MOJOK.CO – Menjelang menit-menit akhir, elektabilitas Jokowi turun signifikan, elit Golkar pun menudin PSI sebagai salah satu penyebabnya.
Dalam survei terbaru yang digelar oleh Litbang Kompas, elektabilitas pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin ternyata mengalami penurunan. Per bulan Maret, elektabilitas pasangan ini hanya 49,2 persen, alias tidak sampai 50 persen dan hanya terpaut 11 persen dari pasangan Prabowo-Sandi yang punya tingkat elektabilitas sebesar 37,4 persen.
Penurunan elektabilitas Jokowi tersebut ternyata cukup menjadi perhatian serius bagi banyak pihak. Maklum saja, penurunannya sangat signifikan. Pada bulan Oktober tahun 2018, elektabilitas pasangan Jokowi-Ma’ruf masih berada di angka 52,6 persen.
Penurunan elektabilitas ini ternyata menimbulkan kegaduhan tersendiri, utamanya dari koalisi kubu pengusung pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin.
Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPP Partai Golkar, Andi Sinulingga dengan blak-blakan mengatakan bahwa penurunan elektabilitas Jokowi tersebut salah satunya disebabkan oleh PSI.
“Blunder PSI memberikan sumbangan pada turunnya elektabilitas Jokowi. Resistensi rakyat terhadap PSI tinggi sekali dan itu berpengaruh negarif pada Jokowi,” terang Andi pada wartawan.
Seperti diketahui, masih dalam survei Litbang Kompas, PSI memang menjadi partai baru yang punya tingkat resistensi terbesar di masyarakat. Tingkat resistensinya mencapai 5,6 persen, sedangkan elektabilitasnya hanya 0,9 persen.
Seakan tak terima dengan apa yang dikatakan oleh Andi, kubu PSI pun tentu berang dibuatnya.
“Tidak ada korelasi antara penurunan elektabilitas dengan PSI. Hasil survei Kompas tidak menyatakan adanya korelasi demikian,” kata Ketua DPP PSI, Tsamara Amany. “Jadi alasan ini kurang ilmiah dan basisnya asumsi. Elite parpol seharusnya berbasis data jangan asumsi, itu bahaya.”
Andi pun kembali membalas. Kali ini dengan kalimat yang cukup keras.
“Intuisi politik anak-anak PSI itu lemah tapi keminter. Tidak tertulis di penjelasan survei bukan berarti tak ada. Kesimpulan pilpres ketat juga tidak tertulis di survei, tapi orang cukup membaca data dan menyimpulkannya.” Terang Andi. “Kelemahan intuisi dan membaca fenomena itu semakin menjelaskan bahwa nalar anak-anak PSI itu dangkal. Tapi sekali lagi, keminter.”
Lebih lanjut, Andi bahkan mengibaratkan PSI seperti anak kecil yang senang karena diberi sepeda.
“Persis seperti anak kecil baru bisa naik sepeda, hujan-hujan pun naik sepeda, dikasih tahu bahaya pun mereka nggak terima, bahkan berlagak di depan orang-orang yang jam terbang naik sepedanya jauh melampaui mereka.”
Mantap betul memang koalisinya Pak Jokowi ini. Menit-menit akhir, bukannya semakin solid, malah saling serang.
Sungguh sangat menjunjung nilai-nilai netizen negara +62: suka pertikaian.