MOJOK.CO – Jam tiga pagi sosok itu mengetuk jendela. Dari suaranya, kayaknya ia mengetuk kaca pakai kuku. Dia siapa? Kenapa dia melakukannya?
Cerita ini datang dari salah satu redaktur Mojok. Sebut saja Bima (aslinya sih bernama Yamadipati Seno). Ketika kami mencari bahan cerita Malam Jumat, sosok misterius datang ke rumah Bima memberikan ide.
Malam itu bukan malam Jumat. Masih malam Kamis, tapi seperti tak sabar menunggu satu malam lagi, makhluk itu menunjukkan eksistensinya.
Tepat pukul 03.26 WIB, kaca pintu rumah Bima diketuk oleh sesosok makhluk yang tidak diketahui spesiesnya. Saat itu Bima masih betah dalam rumah dengan kondisi terjaga. Namun, ia tak mau repot-repot membukakan pintu untuk entah siapa itu, lalu menyuruhnya mampir. Buat apa? Ini bukan film horor yang sudah tahu bakalan ketemu masalah, malah mendekati sang biang kerok.
“Tretek, tretek.” Suara ketukan itu seperti paruh burung yang sedang mematuk-matuk. Mungkin memang burung. Burung hantu. Hiiiii.
Jika sebelumnya suara ketukan rapat, suara ketukan kedua ada jedanya. “Tektek… tektek….” Bukan seperti suara mi tektek memanggil pelanggan. Suaranya seperti seseorang mengetuk kaca pakai kukunya.
Baik.
Jelaslah sosok yang iseng mengetuk pintu pada dini hari ini punya kuku panjang. Saking panjangnya, bisa dipamerkan dengan cara dipakai mengetuk.
Roy Kiyoshi anak Indigo pernah berurusan dengan teror nenek kuku panjang. Mungkinkah ini sosok yang sama? Mengingat tak mungkin anak SD yang mengetuk pintu. Sebab mereka pasti sudah kena razia kuku panjang oleh guru sebelum masuk kelas. Konon, alasannya karena kuku panjang jadi tempat tinggalnya jin dan setan yang bersarang di baliknya. Makanya, pelajar dilarang berkuku panjang biar gampang dididik.
Pantas saja, sosok berkuku panjang yang mengetuk pintu ini seperti orang tidak pernah sekolah. Pagi buta sudah mengganggu.
Belum selesai sampai situ, sosok iseng ini masih melanjutkan teror. Kurang lebih lima menit kemudian, ada suara langkah kaki. Pelan-pelan, langkahnya bergeser dari pintu ke arah bawah jendela kamar Bima. Itu artinya sosok ini coba mendekati Bima. Apa sih maunya?
Suara langkah kakinya tidak berat-berat amat, tapi terdengar pelan-pelan sekali. Wajar saat itu sepi sekali. Saking sepinya, kalau ada jarum pentul jatuh pun bisa terdengar. Lah, ini suara langkah kaki.
Sembari menunggu si pengganggu pergi, Bima menghitung dengan jarinya. Ini sudah kali ketiga dirinya diganggu. Atau kalau mau berpikir positif, Bima tidak diganggu, melainkan diajak main. Timing-nya saja yang kurang pas.
Masih berhubungan dengan “si penggoda di tiga pagi” itu, sehari-hari bapaknya Bima selalu meletakkan sapu terbalik di samping pintu. Harus terbalik, kalau tidak terbalik, ya sama fungsinya seperti sapu pada umumnya. Sebab pamannya Bima pernah berpesan, “Tiap malam pasang sapu lidi dipasang terbalik di samping pintu rumah.”
“Biar apa?” tanya Bima saat itu.
“Biar nggak ‘digangguin’,” pungkas sang paman.
Konon, sapu yang dipasang terbalik bisa mencegah makhluk-makhluk tak diundang itu masuk rumah. Nah, dikarenakan nggak bisa masuk lewat pintu itulah “si pengganggu” sampai mengetuk pintu dan berusaha manjat jendela kamar Bima.
BACA JUGA Teror Andong Pocong di Sidoarjo atau kisah mistis lainnya di rubrik MALAM JUMAT.