MOJOK.CO – Ada lebih dari 3000 coffee shop di Jogja, namun masih banyak barista yang belum mendapatkan upah layak. Demi perjuangkan hak-hak para barista, Serikat Merdeka Sejahtera (SEMESTA) berencana membentuk serikat pekerja coffee shop di Jogja.
Ketua Umum Semesta Buruh, Faisal Makruf bercerita bahwa keinginan membentuk wadah ini muncul ketika melihat keberadaan serikat pekerja Starbucks di Amerika Serikat yang menuntut kenaikan upah pada akhir 2021 lalu. Hal itu lantas memantik diskusi di kalangan internal SEMESTA.
“Kami melihat fenomena Starbucks itu. Lalu berpikir bagaimana kalau coba diperjuangkan kawan-kawan di Jogja. Biar bisa mencapai kesejahteraan bersama,” ujar Faisal pada Mojok, Kamis (29/9/2022).
Faisal melihat fenomena bahwa para pekerja coffee shop di Jogja, terkhusus barista, masih banyak mendapat upah kurang layak. Bahkan tak sedikit di antara mereka yang gajinya berada di bawah UMR.
Padahal, menurutnya, para barista bekerja secara professional. Mulai dari menyajikan kopi hingga kemampuan untuk mengenalkan produk dengan baik pada para pelanggan. Hal ini sayangnya tidak didukung dengan kondisi upah yang sepadan.
“Barista dituntut berpenampilan baik untuk menyesuaikan dengan pelanggan. Secara kerjaan mereka bisa menceritakan produk dengan baik. Bagaimana kopi dari kebun sampai ke kedai. Itu juga bentuk profesionalitas kerja. Tapi secara pendapatan seringkali nggak beriringan dengan itu,” terangnya.
Pembentukan serikat pekerja coffee shop ini sudah direncakanan sejak bulan Februari lalu. Mulai dari konsolidasi hingga upaya untuk mengkampanyekan gerakan ini. Namun masih terkendala sejumlah hal. Terutama kurangnya personil.
Faisal berharap rencana SEMESTA dapat terealisasi di tahun 2022 ini. Targetnya bukan hanya barista, namun juga seluruh elemen pekerja di coffee shop. Mulai dari barista, waiter, hingga bagian kitchen.
“Mencapai kesejahteraan bersama. Harapannya Semesta bisa mendorong ke situ. Biar kuat bareng-bareng, solidaritas kuat, kita juga pengetahuan ditambah, bukan hanya technical skill, tapi juga pengetahuan tentang hak-hak pekerja,” jelasnya.
Ia juga menerangkan bahwa upaya ini bukan semata-mata menuntut kenaikan upah tanpa mempertimbangkan kondisi perusahaan. Melainkan bernegosiasi dengan tujuan akhir kesejahteraan bersama. Sesuai dengan kemampuan unit usaha.
Sampai saat ini, menurut Faisal, belum ada serikat yang spesifik menaungi pekerja coffee shop di Indonesia. Namun ia ingin gerakan ini bukan sekadar menjadi yang pertama.
“Tujuan utamanya bukan yang pertama. Tapi yang paling awet dan bertahan,” tegasnya.
Sebelumnya, Komunitas Kopi Nusantara mencatat ada lebih dari 3.000 kedai dan warung kopi di Jogja tahun 2022 ini. Hal itu membuat Jogja diberi predikat Kota Seribu Kedai Kopi.
Banyaknya jumlah kedai kopi ini membuat Jogja menjadi salah satu daerah penting dalam peta kopi Indonesia. Perputaran uang dalam bisnis perkopian di Jogja ditaksir bisa mencapai lebih dari Rp360 Miliar per tahun.
Reporter: Hammam Izzudin
Editor: Purnawan Setyo Adi