MOJOK.CO – Makasih Pemda Jogja yang memberikan solusi cerdas dengan melarang warga untuk keluar rumah di kala musim liburan. Solutif sekali.
Kalian kaget nggak ketika Kabag Tata Kota Pemerintah Jogja, Taokhid menghimau agar masyarakat Jogja dapat menahan diri untuk tidak bepergian selama liburan dan di rumah saja? Kalau saya sih nggak kaget. Malah saya selalu menunggu-nunggu, kira-kira pernyataan lucu macam apa yang bakalan keluar menjelang dan sesudah Natal. Biasanya makin lucu menjelang pergantian tahun
Pernyataan di atas itu keluar ketika pelancong mulai menyesaki Jogja. Bus-bus pariwisata mondar-mandir di dalam kota. Jalanan penuh, macet, kemudian kantong parkir berkurang drastis. Akibat kondisi seperti ini, dikhawatirkan, beberapa warga Jogja akan bersitegang menyalahkan para pelancong. Padahal, yang salah ya bukan pelancong dong. Pelancong-pelancong ini hanya ingin membakar uang yang mereka kumpulkan berbulan-bulan untuk liburan di sebuah kota yang melabeli dirinya kota wisata.
Solusi cerdas dari Pemda
Makanya, pernyataan Kabag Tata Kota Pemerintah Jogja itu sama sekali nggak aneh. Sebuah pengingat demi kebaikan warganya sendiri. Ini bukti cinta dari Pemda yang sangat konsisten memikirkan kondisinya warganya, baik kondisi kejiwaan maupun fisik.
Lho, sejak dulu, Pemda itu sudah punya pakem mengatasi masalah. Sebuah pakem yang dijalankan secara konsisten dan perlu kita apresiasi. Pemda mana yang bisa konsisten menerapkan sistem? Ya mana ada.
Coba kita mundur ke 2019. Waktu itu, Pemda mengingatkan bahwa sewaktu musim liburan seperti sekarang, warga Jogja diimbau untuk tidak pergi-pergi kalau nggak perlu amat. Apalagi kalau ternyata warga lokal itu punya mobil.
Kurang baik apalagi Pemda Jogja itu? Mereka itu gemati atau sangat sayang sama warganya sendiri. Mereka mengingatkan kita untuk nggak perlu main naik mobil. Lha wong kita nggak punya mobil!
Pesan tersirat lainnya adalah kita jangan kemaki ambil duit di pinjol demi uang muka beli mobil. Ingat, UMR yang full senyum itu cuma cukup buat membeli beras dan bayar gas. Nggak usah aneh-aneh kamu warga lokal bau matahari!
Cara pintar mengatasi klitih
Itu soal masa liburan. Wujud tresno Pemda Jogja kepada warganya juga terlihat ketika terjadi krisis klitih. Sebuah krisis yang maunya disebut “kejahatan jalanan” biar penyebabnya menjadi kabur dan kita nggak kepikiran. Baik banget, kan kita jadi nggak takut. Nah, Pemda punya ide yang sangat solutif untuk klitih.
Jadi, mereka melarang warga, khususnya anak-anak dan remaja, untuk keluar malam. Istilah kerennya sih “jam malam”. Ini sangat jenius, lho. Klitih kan terjadi kalau malam hari. Maka, klitih tidak akan terjadi jika tidak ada manusia di malam hari. Hayo, baru kepikiran, kan? Iyalah. Saya saja hampir menangis saking terharunya ketika menulis ini. Makasih, Pemda Jogja.
Apa? Mencari akar masalah klitih dan menyelesaikannya? Aduh, itu ribet banget. Nggak cocok untuk Pakdhe dan Budhe di Pemda yang bekerja sangat keras setiap harinya sampai nggak tidur. Solusi kok ribet. Harus penyuluhan sampai akar rumput, melakukan pengawasan, koordinasi sama polisi, dan lain-lain. Halah, ribet.
Solusi itu mbok ya yang simpel. Jam Malam. Sudah. Beres. Gimana dengan pelaksanaannya? Eh, warga Jogja, kan Pemda sudah ngasih ide. Perkara jam malam itu jalan atau nggak ya terserah kita. Pokoknya warga yang harus repot.
Baca halaman selanjutnya….