MOJOK.CO – Setelah menemani remaja tanah air selama hampir 15 tahun, akhirnya Blackberry Messenger (BBM) harus tutup usia. Hiks, semoga diterima di sisinya ya, Nger.
Tulisan ini saya buka dulu dengan ucapan selamat tinggal kepada BlackBerry Messenger alias BBM. Yah, seperti yang kita semua tahu, BlackBerry akhirnya bakal menghentikan layanan chattingnya pada tanggal 31 Mei 2019.
Ikon BBM mirip tuyul warna putih seram-seram lucu yang melambaikan tangan kepada para pengguna dalam keadaan tersenyum, malah bikin saya jadi tambah sedih. Getir. Sontak, kembali terlintas kenangan-kenangan bersama BlackBerry Messenger.
Dulu, BlackBerry menjadi gawainya orang berduit. Kalau dalam cerita Doraemon, mungkin cuma Suneo yang mampu beli BlackBerry di saat Nobita cuma bisa pakai telepon koin.
Lalu, ketika Suneo update status Facebook via BlackBerry, Nobita cuma bisa iri, lalu pulang ke rumah untuk mengadu kepada Doraemon. Sementara Giant merebut BB Suneo itu untuk jajal update status Facebook pakai BlackBerry sepuasnya. Giant baru mengembalikan kepada Suneo setelah keypad qwerty dan trackball-nya ambrol.
Barack Obama pernah menyebut bahwa BlackBerry adalah smartphone. Ponsel pintar. Sejak itu pamor gawai asal Kanada itu naik. Dibandingkan dengan BlackBerry, Nokia jadi ponsel yang nggak pintar-pintar amat.
Nokia yang sempat jadi hape sejuta umat pun perlahan-lahan ditinggalkan penggunanya. Termasuk saya yang sejak SMP jadi pengguna Nokia lalu beralih ke BlackBerry.
BlackBerry adalah gawai pertama yang saya dapatkan setelah diupah sebagai sahabat korporat. Rasanya senang sekali bisa memilikinya.
Setelah sekian lama saya hanya bisa planga-plongo ketika teman-teman saya yang lain sibuk BBM-an di kampus. Akhirnya, saya bisa sebarkan pin BBM di status Facebook agar bisa di-invite oleh teman-teman saya.
Saya juga masuk ke grup BBM yang isinya teman-teman kampus. Sekarang saya bisa ikutan ngomongin orang yang nggak ada di grup. Dengan privilese, saya nggak akan jadi bahan pergunjingan karena saya eksis di grup tersebut.
Di BBM, ada fitur buzz. Apabila saya gunakan kepada penerima pesan, fitur ini bisa membuat BlackBerry miliknya bergetar hebat seraya menerima chat berbunyi “PING!!!”.
Teman saya yang pakai gawai plesetan BlackBerry, yaitu Blueberry, coba ikutan cara yang sama. Ia kirim SMS kepada saya berbunyi “PING!!!” yang diketik secara manual. Tentu saja getarannya tidak terasa sama.
Saat pertama memiliki BBM, saya langsung disarankan oleh teman untuk membeli paket full service dari provider seluler. Supaya hemat dan saya bisa puas BBM-an sebulan penuh.
Dengan BBM, saya pernah melakukan PDKT kepada salah seorang junior di kampus. Setiap statusnya muncul di recent update, saya japri. Ketika dia ganti DP (display picture), saya puji.
“Kamu cantik, tapi lebih cantik kalau pakai kerudung pink.”
Sejak itu, DP gebetan saya itu pakai pakai kerudung pink. Saya langsung kepedean. Dalam hati, saya selebrasi, “Dia mendengarkan kata-kata saya. Momen ini seperti di film Taiwan ‘You Are the Apple of My Eye’ ketika tokoh cowok request kepada gebetannya untuk menguncir rambutnya seperti ekor kuda, lalu dituruti.”
Saya langsung gas, ajak nonton di bioskop. Dia menyanggupi. Setelah pertemuan pertama, dia masih menganggapi setiap saya chat di BBM. Ketika saya ajak nonton lagi, dia cuma baca chat saya. Saya cuma dapat huruf R.
Kemudian, dia mengganti DP pakai kerudung ungu. Saya merasakan firasat buruk seiring bergantinya foto sang gebetan. Apakah sudah ada laki-laki lain yang menyarankannya untuk pakai kerudung ungu? Meski, jujur aja, dia memang lebih cantik pakai kerudung ungu.
