Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Otomojok

Kereta Ekonomi: Pemersatu Hati yang Rindu, Pemisah Hati yang Tak Ingin Terpisah

Fikri Muhammad Ghazi oleh Fikri Muhammad Ghazi
28 April 2018
A A
Kereta-Api-Refleksi-MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kereta ekonomi bukan hanya sekadar mesin dan kumpulan baut, melainkan sebuah entitas penuh makna bagi banyak orang.

Kereta api, seperti sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di perkotaan maupun pedesaan. Kontribusi kereta api sebagai penggerak roda perekonomian masyarakat di berbagai daerah adalah hal yang tak dapat dipisahkan. Karena memang kereta api telah menjadi moda transportasi favorit untuk bepergian jauh selama puluhan tahun, bahkan ketika Indonesia masih belum merdeka.

Seberapa dekat kereta api dengan masyarakat? Ada lagu anak-anak yang mengangkat tentang kereta api ciptaan Pak Kasur, lagu “Kereta Malam” yang dibawakan Elvy Sukaesih, hingga “Kereta Tiba Pukul Berapa”, dan “1910” gubahan Iwan Fals.

Apa kabar kereta yang terkapar di senin pagi……

Bicara soal KRL, saya pribadi sebagai salah seorang generasi milenial, tak sempat merasakan suka dan duka naik KRL ekonomi dengan sejuta kisah yang membekas di banyak penggunanya. Saya hanya sempat merasakan beberapa kali naik KRL ekonomi AC bareng orangtua ketika masih duduk di bangku SD. Saya juga belum lama tahu kalau pengguna KRL jaman dulu juga ada komunitasnya tersendiri, sebutannya Anker alias Anak Kereta.

Anker, yang menurut ayah saya adalah suatu komunitas pengguna moda transportasi kereta komuter lokal yang sangat solid di era KRL atau kereta ekonomi. Main gaple, ngobrol lepas, saling bertukar candaan hingga curhat soal kerjaan dan rumah tangga adalah kegiatan sehari-hari anggota Anker di atas rangkaian KRL.

Di luar rangkaian KRL, juga masih menurut ayah saya, Anker sering mengadakan gathering, arisan, kopdar, hingga touring. Bahkan ada beberapa drama rumah tangga ala termehek-mehek yang bisa diselesaikan dengan baik berkat bantuan sesama Anker. Anker benar-benar sebuah keluarga besar yang dipersatukan sebuah moda transportasi massal.

Di era Commuterline yang sudah modern, tertib, dan teratur ini, saya perhatikan tidak ada lagi semacam rasa solidaritas sesama pengguna KRL, terutama ketika rush hour. Setiap orang hanya mikir agar bisa sampai ke stasiun tujuan dan tidak terlambat ke kantor atau tempat manapun yang mereka tuju.

Sama-sama berdesak-desakan di dalam KRL, tapi dengan segala larangan ini itu yang dicanangkan, tidak ada lagi namanya seru-seruan di dalam rangkaian kereta seperti misalnya main gaple. Walau KRL sekarang akhirnya menjadi definisi transportasi massal modern, tetapi semua itu ada harganya juga, yaitu rasa kekeluargaan dan solidaritas di antara pengguna KRL. Atau bisa jadi, mungkin saya saja yang terkesan berlebihan karena baru menobatkan diri sebagai “Anker” juga belum ada 10 tahun.

Di Jakarta, di mana ada KRL, di situ ada KAJJ. KAJJ, alias Kereta Api Jarak Jauh, adalah solusi murah dan hemat bagi siapa pun yang ingin bepergian dari satu kota ke kota lain, yang tak ingin keluar uang banyak untuk tiket pesawat, dan menolak capek dan tekor dompet untuk uang bensin jika memakai mobil pribadi.

Bagi saya yang pernah menjadi mahasiswa rantau, keberadaan KAJJ terutama kereta ekonomi layaknya soulmate. Mau pulang ke rumah? Naik kereta. Mau balik ke perantauan? Naik kereta. Nengokin pacar (mantan) di kota lain? Naik kereta. Ngebolang karena jenuh dengan rutinitas kampus? Naik kereta.

Kereta api adalah sahabat sejati bagi sebagian orang, termasuk saya. Lolongan klakson kereta ekonomi atau bisnis kelas CC201 hingga CC206 menjadi nada yang paling saya nantikan setiap ingin bepergian jauh.

