Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

UMKM Tulang Punggung Ekonomi Adalah Jargon yang Bikin Saya Muak karena Menjadi Wujud Kegagalan Pemerintah Menyediakan Lapangan Kerja

Muhamad Iqbal Haqiqi Maramis oleh Muhamad Iqbal Haqiqi Maramis
6 Juni 2025
A A
UMKM “Tumbal” Pemerintah Indonesia yang Nggak Becus Kerja MOJOK.CO

Ilustrasi UMKM “Tumbal” Pemerintah Indonesia yang Nggak Becus Kerja. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – UMKM seolah-olah “dipaksa” jadi tulang punggung ekonomi dan dibiarkan lestari sehingga beban penyerapan tenaga kerja hanya diserahkan ke mereka. 

“UMKM adalah tulang punggung perekonomian Indonesia. Saat krisis, UMKM yang paling mampu bertahan dan menjaga denyut ekonomi bangsa.” Begitulah kata Joko Widodo dalam pidato kenegaraan HUT ke-76 RI, tahun 2021.

Entah sudah berapa kali beliau dan pejabat lain mengeluarkan pernyataan yang menempatkan UMKM seolah satu-satunya harapan bagi perekonomian Indonesia. Saya pribadi sudah pada tingkatan muak setiap mendengar pernyataan dengan nada seperti itu. Pasalnya, UMKM ini seolah-olah “dipaksa” jadi tulang punggung ekonomi dan dibiarkan lestari sehingga beban penyerapan tenaga kerja hanya diserahkan ke mereka.

Di lini masa X, baru-baru ini pun terjadi perdebatan soal ini. Ada sebuah tweet yang menyebut “stop romantisasi UMKM.” Konteksnya karena banyak pekerja yang dibayar di bawah UMR. Nah, pernyataan itu kemudian mendapat respons sebaliknya. Menurut banyak netizen, kondisi itu wajar, toh mereka UMKM, mau mengharap apa? Omset mereka kan nggak seperti korporasi besar.

Lalu, apa mau dinormalisasi? Lantas, untuk apa ada aturan tentang batasan upah minimum?

Di sisi lain, ada tanggapan dari netizen yang menarik. Dia menyebut bahwa glorifikasi UMKM sebetulnya adalah dalih pemerintah yang tidak sanggup menyediakan lapangan kerja layak bagi warganya. Dan terus terang saja, saya sepakat dengan tanggapan tersebut.

Mau sampai kapan?

Saya tak menafikan bahwa UMKM punya peran yang sangat penting dalam menyerap tenaga kerja dan menstimulasi ekonomi di tingkat lokal. Kontribusinya ke PDB juga mencapai lebih dari 60%. 

Pertanyaannya adalah mau sampaikan kapan? UMKM, dengan keterbatasannya dalam skala produksi dan tata kelolanya, tidak bisa menjadi sebagai tumpuan jangka panjang. Apalagi untuk menjadi solusi pengentasan tingkat pengangguran, khususnya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sebaliknya, memelihara UMKM adalah bukti miskinnya inovasi kebijakan dari pemerintah yang orientasinya menstimulasi sektor usaha besar. Dalam hal ini adalah industrialisasi.

Yang ada, akan makin menormalisasi pemberian upah tak layak karena dalih mereka yang kualitas dan kapasitas produksinya yang terbatas. 

“Kami kan UMKM, hanya bisa ngasih upah ya segini!”

Harus ada kebijakan dari pemerintah yang seimbang agar UMKM dapat tumbuh tanpa mengorbankan efisiensi ekonomi secara keseluruhan. Tumbuh di sini ya supaya skalanya nggak “kecil dan menengah” lagi, melainkan usaha besar yang punya kapasitas produksi minimal di skala nasional.

Sering kita melihat pemerintah memberikan insentif. Baik melalui subsidi, kredit usaha rakyat, atau bantuan dalam bentuk lainnya. Tapi sadar nggak sih, kebijakan insentif ini seperti pedang bermata dua. Bahkan bisa menjadi racun.

Baca halaman selanjutnya: Wujud pemerintah yang nggak becus kerja ya seperti ini.

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 6 Juni 2025 oleh

Tags: gaji UMKMgaji umrUMKMUMKM tulang punggung ekonomiumr
Muhamad Iqbal Haqiqi Maramis

Muhamad Iqbal Haqiqi Maramis

Penyuka nasi goreng.

Artikel Terkait

Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
WhatsApp dan UKMINDONESIA.ID gelar pelatihan digital untuk UMKM Jogja MOJOK.CO
Kilas

Pelatihan WhatsApp untuk Pelaku UMKM di Jogja, Adopsi Digital buat Hadapi Beragam Tantangan Usaha  

20 November 2025
Anggota LKS SAPADIFA di Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Jogja belajar menganyam bambu. MOJOK.CO
Liputan

Penyandang Disabilitas di Bantul Manfaatkan Pohon Bambu yang Melimpah di Desanya Jadi Produk Bernilai Jual Tinggi

31 Oktober 2025
Pengunjung menikmati Borobudur Sunrise di Magelang. (Doc. InJourney)
Kilas

Pengalaman Wisatawan Menikmati Borobudur Sunrise, Datang dari Subuh untuk Melihat Rona Matahari Jingga

20 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.