Acara “Doa untuk Keselamatan Bangsa” yang digelar oleh FPI DKI Jakarta di pelataran Monumen Nasional (Monas) pada Sabtu, 29 September 2018 lalu rupanya menjadi sorotan oleh banyak pihak.
Hal tersebut salah satunya adalah karena pernyataan Ketua DPP FPI Sobri Lubis yang dalam acara tersebut ikut memberikan sambutan.
Dalam sambutannya, Sobri memberikan pendapatnya tentang kriminalisasi yang menimpa Habib Rizieq dan Gus Nur.
Sobri dengan ringannya menyebut bencana alam, utamanya gempa dan tsunami yang menimpa Indonesia dalam beberapa waktu terakhir ini ada hubungannya dengan kasus hukum dua tokoh tersebut.
“Hati-hati daudara-saudara sekalian, ini ngerjain habi Rizieq, dari dua bulan yang lalu, bencana di mana-mana, bertubi-tubi datang di Indonesia,” kata Sobri.
Sobri kemudian menyebut bahwa gempa bumi dan tsunami yang melanda oleh Palu dan Donggala pada beberapa waktu yang lalu sebagai balasan dari Allah karena Gus Nur dinyatakan sebagai tersangka.
“Kemarin, Gus Nur dinyatakan sebagai tersangka di Palu langsung gempa bumi dan Tsunami,” kata Sobri yang langsung disambut dengan pekikan Allahu Akbar oleh segenap massa yang hadir.
“Dibayar kontan saudara-saudara sekalian, betul?” Tanya Sobri yang tentu saja langsung dijawab oleh massa yang hadir, “Betuuuuul!!!”
Pernyataan Sobri yang mengait-ngaitkan bencana dengan rezim pemerintah tentu saja disayangkan oleh banyak pihak.
Sekretaris Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) PBNU, KH. Marzuki Wahid, misalnya, mengatakan bahwa mengait-ngaitka bencana dengan kasus hukum seseorang merupakan sikap yang politis, tidak punya empati, simpati, dan kepedulian terhadap shahibul musibah.
Yah, bencana gempa dan tsunami di bumi Indonesia tentu saja adalah cobaan yang berat, namun mulut-mulut yang dengan mudahnya menghubungkan bencana dengan politik atau rezim pemerintahan adalah cobaan yang jauh lebih besar lagi. (A/M)