MOJOK.CO – Aksi kekerasan di salah satu asrama mahasiswa di Yogyakarta kembali terjadi. Aksi yang terjadi pada Selasa (23/08/2022) di Jalan Kusumanegara mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.
Rangkaian kejadian tersebut sempat viral di media sosial (medsos). Salah satu video memperlihatkan sejumlah pengendara sepeda motor dan mobil putar balik di Jalan Kusumanegara.
Kassubag Humas Polresta Yogyakarta, AKP Timbul Sasana Raharja dalam pesan tertulisnya, Rabu (24/08/2022) menjelaskan, penutupan Jalan Kusumanegara memang sempat dilakukan karena adanya aksi penganiayaan di Asrama Mahasiswa Papua.
“Benar tadi malam ada peristiwa penganiayaan yang berakibat korban meninggal dunia. Korban meninggal dunia inisial JTM kelahiran tahun 1991, alamat Condong Catur Depok Sleman, karyawan swasta,” ungkapnya.
Menurut Timbul, sebelum terjadinya penganiayaan, korban datang ke lokasi untuk ikut rapat di Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kemasan, Umbulharjo, Yogyakarta sekitar pukul 20.30 WIB. Saat rapat, ada yang melempar sandal sehingga mengakibatkan keributan.
Lebih lanjut Timbul mengatakan, meski korban sudah bekerja, tetapi yang bersangkutan memang masih ikut rapat dengan teman-teman daerahnya di asrama tersebut. Korban yang datang bersama tiga temannya kemudian keluar dan meninggalkan lokasi. Namun mereka dihadang oleh sekelompok orang yang membawa senjata tajam (sajam).
Korban pun akhirnya melarikan diri usai dihadang. Namun, korban mendapatkan hantaman atau sabetan senjata tajam pada kepala bagian belakang yang mengakibatkan korban tersungkur.
“Kemungkinan korban dibacok mengunakan senjata tajam. Tapi untuk kepastian, polisi masih menunggu hasil identifikasi RS Hardjolukito,” ungkapnya.
Timbul mengatakan, Polresta Yogyakarta masih terus melakukan penyelidikan Menurutnya, ada kemungkinan pelaku masih berasal dari satu daerah dengan korban.
Secara terpisah Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X di Kompleks Kepatihan Yogyakarta menyayangkan aksi kekerasan terus saja terjadi. Kejadian itu terus berulang setiap ada mahasiswa baru datang ke Yogyakarta karena mendahulukan kekerasan.
“Mahasiswa baru begitu datang ke Jogja perlu penyesuaian. Nah penyesuaian [di Jogja] ini yang sering salah paham. La nek carane ngene ya tiap tahun [terjadi aksi kekerasan],” ungkapnya.
Sultan pun sebenarnya sudah seringkali menyampaikan nasehat bagi mahasiswa untuk bisa menyesuaikan diri dengan karakter dan budaya Yogyakarta. Namun, nampaknya kasus tersebut terus saja terjadi.
Karenanya Sultan akan segera turun tangan menangani kasus tersebut. Hal itu dilakukan agar persoalan tidak merembet lebih luas.
“Ya nanti kalau nggak bisa diatasi saya disuruh terjun [mengatasi kasus itu],” imbuhnya.
Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Purnawan Setyo Adi