MOJOK.CO – Gamelan menjadi salah satu instrumen yang tidak terpisahkan dari tradisi dan kesenian Jawa. Bahkan kebutuhan akan alat musik tersebut semakin meningkat saat ini seiring upaya pelestarian kesenian tradisional.
Namun ketersediaan alat musik gamelan seringkali belum memadai. Tidak banyak empu dan pandai atau pembuat gamelan yang bisa membuat gamelan sesuai kebutuhan. Belum lagi harga gamelan yang cukup mahal. Satu set gamelan Jawa dari besi bisa dijual dengan harga lebih dari Rp40 juta.
Saat ini tak banyak pandai yang mampu menyetel tangga nada gamelan. Di DIY tak lebih dari 20 gamelan bisa dibuat dalam satu tahun.
Sebab untuk membuat seperangkat gamelan membutuhkan waktu lebih dari dua hingga tiga bulan. Belum lagi pembuatan gamelan yang cukup rumit, mulai dari pencetakan jenis gamelan hingga penyesuaian tangga nada.
Hal ini yang kemudian menginisiasi Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna (BPTTG) DIY membuat inovasi pembuatan gamelan. Dengan bantuan alat-alat berteknologi, proses pembuatan seperangkat gamelan bisa dilakukan dalam waktu lebih cepat dan mudah.
“Kami membuat pembuatan gamelan dibantu dengan teknologi komputerisasi,” ujar advisor BPTTG, FX Mujiyono di Yogyakarta, Rabu (14/12/2022).
Menurut Muji, pembuatan gamelan dimulai dari scan 3D bentuk alat musik yang akan dibuat. Kemudian dilakukan molding atau pencetakan perangkat gamelan dan penyatuan gamelan. Yang terakhir, pengaturan tangga nada gamelan dilakukan dengan memanfaatkan software.
Pengaturan tangga nada untuk masing-masing alat gamelan berbeda satu dengan lainnya. Gong jadi salah satu alat musik yang paling lama penyetelan tangga nadanya karena membutuhkan waktu dua hingga tiga hari.
“Untuk proses ini seluruhnya dibantu alat yang ada di BPTTG. Seperti penyeteman, menggunakan aplikasi komputerisasi untuk menemukan nada standar tiap alat. Proses ini menarik karena penyeteman biasanya butuh waktu lama sampai tiga hari, bahkan untuk gong nada rendah bisa lebih lama lagi,” jelasnya.
Sementara Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Syam Arjayanti mengungkapkan, kebutuhan perangkat gamelan masyarakat semakin banyak. Keinginan masyarakat untuk melestarikan kebudayaan khususnya gending-gending Jawa otomatis membutuhkan alat musik tradisional tersebut. Bahkan banyak lembaga pendidikan, instansi pemerintah di tingkat kalurahan dan kecamatan yang saat ini mempunyai kegiatan karawitan.
“Saat ini banyak permintaan apalagi di sekolah-sekolah sudah menjadi ekstrakulikuler yang membutuhkan seperangkat gamelan, belum di kalurahan-kalurahan sudah mulai kaum milenial menyukai gamelan. Selama ini memang kesulitannya dalam hal produksi. Kita selalu tidak bisa memenuhi permintaan pasar karena sangat terbatas sekali untuk memenuhi itu,” tandasnya.
Karenanya melalui inovasi yang dikembangkan di BPTTG maka pembuatan gamelan jadi lebih mudah. Tidak perlu keahlian murni dari empu untuk membuat alat tersebut.
Pemanfaatan teknologi digital membuat proses produksi gamelan akan lebih cepat karena ada beberapa proses yang dipercepat. Pembuatan gamelan dengan scan 3D membuat pola hingga penyeteman menemukan suara terbaik gamelan pun bisa dilakukan lebih cepat.
“Prosesnya lebih cepat jika biasanya mencapai 2-3 bulan, namun di BPTTG bisa memperpendek waktu,” jelasnya.
Wiyos Santosa, Plt Asisten Sekda Bidang Perekonomian DIY menambahkan keahlian terkait produksi gamelan ini masih sangat terbatas di DIY.
“Semoga ke depan produksi kita bisa meningkat karena banyak yang ahli di bidang gamelan,” imbuhnya.
Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Purnawan Setyo Adi