MOJOK.CO – Dua perusahaan bus legendaris milik pemerintah yakni Damri dan PPD rencananya akan dimerger. Selanjutnya perusahaan gabungan ini akan disuntik modal Rp870 M.
Damri merupakan salah satu perusahaan otobus (PO) tertua yang masih beroperasi di Indonesia hingga saat ini. Setelah lebih dari 70 tahun mengaspal, perusahaan ini akan dimerger dengan sesama perusahaan transportasi pelat merah, Perusahaan Umum Pengangkutan Penumpang Djakarta (Perum PPD).
Merger dua perusahaan sudah mendapat restu dari Presiden Jokowi dan tinggal menunggu proses teknis. Penyelesaian merger memang ditargetkan akan beres di tiga bulan pertama 2023.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan, merger dilakukan supaya dua perum itu tidak tumpang tindih karena memiliki fokus bisnis yang sama. Diharapkan aksi korporasi ini bisa meningkatkan kinerja dan memperluas pasar.
Kementerian BUMN pun mengusulkan melakukan penyuntikan modal melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) dari tahun anggaran 2023. Jumlahnya diperkirakan Rp870 miliar.
“Damri juga cukup lama tidak terima PMN, ini untuk perintis karena cukup banyak penugasan dari Kemenhub untuk daerah-daerah baru, termasuk mereformasi bus listrik di kota besar, seperti di Jakarta, Medan, dan Surabaya. Pelan-pelan kota-kota ini akan melakukan konversi seluruh busnya jadi bus listrik,” tambah Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmojo seperti dikutip dari laman resmi BUMN akhir Desember 2022.
Tambahan dana itu diharapkan bisa digunakan untuk penyediaan armada untuk jalur perintis, Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), armada bus listrik untuk perkotaan melalui buy the service, serta untuk meningkatkan kapasitas bisnis perusahaan.
Damri bus legenda berusia 77 tahun
Damri alias Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia sebenarnya sudah ada sejak 1943 ketika Indonesia masih dijajah Jepang. Dilansir dari laman resminya, ada dua jenis usaha angkutan yaitu Jawa Unyu Zigyosha dan Jidousha Sokyoku.
Pada saat itu, Jawa Unyu Zigyosha dikhususkan untuk angkutan barang seperti truk, gerobak, atau cikar. Sementara Jidousha Sokyoku merupakan angkutan penumpang dengan kendaraan bermotor atau bus.
Dua perusahaan itu berubah nama ketika Indonesia Merdeka. Di bawah Departemen Perhubungan RI, angkutan barang berubah nama menjadi Djawatan Pengangkoetan,. Sementara angkutan penumpang menjadi Djawatan Angkoetan Darat.
Sebutannya berubah lagi pada 1946. Kedua perusahaan itu dilebur menjadi “Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia” disingkat Damri. Tugas utamanya menyelenggarakan pengangkutan darat dengan bus, truk, dan angkutan bermotor lainnya.
Status Damri sempat berubah-ubah dari waktu ke waktu. Perusahaan angkutan yang satu ini sempat menjadi Badan Pimpinan Umum Perusahaan Negara (BPUPN) pada 1961. Kemudian menjadi Perusahaan Negara (PN) pada 1965. Di 1984 statusnya berubah lagi menjadi menjadi Perusahaan Umum (Perum) pada 1984.
Kini Damri merupakan salah satu perusahaan yang berada di bawah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sejak sebutan Damri disematkan hingga saat ini, namanya tidak pernah berubah untuk brand mark.
Selain melayani trayek-trayek yang banyak digarap oleh PO komersial, Damri juga melayani wilayah yang tidak dilirik. Misalnya, bus perintis yang melintasi trayek-trayek di daerah-daerah 3T.Selain itu Damri juga menyediakan layanan Bus Antar Negara, Damri, melani trayek dari Pontianak (Indonesia) tujuan Kuching (Malaysia) dan Bandar Seri Begawan (Brunei). Saat ini DAMRI tengah merintis trayek lintas negara lainnya, seperti Timor Leste dan Papua Nugini.
Dilansir dari berbagai sumber, trayek ini sudah dioperasikan sejak 1993. Angkutan Lintas Batas Negara ini merupakan wujud dari Kerja Sama Sosek Malindo (Sosial Ekonomi Malaysia Indonesia) yang digagas sekitar 1990-an.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi