MOJOK.CO – Ya suka-suka Habib Rizieq Shihab lah mau pulang kapan ke Indonesia. Orang lagi ibadah kok diganggu. Hm, ente benar-benar nggak sopan sama Imam Besar.
Setelah hampir tiga pekan dari hasil sidang di MK dan penetapan final hasil pemilu oleh KPU, elite-elite mulai merancang jalan politiknya. Dimulai dari munculnya ide-ide rekonsiliasi, hingga sikap tegas untuk tetap jadi oposisi.
Partai-partai macam PAN dan Gerindra, sudah cukup terbuka dengan ide-ide rekonsiliasi. Sementara PKS, tetap pada posisinya sebagai oposisi. Hal yang sama juga sempat diungkapkan oleh Dahnil Azhar Simanjuntak.
Setelah sempat mengeluarkan pernyataan bahwa rekonsiliasi antara Jokowi dan Prabowo tidak perlu dilakukan, juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Dahnil Azhar Simanjuntak mengeluarkan pernyataan yang menarik.
Melalui akun twitternya, Dahnil menganggap bahwa narasi rekonsiliasi akan tepat jika memberi kesempatan kepada Rizieq Shihab untuk kembali pulang ke Indonesia. Dahnil juga menuliskan untuk stop upaya kriminalisasi ulama, dan semuanya harus saling memaafkan.
“Ini pandangan pribadi saya, bila narasi rekonsiliasi politik mau digunakan, agaknya yang paling tepat beri kesempatan kepada Habib Rizieq kembali ke Indonesia,” tulis Dahnil di akun twitter pribadinya.
Memang bagi beberapa elite politik, tidak perlu ada rekonsiliasi pasca Pilpres 2019. Karena sebenarnya mereka tidak ada perpecahan. Lha wong ketika mereka selesai debat bisa ngopi bareng, makan bareng, bahkan guyon bareng. Masyarakatnya saja yang lebay. Urusan begini aja kok berantem. Harusnya masyarakat yang diajak rekonsiliasi, bukan elite politiknya.
Tak hanya mengenai kepulangan Rizieq Shihab, Dahnil juga menyatakan, narasi rekonsiliasi juga harus dibarengi dengan tidak adanya lagi kriminalisasi terhadap pendukung Prabowo, dan tidak adanya lagi stigma-stigma radikal dan lain-lain.
“Stop upaya kriminalisasi, semuanya saling memaafkan. Kita bangun toleransi yang otentik, stop stigmatisasi radikalis dll,” tambah Dahnil.
Sayangnya, pernyataan Dahnil di atas mengenai rekonsiliasi sedikit janggal. Ini mau rekonsiliasi kok sebut-sebut Habib Rizieq Shihab? Memang apa hubungannya? Habib Rizieq Shihab kan katanya sedang ibadah di sana? Orang lagi ibadah kok diseret-seret ke politik seperti ini? Duh, nggak sopan amat.
Kalau disangkutpautkan dengan kasus hukum yang pernah menjerat Habib Rizieq, toh kasusnya sudah dihentikan sejak Juni 2018. Jadi jelas, saat ini blio bukan sedang kabur, tapi memang lagi ibadah di sana. Lagian, nggak mungkin banget, Habib Rizieq itu kan warga yang taat hukum. Jadi, pfft, nggak mungkin lah kalau kabur atau menghindari kasus hukum begitu.
Dahnil juga menyebut soal adanya kriminalisasi terhadap pendukung Prabowo. Ya mungkin maksudnya kalau ada pendukung Prabowo yang kebetulan melanggar hukum sebaiknya jangan ditindak lah. Bikin amnesti hukum lah. Kan Pak Presiden pernah bikin amnesti pajak, masa bikin amnesti hukum untuk pendukung Prabowo nggak bisa sih?
Kalau urusan kepulangan Habib Rizieq, ya sebenarnya kan tinggal pulang saja. Kasihan lho pendukungnya, pasti sudah rindu karena ditinggal lama. Toh, sudah nggak ada yang ditakutkan lagi, kan?
Selain itu, kalau diperhatikan, usulan Dahnil ini sebenarnya agak sedikit melebar dari rencana utama rekonsiliasi yang digaungkan oleh kedua kubu.
Pihak Prabowo yang mendukung rekonsiliasi kan ya demi meredakan tensi yang ada di masyarakat. Arief Puyuono sudah menyatakan, bahwa pihaknya tak menutup kemungkinan untuk rekonsiliasi, demi mendinginkan situasi di masyarakat.
Sama seperti niat yang diungkapkan pihak Jokowi. Keinginan kedua kubu kan adanya rekonsiliasi di masyarakat, meski melalui rekonsiliasi di elite politik. Nah, kalau gitu, terus hubungan rekonsiliasi dengan kepulangan Habib Rizieq itu apa ya? Kok saya nggak paham.
Maksud saya begini. Bukannya ada atau tidaknya blio, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap rekonsiliasi elite partai petahana dengan oposisi? Kalau berdalih tidak bisa pulang karena urusan administratif, kan bisa minta tolong ke kedutaan. Atau minta Bang Dahnil untuk bantu ngurusin.
Kok akhir-akhir ini urusan kepulangan Habib Rizieq jadi kelihatan pelik begini ya? Udah gitu, banyak kelompok masyarakat dan beberapa elite politik yang menyangkutpautkan perkara kepulangan Habib Rizieq dengan Pemerintah saat ini lagi.
Ada yang bilang, Pemerintah melarang Habib Rizieq pulang, dan kalau maksa pulang, Blio bakal ditangkap. Lha kok, ini malah seakan-akan Pemerintah yang butuh banget sosok Habib Rizieq sih?
Padahal, kalau mau pulang ya tinggal pulang. Tinggal ngurus berkas-berkas, beli tiket pesawat, gaass pulang. Kecuali kalau memang Habib Rizieq memang ingin lebih lama di sana. Ingin ibadah lebih lama di sana.
Ya kan ulama sekelas blio nggak mungkin ibadahnya kaya orang-orang pada umumnya. Kalau kita paling banter umroh dua minggu. Kalau haji ya mungkin seumur-umur cuma satu kali. Ya masa Habib Rizieq kayak gitu? Ya nggak mungkin lah kuantitas ibadah blio sama kayak kita-kita ini.
Anehnya, meskipun udah berkali-kali diminta pulang, pendukung-pendukung blio yang militan masih aja selalu nyalahin Pemerintah. Rezim kafir lah, rezim ini lah, rezim itu lah, lha kok sekarang malah minta Habib Rizieq dipulangkan Pemerintah?
Wah, ini kan malah ngejek sekali namanya. Seolah-olah Habib Rizieq nggak mampu bayar tiket pesawat buat pulang sendiri. Sampai perlu minta dibayari tiket sama negara segala. Bahkan sampai jadi “syarat” untuk terjadinya rekonsiliasi segala.
Blio itu kan Imam Besar, kalau memang blio sedang tidak mau pulang, ya berarti memang ada urusan yang tidak bisa ditinggal sama blio di sana. Ya kali aja ya kan, kali aja blio lagi dilamar Raja Arab buat jadi Menteri Keamanan di sana ya kan? Lho, dengan kualitas blio bukan tidak mungkin lho hal itu bisa terjadi.
Jadi buat Bang Dahnil, nggak usah terlalu mendikte apa keinginan Habib Rizieq deh. Kalau blio belum ada rencana pulang, ya nggak usah dipaksa begitu. Emang ente siapa? Kok ngatur-ngatur jadwalnya Imam Besar sih?