Sebagai pengguna setia KAJJ, keberadaan kereta kelas ekonomi seperti Tawang Jaya, Matarmaja, dan Harina sudah seperti air es di tengah siang yang terik. Harga tiket yang murah dan terjangkau kantong mahasiswa, membuat saya memutuskan bahwa kereta api adalah sahabat sejati saya dalam hal bepergian ke kota lain. Saya kesulitan mencintai bus atau pesawat terbang seperti saya mencintai kereta api.

Salah satu hal yang membuat saya mencintai kereta api adalah beragam rupa kehidupan di dalam gerbong kereta ekonomi dari berbagai macam orang dari seluruh lapisan masyarakat. Mereka punya keunikan hingga tujuan masing-masing.

Iklan

Nonton drama korea di laptop bareng penumpang lain? Ada. Anak-anak mapala yang excited ingin naik gunung? Ada. Pergi merantau ke ibukota? Banyak. Mudik? Banyak juga. Ditegur polsuska karena kegep merokok? Pernah. Bertemu lagi dengan mantan pacar yang udah 7 tahun gak bertemu? Iya, pernah. Saksi bisunya kereta ekonomi AC Tawang Jaya.

Stasiun kereta api, adalah tempat yang menurut saya pribadi sebagai tempat bertemu melepas rindu, dan patah hati paling kuat dan bermakna (karena saya sendiri beberapa kali menahan air mata di kereta setelah berpisah dengan yang terkasih di gerbang masuk peron).

Stasiun kereta api mengajarkan saya untuk lebih tegar dalam menghadapi perpisahan dengan yang terkasih. Ketika menunggu di ruang tunggu stasiun kereta pun, perpisahan antara anggota keluarga atau pasangan kekasih adalah pandangan yang lumrah. Walaupun terkadang dapat membuat hati ngilu apabila melihat kesungguhan dan kesedihan yang terpancar dari orang-orang yang akhirnya harus terpisahkan jarak di stasiun kereta api.

Tapi juga diam-diam ikut berbahagia melihat sanak saudara bertemu kembali. Atau ketika pasangan kekasih yang akhirnya bertemu di stasiun setelah sekian lama terpisah.

Pada akhirnya, kereta api tidak hanya sekadar moda transportasi massal. Kereta api adalah sarana pemersatu hati yang merindu, pemisah hati yang tak ingin terpisahkan, tempat menumpuk harapan, juga tempat mengumpulkan kembali kenangan yang telah terkubur selama bertahun-tahun.

Kereta api adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, kehidupan kita semua. Kereta api akan selalu menjadi kesan tersendiri bagi siapa pun yang menggunakannya. Tak lagi hanya sekadar mesin dan kumpulan baut, juga sebagai sebuah entitas yang bersedia mengantarkan kita kemana saja tanpa kenal lelah siang dan malam.

Apa artinya kereta api tanpa masinis dan penumpangnya?

Terakhir diperbarui pada 28 April 2018 oleh

Tags: cintacommuterlinedrama koreagerbongKAJJkereta apikereta ekonomiperonrindustasiun
Fikri Muhammad Ghazi

Fikri Muhammad Ghazi

Artikel Terkait

Pengalaman 22 Jam Naik Kereta Api Membelah Pulau Jawa MOJOK.CO
Otomojok

Pengalaman Dianggap Nekat dan Gila ketika Menempuh Nyaris 22 Jam Naik Kereta Api dari Ujung Barat Pulau Jawa Sampai ke Ujung Paling Timur

24 November 2025
Rembang amat butuh kereta api karena perjalanan pakai bus di pantura amat menyiksa MOJOK.CO
Ragam

Rembang Sangat Butuh Kereta Api karena Perjalanan di Jalan Pantura Amat Menyiksa

19 November 2025
Detik-detik KA Purwojaya Anjlok: Cerita dari Penumpang Gerbong 8 Nomor Kursi 13 MOJOK.CO
Aktual

Detik-detik KA Purwojaya Anjlok: Cerita dari Penumpang Gerbong 8 Nomor Kursi 13

25 Oktober 2025
Ilustrasi Stasiun Kalasan di Sleman yang terbengkalai - MOJOK.CO
Liputan

Saat KAI Masih Sibuk Mengkaji Pembukaan Stasiun Kalasan, Warga Sudah Muak dengan Anak Muda yang Menjadikannya Tempat Maksiat

14 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.