Seminggu kemudian, saya di-delcont (delete contact) olehnya: tanda PDKT kandas. Saya buru-buru ganti DP pakai gambar blank hitam: tanda galau.
Lalu saya memutar lagu sedih dan mengaktifkan fitur Blackberry Messenger tampilkan yang sedang saya dengarkan. Sehingga teman-teman di kontak saya tahu saya sedang mendengarkan lagu apa.
Seluruh dunia harus tahu saya sedang patah hati. Termasuk teman sekelas saya yang akhirnya jadi pacar barunya gebetan saya itu.
Ngomong-ngomong, sebuah kisah klasik pahit, fitur pamer playlist di recent update ini juga meninggalkan kenangan aneh buat saya pribadi.
Suatu hari, dari recent update, terpampang nyata status teman saya sedang menonton banyak video. Di sana tertulis:
Sa’id sedang mendengarkan “Anak Ingusan”.
Video macam apa yang judulnya “Anak Ingusan”? Saya masih berprasangka baik. Ah, mungkin Sa’id sedang nonton iklan obat pilek. Kurang kerjaan sih, tapi siapa yang bisa melarang?
Lima menit kemudian.
Sa’id sedang mendengarkan “Bandung Lautan Asmara”.
Sebentar, sebentar. Bandung itu bukannya terkenal sebagai Lautan Api ya? Bandung dapat julukan itu karena peristiwa bersejarah di masa lalu. Kalau julukan Lautan Asmara itu latar belakangnya apa?
Tiga menit kemudian.
Sa’id sedang mendengarkan “Casting Sabun Mandi”.
Astaga naga! Janggut Merlin! Saus tartar!
Tanpa perlu bantuan Detektif Conan maupun Detektif Kindaichi, saya bisa menyimpulkan bahwa Sa’id sedang maraton nonton film esek-esek. Parahnya, Sa’id lupa mematikan fitur BBM yang menampilkan apa yang ia putar.
Saya langsung buru-buru ke kosannya. Sampai sana, Sa’id sedang tidur. Terus yang nonton pakai BB Sa’id siapa dong? Apakah BB miliknya dicuri saat dia tidur? Lalu digunakan oleh pencuri untuk nonton video nggak bener?
Tanpa ba-bi-bu, Ucup keluar dari kamar mandi kosan dengan rambut basah. Lehernya berkalung handuk bulukan. Tangannya menggenggam BlackBerry milik Sa’id. Pemandangan itu menjawab pertanyaan saya.
Saya langsung tepuk jidat. Tepatnya, jidat Ucup. Saya pun menjelaskan tentang fitur yang membuat saya salah paham. “Kalau mau nonton begituan ya jangan pakai BB orang, jangan aktifin fitur ini. Kan kasihan, nama Sa’id tercemar.”
Ucup malah ngakak. Saya juga sih.
Dalam bayangan saya, keesokan harinya, Sa’id bakal jadi pribadi yang berbeda di mata teman-teman. Terutama teman-teman di kontak BBM-nya. Di tempat kerja, dia akan disapa oleh rekan-rekan kerjanya.
“Si Bocah Tua Nakal!”
“Lain kali kalau mau maraton, ajak-ajak kita dong, Bro. Jangan dinikmati sendiri aja.”
“Bang, bagi stok dong, Bang. Diam-diam bandar nih.”
Tidak lama setelah saya memakai BlackBerry, teman-teman saya yang jauh lebih tajir berduyun-duyun ganti iPhone. Termasuk Sa’id yang trauma nama baiknya tercemar karena fitur BlackBerry. Sa’id dibelikan iPhone terbaru oleh pamannya yang tinggal di Batam.
Dari segala kenangan kisah klasik itulah saya pikir ini waktunya untuk saya, mewakili teman-teman saya sebagai mantan pemakai, untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Blackberry Messenger. Terima kasih untuk kenangan yang telah ditorehkan. Baik yang pahit maupun yang asem.
Setidaknya, dulu kami mengawali chat dengan “PING!!!”. Tidak seperti anak zaman sekarang:
P.
P.
P.
Memangnya kamu siapa kirim pesan kayak gitu? Simpatisan PPP?