Indomie selalu menghadirkan cerita. Ia hadir dalam asa para mahasiswa di akhir bulan yang jatah uang kiriman orang tuanya hanya cukup untuk beli satu renteng sampo saset. Ia hadir dalam kemarahan setiap insan yang kecewa karena Indomienya tumpah di bak cuci piring saat akan ditiriskan. Ia juga hadir dalam kegembiraan pasangan muda-mudi yang berbunga-bunga saat menyantap mie goreng lombok rawit sepiring berdua.
Indomie hadir dengan semangat keragaman nusantara. Ia membekali dirinya dengan 62 varian rasa yang bisa dinikmati oleh seluruh penduduk Indonesia. Dari rasa standar ayam bawang, sampai rasa yang jelimet seperti rendang dan sambel matah.
Ia seolah ditakdirkan untuk menahbiskan diri sebagai ujung tombak terdepan keberagaman.
Sayang, di balik sederet cerita soal Indomie dan keberagaman rasanya itu, tak banyak yang tahu sosok maestro yang menjadi kunci sukses Indomie.
Namun, pada akhirnya, waktu pun menunjukkan kuasanya. Dalam acara peluncuran Indomie Real Meat rasa baru yang berlangsung di restoran Kembang Goela, Jakarta beberapa waktu yang lalu, maestro ini hadir juga di hadapan publik. Dia adalah Nunuk Nuraini.
Tak ada yang menyangka bahwa perempuan dengan pembawaan yang keibuan itu adalah wanita perkasa yang membuat Indomie bisa berjaya.
Dialah yang menciptakan semua rasa Indomie. Mulai dari rasa original ayam bawang sampai Indomie premium Real Meat yang mulai banyak digemari.
Nunuk Nuraini adalah insinyur lulusan teknologi pangan Universitas Padjajaran Bandung. Di Indofood, dia menjadi orang yang memegang tampuk tertinggi pada bidang rasa Indomie.
Sebagai orang yang suka dengan dunia memasak, Nunuk memang menjadi sosok yang tepat untuk menggawangi proses pembuatan bumbu rasa Indomie. Maklum, kepiawaiannya memasak ditambah keahliannya dalam memanfaatkan teknologi pangan yang canggih menjadikannya sosok istimewa.
Yah, kita semua mungkin sadar, bahwa sosok Ibu Nunuk sangat misterius. Beliau menghindari panggung dan menolak jadi sosok yang berdiri di depan. Ia tetap bekerja di balik layar. Menyajikan Indomie dengan aneka rasa terbaik. Tak akan ada yang meneriakkan namanya selayaknya superstars atau pahlawan perang, tapi yang jelas, Ibu Nunuk pasti selalu merasa bangga, sebab dengan tangannya, ia mampu menyelamatkan banyak perut mahasiswa.
Salam hormat, Bu Nunuk. Kau adalah pahlawan tanpa tanda bumbu. Aa-aa burjo se-Yogyakarta berutang banyak kepadamu.