Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Yogyakarta Berhati Banjir: Ketika Pemerintah Mengadu Warga dengan Bencana

Ketika bencana sudah terjadi di wilayah yang tidak seharusnya, artinya wilayah tersebut sudah sangat buruk. Mau berlaku lambat lagi dalam merespons bencana? Mau menunggu warga jadi korban untuk kesekian kali lagi?

Moddie Alvianto W. oleh Moddie Alvianto W.
3 Mei 2023
A A
Jogja Berhati Banjir: Ketika Pemerintah Mengadu Warga dengan Bencana

Ilustrasi Jogja Berhati Banjir: Ketika Pemerintah Mengadu Warga dengan Bencana. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Banjir terjadi di wilayah yang tidak seharusnya. Sebuah peringatan akan bahaya yang mengintai Yogyakarta! Mari korbankan warga!

Dua hari yang lalu, saya menyaksikan sebuah fenomena yang sebelumnya belum pernah terjadi di Yogyakarta. Saat ini saya sudah berusia 32 tahun. Selama puluhan tahun hidup di sini, terpotong masa-masa kuliah di Malang, saya belum pernah menyaksikan kota ini banjir!

Bahkan nggak bisa lagi di sini kita pakai istilah “kota”. Istilah tersebut pasti akan mengarah ke wilayah administrasi Kota Jogja saja. Padahal, banjir terjadi di dua titik yang sebelumnya nggak pernah banjir sampai merendam sepeda motor. Sungguh sangat merata, dari utara sampai selatan. Dari ringroad utara sampai ringroad selatan. Banjir semua! Jadi, sah disebut kalau banjir ini terjadi di administrasi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sebelumnya hanya genangan

Saya masih ingat betul rutinitas di Yogyakarta, medio 2015, “banjir” hanya terjadi di depan Ambarrukmo Plaza (Amplaz). Hujan deras dan terjadi dalam waktu yang lama pasti akan menyebabkan banjir di sana. Namun, perlu kita sepakati bersama bahwa yang terjadi di depan Amplaz itu sebenarnya bukan banjir. Peristiwa di depan mall itu hanya sebatas genangan air. Sepeda motor masih bisa melintas dan ketinggian air paling hanya beberapa sentimeter.

Melompat ke 2022, saya melintas di ringroad selatan ketika hujan turun dengan sangat deras. Angin kencang juga menyertai perjalanan saya untuk menuju ke sebuah warung mie ayam yang mulai hits kala itu. Dari perempatan Jalan Parangtritis mengarah ke timur hingga perempatan Imogiri barat, saya juga melihat “banjir” di bagian jalur cepat. Namun, sama seperti kejadian di depan Amplaz, di sana masih masuk dalam kategori genangan air saja.

Pada tahun yang sama, mulai muncul berita soal “banjir” di Yogyakarta, khususnya underpass Kentungan dan Jalan Magelang. Kejadian ini sebetulnya nggak begitu bikin saya terlalu kaget. Ya maaf sebelumnya, saya selalu skeptis terhadap kualitas pembangunan sebuah infrastruktur di Yogyakarta, khususnya yang berhubungan dengan hajat hidup orang banyak. Misalnya underpass atau perbaikan jalan rusak.

Bagaimana bisa, drainase dari underpass yang masih terhitung baru, malah tergenang oleh air hujan. Nggak peduli hujannya deras atau tidak, kalau bangunan baru, seharusnya masih bisa diandalkan. Masuk akal, bukan? Kalau merasa aneh dengan banjirnya underpass di Yogyakarta, saya malah curiga sama nalarmu.

Yah, pada akhirnya, yang terjadi di Amplaz, ringroad selatan hingga barat, dan dua underpass baru sebatas genangan. Kalau ngomong soal banjir, sih, seharusnya gambaran Jakarta yang muncul.

Banjir di wilayah yang tidak semestinya

Pembaca yang baik bisa dengan mudah menemukan berbagai video yang menggambarkan “banjir parah” di Yogyakarta baru-baru ini. Genangan air sudah hampir setinggi sepeda motor. Bahkan ada yang menunjukkan sebuah sepeda motor itu hanya kelihatan joknya saja. 

Silakan membayangkan biaya yang harus dikeluarkan warga untuk servis setelah motornya mogok karena banjir. Siapa yang akan menutup semua biaya yang disebabkan oleh drainase Yogyakarta yang nggak mumpuni? Saya berani bertaruh bahwa si pemilik yang harus menderita karenanya.

@daya_hadid HATI-HATI YANG SEDANG MELINTAS DI DAERAH RINGROAD UTARA #jogja #Banjir #jogja24jam ♬ suara asli – 𝙢𝙪𝙨𝙞𝙠 𝙟𝙖𝙬𝙖

Wilayah Condongcatur (Sleman), yang beririsan dengan ringroad utara saja sudah kebanjiran. Bukankah itu agak sulit diterima oleh akal sehat? Nah, kalau Condongcatur saja bikin heran, apa kabar wilayah Dongkelan (Bantul) yang beririsan dengan ringroad selatan? Semakin bikin bingung, kan.

