MOJOK.CO – KA Argo Wilis telah melewati perjalanan panjang mengarungi zaman. Kehadirannya begitu dinantikan warga Bandung, Surabaya, dan sekitarnya.
Kecelakaan kereta api terjadi di Kulon Progo pada Selasa (17/10). Kejadian bermula dari KA Argo Semeru yang tiba-tiba anjlok di jalan antara Stasiun Sentolo-Stasiun Wates, sesaat kemudian KA Argo Wilis melintas di jalur tersebut. Benturan pun terjadi pada kedua kereta tersebut. Tercatat 32 korban mengalami luka ringan. Beruntung, tak ada korban jiwa.
Perihal kronologi lengkap dan cerita dari saksi mata telah Mojok tulis di sini dan di sini. Nah kali ini, Mojok akan membahas seputar KA Argo Wilis yang terbilang cukup legendaris. Kereta ini telah puluhan tahun jadi andalan warga Jawa Barat dan Jawa Timur.
Kereta eksekutif penghubung Bandung dan Surabaya
Buat yang belum tahu, KA Argo Wilis merupakan layanan kereta penumpang kelas eksekutif yang melayani relasi Bandung-Surabaya Gubeng di lintas selatan Jawa. Kereta api ini sudah ada sejak 24 tahun lalu atau mulai beroperasi 8 November 1998.
Kereta ini diresmikan oleh Menteri Perhubungan, Giri Suseno Hardihardjono di Stasiun Surabaya dan Gubernur Jawa Barat, R. Nana Nuriana di Stasiun Bandung. Awal beroperasi, kereta api ini menggunakan rangkaian kereta buatan PT. INKA keluaran 1998 yang sudah terlengkapi dengan bogie NT-60 (K8). Terdapat satu perjalanan fakultatif yang beroperasi di malam hari.
Kala melaju KA Argo Wilis menempuh perjalanan sejauh 696 km dengan waktu tempuh sekitar 9 jam 54 menit.
Perjalanan KA Argo WIlis dari masa ke masa
Karena memiliki tingkat keterisian yang rendah, sekitar tahun 2008, KA Argo Wilis sempat beroperasi sebagai kereta api fakultatif. Bahkan sempat muncul wacana adanya penghapusan layanan kereta api ini.
Namun seiring berjalannya waktu, tingkat okupansi mulai mengalami peningkatan. Pada pertengahan 2016, lokomotif CC206 menjadi mesin penarik utama kereta ini menggantikan lokomotif CC203/CC201. Kala itu kereta api ini melanju membawa delapan hingga sembilan gerbong kelas eksekutif.
KA Argo Wilis menggunakan formasi kursi 2-2 yang dapat menampung 50 penumpang di tiap gerbongnya. Kursi yang tersedia pada kelas ini berbahan kulit, penumpang dapat mengaturnya mulai dari posisi rebat atau memutar sesuai arah perjalanan kereta api.
Kereta yang terinspirasi dari nama gunung berapi
Ihwal nama, kereta ini meminjam nama gunung berapi (non aktif) yang terletak di Jawa Timur: Gunung Wilis. Gunung yang berkaitan dengan enam kabupaten dan satu wilayah kota, yakni Kab. Kediri, Kab. Tulungagung, Kab. Nganjuk, Kab. Madiun, Kab. Ponorogo, Kab. Trenggalek, dan Kota Kediri.
Gunung Wilis juga erat dengan kisah penciptaan manusia yang tertuang pada sejumlah karya sastra Jawa. Antara lain “Tantu Panggelaran” yang tertulis memakai bahasa Jawa zaman Majapahit–suntingan teksnya terbit pada 1924 oleh  Dr. Theodoor Gautier Thomas Pigeaud–dan “Jagad Gumelar–Manusia Tercipta” karya penulis Agung Bimo Sutejo dan Timmy Hartadi.
Dahulu kala, lereng pegunungan Wilis pernah dilalui oleh Jenderal Soedirman sebelum melakukan Serangan Umum 1 Maret 1949 ke Jogja.
Kembali ke topik awal, KA Argo Wilis telah menjadi bagian dari perjalanan hidup warga Jawa Barat dan Timur. Ia menjadi angkutan yang mengantarkan mereka mengarungi pulau Jawa. Telah banyak memori yang tersimpan pada benak mereka mengenai kereta ini.
Satu dari sekian pengalaman tersebut terekam dalam lagu campur sari karya Cak Diqin, “Sepur Argo Lawu”. Dalam lirik lagu patah hati tersebut, nama Argo Lawu beserta nama kereta Jawa Timur lainnya.
“Kereta api Argo Wilis
Aku apa kurang manis?”
Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Selalu Kangen Naik Kereta Api Sri Tanjung Zaman Dulu yang Setiap Gerbongnya Berisi Kekacauan
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News