MOJOK.CO – Hari pertama Prambanan Jazz 2022 berlangsung seru. Penonton asyik bergoyang dan larut dalam irama musik para penampil walau sambil duduk di kursi.
Jumat (1/7/2022), Prambanan Jazz 2022 benar-benar jadi ajang “kangen-kangenan” para pecinta musik untuk menyaksikan konser secara offline. Ribuan orang tumpah ruah di pelataran Candi Prambanan. Dua tahun tanpa konser karena pandemi, Prambanan Jazz 2022 disambut hangat oleh penonton.
Prambanan Jazz tahun ini menyajikan stage raksasa dengan latar Candi Prambanan yang menakjubkan. Mata penonton dimanjakan dengan sunset “golden hour” yang begitu indah.
Layaknya festival, acara musik tahunan ini juga menghadirkan puluhan booth makanan dan minuman yang bikin ngiler. Rupa-rupa jajanan dari mulai telur gulung, corndog, dim sum, sosis bakar, ada di sana. Walaupun dengan harga yang agak mahal, namun tetap laris diserbu penonton saat jeda pertunjukkan.
Begitu sampai lokasi, saya langsung disuguhi penampilan Kukuh Prasetya Kudamai. Nomor-nomor andalan dibawakan oleh Kukuh seperti: “Udan Tanpo Mendung”, “Mendung Udan Terus Terang”, “Udane Ora Roto”, “Mendung Tanpo Udan”, dan “Terang”. Di lagu “Mendung Tanpo Udan” Kukuh mengajak serta Ndarboy Genk ke atas panggung.
Selanjutnya, kejutan dihadirkan oleh Melancholic Bitch (Melbi). Band yang dikenal “ghoib” ini hadir menjelang pukul 4 sore. Sebelumnya di akun media sosial miliknya, Melbi memberi bocoran kalau 1 juli mereka akan tampil. Ternyata Prambanan Jazz yang berhasil membawa band ini naik ke atas panggung.
6 lagu selama 30 menit dibawakan oleh Ugo dkk. “Normal, Moral”, “Dapur, NKK/BKK”, “Masup Tipi”, “Bioskop, Pisau Lipat”, dan ditutup oleh “Sepasang Kekasih yang Bercinta di Luar Angkasa”. Aksi setengah jam untuk Melbi bagi saya rasanya kurang hehe.
Setelah Melbi, Ardhito Pramono langsung menggeber lagu-lagunya di atas panggung. “Trash Talk” jadi lagu pembuka, dikuti kemudian oleh “Say Hello”.
“Halo nama saya Ardhito mencoba menghibur semua, its good setelah semua musibah yang saya alami, hal buruk yang saya lakukan, lebih tepatnya konsekuensi,” ucap Ardhito yang baru saja selesai dari masa rehabilitasinya karena penggunaan narkoba.
Tembang-tembang seperti “I Just Couldn’t Save You Tonight”, “Sudah”, “Bitter Love”, “Here We Go Again”, “Cigarettes of Ours”, dan “Superstars” berhasil memanaskan penonton.
Penonton baru benar-benar panas saat Andien tampil setelah jeda maghrib. Andien membuka penampilannya dengan “Gemintang” dan “Benang-benang Asmara”. Musisi berusia 37 tahun ini tahu betul caranya berinteraksi dengan penonton.
“Ini adalah sebuah keajaiban untuk Prambanan Jazz, walaupun nontonnya duduk, semangatnya semangat berdiri,” ucap Andien yang langsung disambut teriakan dari penonton dan bergoyang diiringi lagu “Milikmu Selalu”.
Setelah Andien, kemeriahan malam itu dilanjutkan dengan penampilan Diskoria. Duo Merdi dan Aat membuat penonton bangkit dan bergoyang dengan irama disko. Tambahan Fariz RM di atas panggung bikin suasana makin pecah. Medley lagu “Selangkah ke Seberang”, Kurnia dan Pesona” langsung dibawakan oleh kolaborasi antar-generasi ini.
Maliq & D’Essentials kemudian melanjutkan dengan energi yang sama seperti Andien dan Diskoria. Penonton yang duduk bisa tetap bergoyang dipandu oleh Maliq. Band yang satu ini seakan menjadi puncak dari keseruan Prambanan Jazz di hari pertama.
Ribuan flash light ponsel dan lambaian tangan penonton mengiringi lantunan lagu-lagu Maliq & D’Essentials: “Senja Teduh Pelita”, “Sriwedari”, “Heaven”, “Terdiam”, “Himalaya”, “Untitled”, “Menari”, “Dia”, dan “PIlihanku”. Maliq memang terbaik! Pamungkas lantas menutup panggung jazz di Prambanan malam itu.
Penulis: Purnawan Setyo Adi