Masih tentang banjir area ringroad selatan Yogyakarta, bangunan yg udah setengah meter lbh tinggi dari jalan air masih masuk, motor macet semua kerendem | @katarinaastryn pic.twitter.com/n4ngP8MOrR

— Merapi Uncover (@merapi_uncover) May 1, 2023

Untuk menjadi konteks bagi pembaca, daerah Dongkelan, khususnya bagian jalan raya hingga pemberhentian bus, mempunyai jalan aspal yang bagus. Seharusnya, ini logika saya saja, daerah dengan jalan yang bagus, seharusnya mempunyai saluran air yang juga mumpuni. Yah, sebatas supaya aktivitas warga tidak terganggu karena genangan air yang semakin tahun semakin tinggi.

Iklan

Level berbahaya di Yogyakarta sudah semakin naik

Melihat kondisi di atas, menurut saya, level berbahaya di Yogyakarta itu sudah semakin naik. Maksud saya begini. Pertama, sebaiknya kita jangan meremehkan genangan air yang semakin tinggi hingga bisa disebut sebagai banjir. Fenomena ini menunjukkan bahwa mitigasi bencana, khususnya banjir, di Yogyakarta itu masih terlalu rendah. Pembangunan gorong-gorong dan saluran air ternyata nggak bisa menolong.

Genangan air yang semakin tinggi juga sangat membahayakan pengendara, khususnya sepeda motor. Sangat mungkin terjadi pengendara motor terjerembab ke lubang jalan, yang ironisnya, belum disentuh oleh pemerintah provinsi Yogyakarta. 

Iya, kalau ngomongin perbaikan jalan, seakan-akan sedang membicarakan soal kiamat. Kita tahu pasti akan terjadi, tapi entah kapan. Nunggu tahun politik demi elektabilitas omong kosong? Eh, di Yogyakarta ada soal bahasan elektabilitas? Nggak ada, sih, kayaknya.

Dua hari setelah banjir di wilayah yang tidak semestinya itu, memang, genangan air sudah surut. Namun, di lampu merah Condongcatur, misalnya. Kamu bisa melihat kerusakan jalan semakin bertambah. Solusinya ya kudu gerak cepat. Apalagi saat ini masih sering turun hujan di Yogyakarta. Sesederhana itu, lho.

@febrianayh #banjir #bantul #dongkelan #1mei2023 ♬ suara asli – FebrianaYH

Membenturkan warga dengan bencana

Saya tidak tahu dengan wilayah lain, tetapi di Yogyakarta, seakan-akan warga itu “dipaksa” untuk head to head dengan bencana. Yang saya maksud bencana di sini bukan sebatas banjir, gempa, atau tanah longsor. Bencana bagi warga bisa berupa kecelakaan parah karena melintasi jalan rusak, yang brengseknya, tak kunjung diperbaiki.

Coba saja melintas di Jalan Kapten Haryadi di Sleman. Sejak isu jalan rusak menjadi viral, hingga saat ini, lubang di jalan belum diperbaiki. Malah ada beberapa warga yang harus “rela” patungan menambal jalan rusak itu dengan karung berisi tanah. Ke mana pemerintah?

Biasanya, kalau dikritik, Pemkab Sleman akan bilang bahwa Jalan Kapten Haryadi adalah kewenangan Pemprov Yogyakarta. Iya, saya bisa memahami. Namun, bukankah Pemkab bisa terus-menerus menekan Pemprov untuk segera mengaspal ulang? Sesederhana itu, lho. Kalau perlu, progres dari tuntutan Pemkab dibagikan ke media sosial supaya warga bisa mengawal.

Akhir kata, saya berharap banjir di wilayah yang tidak seharusnya kemarin menjadi peringatan keras bagi pemerintah Yogyakarta. Ketika bencana sudah terjadi di wilayah yang tidak seharusnya, artinya wilayah tersebut sudah sangat buruk. Mau berlaku lambat lagi dalam merespons bencana? Mau menunggu warga jadi korban untuk kesekian kali lagi?

Urip mati kui dinggo Gusti Allah. Ora dinggo sebuah wilayah. Ngoten!

Penulis: Moddie Alvianto W.

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Pemda Jogja Memang Serakah dan Seharusnya Tahu Diri dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.

Terakhir diperbarui pada 15 Oktober 2023 oleh

Tags: ambarrukmo plazaamplazbanjir dongkelanbanjir YogyakartacondongcaturJogjajogja banjirringroad utaraYogyakarta
Moddie Alvianto W.

Moddie Alvianto W.

Analis di RKI. Tinggal di Yogyakarta.

Artikel Terkait

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO
Liputan

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.