MOJOK.CO – Guna membantu Najwa Shihab agar level kehaluannya ke Pak Terawan nggak semakin akut, saya mau kasih saran untuk program Mata Najwa.
Mbak Nana, panggilan akrab Najwa Shihab, akhirnya benar-benar tidak bisa menahan kerinduan. Bak gadis yang merindukan kepulangan kekasih dari medan perang, kerinduan seorang Najwa Shihab terhadap Pak MenKes Terawan benar-benar berada di ubun-ubun.
Sampai akhirnya demi melampiaskan kerinduannya sama Pak Terawan, Mata Najwa bikin sesi wawancara khusus bareng kursi kosong yang dia anggap itu adalah Pak Terawan. Benar-benar perwujudan sebuah kehaluan tingkat tinggi dari Mbak Nana yang pengin banget ketemu Pak Terawan.
Seorang Najwa Shihab yang dikenal sebagai presenter kritis, pedas, dan cukup suka nge-satir kayak Mojok kali ini benar-benar mendapatkan tantangan yang luar biasa.
Kita tahu sudah banyak narasumber yang bertekuk lutut dan lumayan terpojok dengan pertanyaan-pertanyaan Mbak Nana. Beberapa pejabat yang punya nama besar sudah dihadapi seorang Najwa Shihab.
Namun dari banyaknya pengalaman mewawancarai para pejabat yang punya nama besar, belum ada yang bikin program Mata Najwa sampai benar-benar mandek dan dibuat frustasi. Dan orang yang berhasil membuat seorang Najwa Shihab and the gank nggak tahu harus ngapain lagi adalah Pak Menkes kita tercinta, Pak Terawan.
Waw, benar-benar menteri yang luar biasa.
Harus dipahami juga, Pak Terawan selama masa pandemi ini memang sudah kayak artis yang selalu dinanti kemunculannya oleh fans. Cuma Raffi Ahmad sama Ariel Noah kayaknya yang bisa menyaingi blio ini.
Lah gimana?
Pak Terawan ini sampai perlu jarang muncul di depan publik saking terkenalnya. Apalagi setelah sebelumnya sering cengar-cengir di layar kaca sambil tebar optimisme Indonesia nggak bakal terserang corona.
Hal-hal itu harus diakui membuat publik semakin rindu kehadiran blio. Dan tak ada yang pernah menyangka bahwa salah satu yang merindukannya itu adalah seseorang seperti Najwa Shihab. Hebat banget kan?
Mengaku berkali-kali mencoba mengundang Pak Terawan untuk hadir di acara Mata Najwa, namun selalu dicuekin membuat Najwa Shihab mau tidak mau harus ngehalu. Maklum, fans yang pengin banget ketemu artis idolanya, tapi nggak kesampaian, biasanya juga gitu. Ya solusinya cuma bisa ngehalu.
Mohon dimaklumi aja ya, Pak Terawan, ya?
Agak kasihan memang ngeliat Mbak Nana kali ini. Sudah kayak kawan saya yang pengin ketemu Lee Min-ho dan menganggap guling adalah Lee Min-ho, lalu si guling diajak ngomong. Benar-benar menyedihkan.
Kalau saya jadi Pak Terawan, lalu melihat kelakuan Najwa Shihab yang ngehalu kayak gitu, saya paling bakalan cuma cengengesan sambil bilang, “Nungguin ya?” lalu kembali cengar-cengir.
Nah, guna membantu Mbak Nana agar level kehaluannya nggak semakin akut. Saya mau ngasih saran supaya Pak Terawan mau hadir di acara Mata Najwa atau setidaknya mau aja deh gitu diwawancarai Mbak Nana.
Pertama, sebenarnya apa yang dilakukan Najwa Shihab sudah benar. Bukan, bukan, bukan soal wawancara sama kursi, tapi soal betapa legowonya tim Mata Najwa mau ngasih contekan demi seorang Pak Terawan mau datang.
Itu adalah sebuah langkah yang seharusnya mujarab dilakukan demi memancing ketertarikan Pak Terawan. Dengan memberi bocoran pertanyaan, paling tidak tim Pak Terawan bisa riset-riset dulu untuk cari data-data positif.
Apalagi kebiasaan Najwa Shihab yang suka kasih pertanyaan kritis ke politikus, kan suka bikin keder. Makanya, perlu lah untuk kasih contekan pertanyaan wawancaranya dulu ke Kementerian Kesehatan.
Meski begitu, jauh di dalam lubuk hati, saya yakin untuk ukuran Pak Terawan, contekan yang dikasih Najwa Shihab kayak gitu nggak bakal terlalu berguna.
Pada posisi lain, saya malah melihat pemberian contekan merupakan bentuk penghinaan Mata Najwa bagi Pak Terawan. Seolah-olah Pak Menkes kita tak bakal mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan kritis.
Menteri kesehatan terbaik dunia kok, ngapain butuh contekan? Dikira Pak Terawan mau ikut tes CPNS kali ya?
Jadi bukan tidak mungkin alasan Pak Terawan ogah hadir itu justru karena dikasih contekan pertanyaan itu. Dan bisa dibilang ini salah satu blunder terbesar yang pernah dilakukan Mata Najwa. Narasumber ogah hadir karena merasa diremehkan.
Cara kedua, supaya mau ditemui, barangkali Najwa Shihab harus kena corona dulu, sembuh sehat walafiat, lalu baru Pak Terawan mau menghadiri undangan.
Hajegile, harus gitu, Buos?
Iya mungkin saja.
Soalnya levelnya Pak Terawan ini sudah cukup tinggi. Presiden Jokowi ngamuk aja posisi beliau tetap bergeming, nggak bisa dievaluasi. Di situ-situ mulu. Bahkan kalau Najwa Shihab jadi presiden sekalipun, Pak Terawan belum tentu mau datang juga buat ditanya-tanya.
Kalau sampai level presiden aja kayaknya udah nyerah gitu, lalu apa dong yang tersisa? Ya Mbak Nana dan Mata Najwa mengundang Pak Menteri sebagai korban langsung dari kebijakan-kebijakan yang ada selama ini.
Toh, uniknya, meski lumayan tersembunyi gerak-geriknya selama pandemi ini, Pak Terawan biasanya justru suka hadir di acara-acara seremonial atau peninjauan tempat-tempat yang berkaitan dengan virus corona.
Coba ingat-ingat ketika Pak Terawan menghadiri acara seserahan jamu buat pasien yang sembuh dan menghadiri acara penganugerahan duta corona yang suangat-penting-buat-bangsa itu.
Bahkan—bukan tidak mungkin—selain bakal ketemu Pak Terawan, Mbak Nana nantinya juga bakal dikasih gelar duta jurnalis anti-corona dan dikasih jamu anti-corona. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.
Ini juga menjadi gambaran bagaimana negeri ini dijalankan oleh pemerintah kita sekarang ini. Bahwa yang penting itu seremoni dan upacaranya dulu, perkara hasil di lapangan baik atau buruk, ya monggo lihat seremoninya saja. Nggak usah lihat yang lain.
Kayak ide pilkada jalan terooos misalnya. Seremoninya dulu aja yang penting. Keselamatan rakyat? Ya bisa lah dicari alternatifnya. Benar begitu kan, Pak?
Lalu, langkah terakhir, sebuah cara paling realistis menurut saya. Najwa Shihab dan kru Mata Najwa sebaiknya berhenti ngehalu. Sudahi khayalan wawancara via rogo sukmo bareng Pak Terawan. Sudah, diterima aja ketidakhadiran ini.
Anggap saja Menkes Indonesia itu kayak bawang kothong. Yang ikut permainan, tapi nggak pernah bisa kalah. Atau dianggap kayak peyek di rumah makan Padang aja. Perlu adanya, tapi bukan pilihan utama. Nggak dibeli juga nggak apa-apa.
Lagian, namanya juga menteri kesehatan, wajar maunya cuma mengurusi perkara-perkara yang sehat. Perkara yang ruwet dan nggak bikin sehat, memang sebaiknya nggak diurusin sih.
Jadi maaf ya Pak, kalau kami sebagai rakyat udah ngerepotin Bapak selama ini. Apalagi gerundelan rakyat kayak kami ini sampai bikin elite kayak Bapak jadi mudah darah tinggi, pusing, gelisah, nggak bisa tidur.
Tetap sehat, Pak Terawan. Jangan sakit.
Silakan kembali hadir di depan publik kalau keadaan sudah membaik dan sudah sehat walafiat semua rakyatnya. Plus jangan lupa, seremoni dan upacara syukurannya, ya, Pak, ya kalau ini semua sudah berlalu.
Nah, baru setelah itu semua terjadi, Pak Terawan pasti mau hadir di Mata Najwa lagi.
BACA JUGA Apa Sih Pentingnya Meminta Terawan Tampil ke Publik? atau tulisan Muhammad Farid Hermawan lainnya.