Mungkin Anda pernah mengalami hal ini. Anda berada dalam mobil, duduk di kursi sopir, dan melihat ke luar. Di kiri dan kanan Anda ada mobil lain. Tiba-tiba Anda merasa bahwa mobil Anda sedang bergerak maju perlahan. Anda panik, dan menginjak rem. Tapi mobil Anda tetap maju. Sejenak kemudian Anda menyadari bahwa mobil Anda tidak maju. Yang sedang terjadi adalah, mobil di sebelah Anda sedang mundur. Anda melihatnya, dan merasa seolah-olah mobil Anda sedang bergerak maju.
Apakah itu ilusi? Bukan. Itu kejadian nyata. Tapi mobil Anda tidak bergerak. Nah, itu dia. Dalam ilmu fisika definisi “bergerak” itu tidak sederhana. Apa yang kita sebut bergerak? Sesuatu bisa disebut bergerak kalau terjadi perubahan jarak, antara pengamat dengan benda. Kalau jaraknya bertambah, kita sebut menjauh, kalau jaraknya berkurang, kita sebut mendekat.
Dari definisi itu kita merumuskan definisi kecepatan. Kecepatan adalah perubahan jarak dalam satu satuan waktu. Kalau sebuah benda menjauhi kita sejauh 2 meter dalam waktu 1 detik, maka kita katakan bahwa kecepatannya 2 meter per detik. Kecepatan itu bisa pula kita nyatakan dalam satuan lain, menjadi 7,2 km per jam.
Kalau Anda bersama istri sedang duduk dalam mobil yang Anda kendarai, apakah Anda sedang bergerak? Menurut istri Anda, Anda tidak bergerak, karena jarak antara Anda dengan dia tidak berubah. Tentu saja bagi orang yang berada di luar mobil itu Anda dan istri sedang bergerak dengan kecepatan sama dengan kecepatan mobil.
Inilah yang disebut dengan gerak relatif. Sesuatu disebut bergerak kalau terjadi perubahan jarak tadi. Kalau tidak, maka kita sebut tidak bergerak, atau diam. Konsekuensinya, kalau bergerak adalah sesuatu yang relatif, maka diam pun adalah sesuatu yang relatif.
Kita kembali ke cerita mobil di sebelah mobil Anda tadi. Yang Anda alami tadi bukan ilusi. Anda bisa mengatakan bahwa mobil di sebelah Anda tidak bergerak, justru mobil Anda yang bergerak. Sebaliknya, saat melaju di jalan raya, Anda lihat tiang-tiang listrik di pinggir jalan berlari mendatangi Anda dari arah depan, kemudian menjauh setelah berpapasan dengan Anda. Dalam hal itu pun tidak salah kalau Anda katakan bahwa tiang-tiang listrik itu yang berjalan.
Dalam fisika dikatakan bahwa tidak ada pengamat yang diam absolut. Anda mungkin keberatan kalau dikatakan bahwa tiang-tiang listrik tadi berlari. Bagi Anda tiang listrik itu diam, mobil Andalah yang berlari. Itu sebenarnya tidak berdasar pada hukum fisika, itu berdasar persepsi yang ada di otak Anda.
Persepsi dan hukum fisika berbeda. Selama ribuan tahun orang menganggap matahari bergerak dari arah timur ke arah barat, lalu menghilang. Besok matahari muncul lagi di sebelah timur. Karena pengamatan itu orang menganggap Bumi adalah pusat alam semesta, dan benda-benda lain bergerak di sekelilingnya. Baru belakangan orang tahu bahwa Bumi sebenarnya berputar pada porosnya sehingga matahari tampak seperti berjalan.
Bahkan kemudian orang tahu lebih detail lagi. Bumi ternyata juga mengelilingi matahari bersama planet-planet lain. Kecepatan Bumi mengelilingi matahari adalah sekitar 30 km per detik atau 108.000 km per jam! Apakah matahari itu diam? Tidak. Matahari bergerak mengelilingi pusat galaksi Bima Sakti dengan kecepatan 792.000 km per jam. Tentu saja Bumi juga bergerak dengan kecepatan yang sama pula.
Bisakah Anda bayangkan? Kecepatan sebuah pesawat komersial adalah sekitar 1.000 km per jam. Bumi kita ini sebenarnya sedang bergerak 792 kali kecepatan pesawat tadi. Tapi kenapa kita tidak merasakannya? Sama, saat kita berada di pesawat kita tidak merasakan juga, bukan? Kenapa? Karena kita tidak merasakan terjadinya perubahan jarak. Kita baru bisa merasakan bahwa pesawat yang kita tumpangi bergerak kalau kita melihat ke luar.
Dalam keseharian kita melihat Bumi ini diam. Faktanya, Bumi sedang bergerak bersama matahari dan planet-planet lain. Kalau kita bisa melihat tata surya kita dari jauh, kita akan melihatnya berupa matahari yang yang terbang, dikelilingi oleh planet-planet yang terbang besama matahari sambil berputar mengitarinya. Ini mungkin gambaran yang jarang dibayangkan orang. Orang lebih sering membayangkan matahari diam di suatu tempat, dan planet-planet beredar mengitarinya. Kedua pandangan itu sama-sama benar, karena relativitas tadi. Semua serbarelatif belaka.
Kembali ke soal mobil dan tiang listrik, atau mobil Anda dengan mobil di sebelah Anda tadi, Anda bisa menganggap Anda yang bergerak, atau benda-benda lainlah yang bergerak. Keduanya benar secara fisika. Lho, tapi kan….. Tidak ada tapi-tapian. Hampir seluruh hukum fisika yang terjadi di atas muka Bumi dihitung dengan anggapan bahwa Bumi ini diam. Ketika orang membuat bangunan, memakai hukum fisika tentu saja, semua hukum mekanika yang ia rumuskan dengan asumsi: Bumi ini tidak bergerak. Padahal Bumi ini bergerak.
Kenapa bisa begitu? Sederhananya, Anda bisa main pingpong dalam sebuah truk besar yang sedang parkir, dan Anda juga bisa melakukan hal yang sama dalam sebuah truk yang sedang melaju dengan kecepatan berapa pun, selama kecepatannya tidak berubah. Mungkin sulit bagi Anda untuk menerima kenyataan itu, karena ada distorsi berupa jalan yang tidak mulus, atau berubahnya kecepatan truk. Tapi faktanya begitulah adanya. Dalam rumusan fisika, hukum-hukum fisika berlaku sama dalam kerangka acuan mana pun.
Kalau Anda keberatan dengan pernyataan-pernyataan tadi, tidak usah khawatir. Bahkan Isaac Newton dulu keberatan dengan ketiadaan kerangka acuan yang diam secara absolut itu. Newton tadinya mengira ada kerangka acuan yang diam absolut sehingga hukum-hukum fisika bisa dirumuskan dengan memakai kerangka acuan itu. Tapi kerangka acuan itu tidak ada. Keberatan Newton tadi adalah hasil persepsi dia, bukan hukum fisika.
Jadi, apa itu bergerak? Bergerak adalah kalau terjadi perubahan jarak antara pengamat dan benda yang diamati. Kalau tidak ada perubahan jarak, benda yang diamati itu diam. Bumi ini kita anggap diam, dan hukum-hukum fisika di atas Bumi bisa dihitung dengan menganggap Bumi ini diam karena semua benda yang ada di Bumi ini bergerak dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan gerak Bumi.
BACA JUGA Lubang Hitam yang Bukan Lubang dan esai-esai sains Hasanudin Abdurakhman lainnya di TEMAN SEKELAS.