MOJOK.CO – Cak Imin atau Muhaimin Iskandar yang tengah ramai diperbincangkan berasal dari Jombang, Jawa Timur. Sebuah kabupaten yang terkenal sebagai daerah santri dan tempat terjadinya kasus-kasus kriminal yang sempat viral.
Manuver Cak Imin yang tiba-tiba merapat ke Anies Baswedan sebagai bakal cawapres di Pemilu 2024 mengejutkan banyak pihak. Dampaknya, segala sesuatu terkait Cak Imin menjadi perhatian, termasuk latar belakang Cak Imin yang berasal dari Kabupaten Jombang.
Sudah bukan rahasia, Cak Imin berangkat dari keluarga terpandang. Keluarganya punya banyak keterkaitan dengan Pondok Pesantren (Ponpes) Mambaul Ma’arif Denanyar. Ayahnya, Muhammad Iskandar, merupakan seorang guru di pondok pesantren itu. Sementara, ibunya yang bernama Muhasonah Iskandar adalah pemimpin dari pondok pesantren tersebut.
Kedekatan Cak Imin dengan Ponpes tersebut juga terlihat ketika ia akan mendeklarasikan diri sebagai Cawapres Anies Baswedan. Cak Imin menyempatkan berziarah dan berdoa di makam ayah dan kakek buyutnya Kiai Haji Bisri Syansuri di kompleks Ponpes Mambaul Ma’arif Denanyar, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang.
Daerah santri dengan beberapa kasus kriminal yang sempat viral
Sebenarnya, pondok pesantren di Jombang tidak hanya Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar. Melansir data Kementerian Agama (Kemenag) per 2022, setidaknya ada 203 pondok pesantren di Jombang. Ratusan pondok itu tersebar di 19 kecamatan. Padahal jumlah kecamatan di Jombang tercatat 21 saja, dengan kata lain hanya 2 kecamatan di Jombang yang tidak memiliki ponpes. Ratusan pondok itu bisa menampung ribuan santri setiap tahunnya.
Di antara ratusan ponpes di Jombang, terdapat beberapa nama yang terkenal seperti Ponpes Tebuireng yang didirikan K.H. M. Hasyim Asy’ari pada 1899. Selain itu ada beberapa nama lain seperti Ponpes Tambak beras, dan Ponpes Darul Ulum (Rejoso). Ponpes Denanyar, yang berkaitan dengan keluarga Cak Imin, juga termasuk terkenal di sana.
Tidak hanya terkenal dengan daerah santri, Jombang juga menjadi tempat kelahiran tokoh-tokoh ternama yang kebanyakan berlatar belakang ponpes. Sebut saja, mantan Presiden Indonesia yaitu KH Abdurrahman Wahid, pahlawan nasional KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahid Hasyim, tokoh intelektual Islam Nurcholis Madjid, serta budayawan Emha Ainun Najib.
Akan tetapi citra Jombang sebagai daerah Santri yang melahirkan sosok-sosok hebat sempat terkubur oleh kasus-kasus kriminal. Sebut saja kasus Ryan Jombang alias Very Idham Henyansyah yang menggegerkan Tanah Air pada 2008. Ryan melakukan pembunuhan dan mutilasi terhadap 11 orang korban. Sebanyak 10 korban disembunyikan di halaman belakang rumahnya di Jombang.
Belum lama ini Jombang juga menjadi sorotan karena kasus pencabulan santri yang dilakukan oleh Moch Subchi Azal Tzani alias Bechi (41). Penyelesaian kasus ini berlarut-larut karena Bechi merupakan putra petinggi Pengasuh Ponpes Shiddiqiyyah, Jombang, KH Muhammad Mukhtar Mukhti.
Asal-usul Jombang
Jombang berasal dari dua kata yakni ijo-ijo atau hijau dan abang atau merah. Hijau mewakili kaum santri (agamais) dan merah mewakili kaum abangan (nasionalis/kejawen). Kedua elemen ini juga tercermin dalam warna dasar lambang daerah Kabupaten Jombang. Kedua kelompok tersebut hidup berdampingan dan harmonis di Kabupaten Jombang.
Nilai tersebut terus terbawa hingga sekarang. Walau lebih dari 90 persen warganya memeluk agama Islam, mereka tetap bisa hidup berdampingan dengan agama dan kepercayaan lain.
Kalau menilik sejarahnya, Jombang termasuk kabupaten yang muda. Kabupaten yang berada di tengah-tengah Provinsi Jawa Timur itu berdiri pada 1910 setelah memisahkan diri dari Kabupaten Mojokerto. Pada awal berdiri Jombang dipimpin oleh Raden Adipati Ario Soerjo Adiningrat.
Kendati baru berdiri sejak 1910, kegiatan pemerintahan di Jombang sebenarnya sudah berjalan sejak sebelum 1880. Pada tahun itu Jombang sudah terkelola dengan baik terbukti dari adanya asisten resident dari pemerintahan Belanda di daerah itu. Bukti lain, adanya laporan dari Bupati Mojokerto Raden Adipati Ario Kromodjojo kepada residen Jombang tentang Trowulan (salah satu onderdistrict afdeeling) pada 1880.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA Lupakan Sejenak Mas Bechi, Ini 6 Fakta tentang Kota Jombang yang Perlu Kalian Tahu
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News