Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas

Jenderal Sudirman, Guru Muhammadiyah yang Juga Gurunya Tentara

Hammam Izzuddin oleh Hammam Izzuddin
13 November 2022
A A
Panglima Sudirman, guru Muhammadiyah yang jadi gurunya tentara

Jenderal Sudirman, gurunya tentara.

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Jenderal Sudirman terpilih menjadi adalah Panglima TNI termuda. Pengalamannya di palagan besar juga menunjukkan mantan guru SD Muhammadiyah di Cilacap ini juga layak disebut sebagai gurunya tentara.

Lewat sebuah rapat akbar yang dilakukan Tentara Keamanan Rakyat pada 12 November 1945, terpilihlah Sudirman sebagai pemimpin TKR, cikal bakal TNI. Lokasi rapat akbar pertama TKR berlangsung di markasnya yang saat itu berada di sisi timur perempatan Gramedia Sudirman atau yang saat ini menjadi Museum TNI Angkatan Darat. 

Dalam pemilihan, Sudirman mengalahkan Oerip Soemohardjo yang lebih senior lewat pemungutan suara ketat. Dua kali pemungutan suara, hasilnya imbang. Pada pemungutan terakhir, Sudirman mendapatkan 22 suara sedang Oerip mendapatkan 21 suara. Sudirman baru berusia 29 tahun saat terpilih sebagai pemimpin TKR.

Muhiddin M Dahlan dalam Jas Merah YouTube Mojok mengatakan, kemungkinan Oerip tidak terpilih menjadi pemimpin TKR karena perwira-perwira muda mempersoalkan latar belakangnya sebagai bekas tentara KNIL atau tentara Hindia Belanda. “Sementara revolusi sedang mendelete semua yang berbau kolonial,” kata Muhiddin M Dahlan.

Menurut Muhiddin M Dahlan, sosok Sudirman yang menjadi Panglima TKR juga layak disebut sebagai gurunya tentara. Bukan sosok Oerip Soemohardjo atau AH Nasution yang menulis buku tentang Pokok-Pokok Gerilya, atau Soeharto. “Sudirman adalah guru bangsa, gurunya tentara,” kata Muhiddin. 

Setidaknya ada dua alasan, mengapa Sudirman layak disebut sebagai gurunya tentara. Pertama, usai Jepang menyerah kepada sekutu, Sudirman mampu meyakinkan pasukan Jepang untuk menyerahkan persenjataannya kepada tentara republik. “Tanpa pertumpahan darah, senjata dan mesiu dari Jepang itu kemudian didistribusikan kepada tentara republik di daerah lain,” kata Muhiddin Dahlan. 

Prestasi ini menyebar di kalangan militer, dari donasi itu muncul kesan, ini Sudirman bukan tentara kaleng-kaleng.

Alasan kedua mengapa Jenderal Sudirman layak disebut sebagai gurunya tentara, karena Sudirman benar-benar menjadi seorang guru. Ilmu kemiliterannya pertama kali ia kenal saat aktif di Hizbul Wathan, gerakan kepanduan milik Muhammadiyah. Sudirman juga menjadi guru di HIS Muhammadiyah atau setingkat sekolah dasar (SD).

“Ketika sekolah itu dilikuidasi Belanda, Sudirman bikin koperasi dagang rakyat di Cilacap yang namanya Perkoperasian Bangsa Indonesia. Sukses dengan Perbi, Sudirman membuat Persatuan Koperasi Indonesia Wikaya Kusuma,” kata Muhiddin. Bukan itu, saja Sudirman mendirikan Badan Pengurus Pangan Rakyat, untuk menjamin penduduk di Cilacap tidak kelaparan. Di sela-sela itu, ia tetap mengajar menjadi guru dakwah. 

“Artinya pemimpin tertinggi tentara kita ini berasal dari rahim guru, maka nggak salah Sudirman disebut gurunya para tentara. Bukan Urip Sumoharjo, bukan AH Nasution, bukan Soeharto melainkan Sudirman,” kata Muhiddin.

Menurut Muhiddin, portofolio Sudirman dalam kemiliteran terpahat dalam dua palagan besar selama menjadi Panglima TKR, yaitu Palagan Ambarawa dan saat melakukan perang gerilya. Palagan Ambarawa adalah pertempuran 4 hari 4 malam dari 12 Desember hingga 15 Desember 1945. Sudirman yang sekaligus Panglima TKR menggunakan taktik perang yang pernah dipakai oleh Diponegoro namanya taktik supit udang.

“Maka hari kemenangan 15 Desember 1945 di Ambarawa itu kemudian dijadikan sebagai Hari Jadi TNI Angkatan atau Hari Juang Kartika,” kata Muhiddin. 

Gelanggang besar kedua bagi Jenderal Sudirman saat menjadi Panglima Besar, adalah perang gerilya dilakukan usai Belanda melancarkan agresi militernya yang kedua pada 19 Desember 1948. Panglima Besar Sudirman melakukan gerilya di wilayah DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur hingga kemudian Belanda menarik pasukannya setelah perjanjian Roem-Royen yang berlangsung 7 Mei 1949. 

Bagi Sudirman, perang gerilya adalah siasat bagaimana menjaga benteng pertahanan wilayah paling akhir di wilayah republik. Pemerintah boleh rontok tapi tentaranya masih ada dan eksis.  Pilihan Sudirman itulah yang kemudian menjadi energi dan modal bagi pejuang lain di meja tempur yang lain, di meja perundingan bahwa Indonesia masih ada, walaupun pejabat-pejabat elitnya berada dalam pembuangan. 

Iklan

“Kombinasi semua portofolio Jenderal Sudirman itu yang kemudian membuat dirinya layak menjadi guru tentara. Tentu saja Ini adalah guru dalam pengertian sebenar-benarnya pengertian yang denotatif,” kata Muhiddin.

Sebagai guru, Panglima Besar Jenderal Sudirman berpesan dalam sebuah acara di pelataran Candi Borobudur yang ungkapannya bisa Anda baca kembali di Museum Sasmita Loka. “Kira-kira kata-katanya begini, ‘anak-anakku tentara Indonesia, kamu bukanlah serdadu sewaan, melainkan tentara yang berideologi yang sanggup berjuang menempuh maut untuk keluhuran tanah airmu’,” kata Muhiddin Dahlan. 

Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono

Kisah lengkap tentang Sudirman bisa disaksikan di Jas Merah YouTube Mojok berikut ini

 

BACA JUGA: Rumah Tua, Jejak Gerilya Jenderal Sudirman, dan Jimat yang Membuatnya Dianggap Sakti

Terakhir diperbarui pada 13 November 2022 oleh

Tags: gerilyajas merahpanglima besar sudirmansudirmanTNI
Hammam Izzuddin

Hammam Izzuddin

Reporter Mojok.co.

Artikel Terkait

gen z muak dengan musik mellow. MOJOK.CO
Liputan

Gen Z Muak dengan Musik Mellow yang bikin Mood Berantakan. Kalau Dulu, “Lagu Cengeng” Langsung Dilarang Negara

17 Oktober 2025
Pemerintah Tolak Uji Formil UU TNI, Bukti Suara Rakyat Tak Dianggap dan Cuma Fasilitasi Kepentingan Kekuasaan.MOJOK.CO
Aktual

Pemerintah Tolak Uji Formil UU TNI, Bukti Suara Rakyat Tak Dianggap dan Cuma Fasilitasi Kepentingan Kekuasaan

25 Juni 2025
Alumni Unhan RI Jurusan Ekonomi Pertahanan. MOJOK.CO
Kampus

Kuliah di Universitas Pertahanan Memang Menjanjikan, tapi Tugasnya bikin Mahasiswa Kena Mental

28 Mei 2025
tentara, dwifungsi tni, tni, militer.MOJOK.CO
Aktual

Dwifungsi TNI is Back, Ancaman Nyata Bagi Dunia Akademik

20 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Riset dan pengabdian masyarakat perguruan tinggi/universitas di Indonesia masih belum optimal MOJOK.CO

Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan

18 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
Teknisi dealer Yamaha asal Sumatera Utara, Robet B Simanullang ukir prestasi di ajang dunia WTGP 2025 MOJOK.CO

Cerita Robet: Teknisi Yamaha Indonesia Ukir Prestasi di Ajang Dunia usai Adu Skill vs Teknisi Berbagai Negara

16 Desember 2025
borobudur.MOJOK.CO

Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur

15 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.