuri Kampung Mati di Wonogiri: Hanya Ada 7 Rumah, Efek Transmigrasi Zaman Soeharto MOJOK.CO

Ilustrasi jalan di sebuah kampung di Wonogiri. (Photo by LUKAS FITRIA ADI SETIAWAN on Unsplash)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kampung di Wonogiri ini disebut kampung mati karena hanya ada 7 rumah dan berada di tempat terpencil. Sebagian besar penghuninya adalah janda. Sedikitnya penghuni kampung ini tak lepas dari kebijakan transmigrasi di era Orde Baru.

Sebagai akamsi Wonogiri, saya telah banyak mendengar tentang desa-desa dengan tingkat kemiskinan ekstrim di wilayah ini. Di kecamatan tempat saya tinggal, Pracimantoro, misalnya. Per 2023 ini ada lima desa yang masuk kategori miskin ekstrim, yaitu Joho, Sedayu, Trukan, Gambirmanis, dan Wonodadi.

Namun, terkait adanya “kampung mati”, saya belum lama mendengarnya. Soal “Dusun Puhbale” sebagai lokasi kampung mati tersebut, saya juga baru-baru ini mengetahuinya.

Setelah saya telusuri, ternyata secara administratif lokasinya berada di Dusun Semin, Desa Semin, Kecamatan Nguntoronadi. Satu jam perjalanan dari pusat kota Wonogiri. Wilayah ini memang berada di area ketinggian, dengan topografis perbukitan dan jalanan curam dan ekstrim.

Desa Semin sendiri merupakan satu-satunya desa miskin ekstrim di Kecamatan Nguntoronadi. Sementara “Pubbale”, secara teknis masih merupakan bagian dari RT 02 RW 04 Dusun Semin.

Tujuh rumah yang terisolir

Empat tahun lalu, sempat viral di media sosial soal pembukaan donasi bagi Mbah Sanem, warga Dusun Semin yang tinggal sebatang kara, kondisi rumah memprihatinkan, dan tanpa jaringan listrik.

Akses ke kediaman Mbah Sanem juga amat sulit karena berada di perbukitan curam tanpa cor-blok maupun aspal.

Empat tahun berlalu, saya pikir masalah serupa yang menimpa Mbah Sanem telah selesai. Nyatanya tidak.

Setelah menyimak perjalanan vlogger Jejak Richard melalui kanal Youtube-nya, kondisi empat tahun silam sama sekali tak berubah. Vlog tersebut diambil sekitar lima bulan yang lalu.

Mirisnya, apa yang disebut “kampung mati” ini ternyata benar adanya. Di Dusun Semin RT 02 RW 04—atau yang dalam video sebutannya “Puhbale” itu—hanya terdapat tujuh rumah. Untuk mencapai rumah tersebut, harus menempuh jalanan sempit tanpa aspal, terjal, dan tepi jurang.

Maka, jika ingin berkunjung, paling memungkinkan adalah dengan mengendarai sepeda motor. Itu pun masih akan memacu adrenalin ketika memasuki musim hujan, karena jalanan pasti menjadi lebih licin.

Penghuni kampung mati, mayoritas adalah janda

Dari tujuh rumah yang berdiri, masing-masing penghuninya 2-3 orang yang semuanya adalah lansia. Mayoritas dari mereka pun merupakan janda karena sang suami telah meninggal.

Untuk kesehariannya, masyarakat di Puhbale bekerja sebagai petani. Sebagaimana wilayah Wonogiri kebanyakan, mereka mengolah ladang bertipe tadah udan; menanam padi saat musim hujan, dan saat kemarau gantian tanam umbi-umbian serta singkong. Mereka menggantungkan hidupnya dari hasil alam ini.

Iklan

Meski pemerintah setempat mengklaim telah menyalurkan bantuan untuk renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), tapi kondisi kediaman mereka masih amat memprihatinkan. Meski kebanyakan sudah berdinding bata putih, lantainya sebagian besar masih tanah.

Warganya pun juga tak ada yang memiliki kendaraan bermotor. Sebab—karena mungkin tak bisa membelinya—jalanan di sini tak memungkinkan untuk akses kendaraan. Alhasil, tiap kali ingin berbelanja kebutuhan sehari-hari, para warga harus berjalan kaki menyusuri bukit terlebih dahulu.

Ditinggal karena transmigrasi dan merantau

Beberapa warga menyampaikan, dulunya Puhbale yang kini dikenal sebagai kampung mati di Wonogiri cukup ramai penduduknya. Sayangnya, sejak adanya program transmigrasi pada era Soeharto atau pemerintahan Orde Baru, banyak warganya pindah ke Papua dan tidak kembali.

Sementara para pemudanya memilih merantau ke kota. Sebagian dari mereka kemudian memilih berkeluarga dan menetap di kota lain. Ada yang sekali dalam setahun pulang saat Lebaran, tapi tak sedikit juga yang memilih tak kembali.

Inilah mengapa dusun ini dijuluki kampung mati. Selain karena warganya terisolir dari kehidupan sosial lain, mereka juga terancam tak memiliki penerus untuk generasi berikutnya.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Menelusuri Jejak Masa Kecil Soeharto di Wonogiri

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 16 September 2023 oleh

Tags: kampung matitransmigrasiwonogiri
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga
Pojokan

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
pabrik semen, pracimantoro, wonogiri.MOJOK.CO
Aktual

Dari Panggung Rock in Solo untuk Pegunungan Sewu: Suara Musik Keras Menolak Pabrik Semen Pracimantoro

4 November 2025
Pasar Wonogiri Terbakar (Lagi): Memori Kelam Dua Dekade yang Lalu Terulang Kembali
Pojokan

Pasar Wonogiri Terbakar (Lagi): Memori Kelam Dua Dekade yang Lalu Terulang Kembali

6 Oktober 2025
pabrik semen, pracimantoro, wonogiri.MOJOK.CO
Ragam

‘Kalau cuma bikin warga Pracimantoro saling membenci, tak usah ada pabrik semen’ – Proyek Pabrik Semen di Wonogiri Rawan Konflik Horizontal

19 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.