MOJOK.CO – Seorang lelaki mendapat tiga nasihat dari seekor burung. Baru saja nasihat itu dikatakan, ia sudah melanggarnya. Oh, dasar manusia.
Alkisah ada seorang laki-laki sedang berjalan di sebuah jalanan sepi yang ditumbuhi banyak pohon di pinggirnya. Tiba-tiba ia melihat seekor burung hinggap di ranting rendah, tak begitu jauh dari jangkauan tubuhnya. Tanpa menyadari tujuan untuk apa, lelaki itu secara refleks melompat dan menangkap burung tersebut.
Ia kemudian memeriksa jenis burung dalam genggaman tangannya. Setelah meihat-lihat sejenak, Ia putuskan untuk merawat si burung dalam sebuah sangkar. Lelaki itu tersenyum membayangkan kicau merdu burung sebentar lagi akan menghiasi suasana rumahnya. Dengan hati gembira, ia melangkahkan kaki menuju rumah.
Namun, baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba burung tersebut berbicara.
“Hai, teman, lepaskanlah aku. Aku mohon!”
Laki-laki tersebut terkejut dan menghentikan langkahnya. Ia belum benar-benar percaya. Lalu dilihatnya burung tersebut lebih dekat.
“Teman yang baik, lepaskanlah aku… aku mohon,” pinta si burung.
“Bagaimana kau bisa berbicara?” tanya laki-laki tersebut.
“Itulah… aku burung istimewa. Oleh karena itu, jika kau melepaskanku, aku akan memberimu beberapa nasihat yang sungguh akan sangat berguna bagimu.”
Si laki-laki masih terdiam.
“Ayolah! Lepaskan aku. Kau bisa melihat dan mendengar sendiri aku bisa berbicara. Nasihat dari burung yang bisa berbicara pasti istimewa.”
Laki-laki tersebut masih menimbang.
“Baiklah. Aku akan memberi nasihat atas tiga hal padamu jika kamu mau melepaskanku. Untuk menyakinkanmu bahwa aku tidak bergurau, nasihat pertama akan kusampaikan saat aku ada dalam gengaman tanganmu, lalu akan kulanjutkan nasihat kedua saat terbang hinggap mencapai dahan, serta nasihat terakhir akan kuberikan saat telah terbang ke puncak pohon itu,” papar si burung.
“Jika kau masing tidak yakin, kau bisa melepaskanku setelah nasihat pertama kusampaikan. Tapi, kamu harus memberi persetujuan terlebih dahulu. Bagaimana, teman?”
“Baiklah kalau begitu,” jawab laki-laki tersebut. Si Laki-laki akhirnya menyetujui dan meminta burung segera mengatakan nasihat pertamanya.
Nasihat pertama, “Jika kamu kehilangan sesuatu yang berharga, bahkan bila itu sesuatu yang kamu anggap paling berharga dalam hidup ini, jangan pernah menyesalinya.”
Mendengar nasihat bijak ini, ia semakin tertarik dan akhirnya melepaskan burung tersebut. Burung itu terbang dan hinggap di sebuah dahan pohon.
“Ayo, burung, keluarkan nasihat keduamu. Aku telah melepaskanmu,” pinta laki-laki.
Nasihat kedua, “Jangan pernah percaya apa pun yang berlawanan dengan panca indra dan akal sehatmu.”
Setelah nasihat kedua, burung tersebut dengan sangat tangkas terbang di pucuk pohon yang tak seberapa tinggi. Burung itu dengan raut gembira berucap,
“Sungguh malang nasibmu mau-maunya kubohongi. Sebenarnya terdapat dua berlian indah yang berukuran besar di dalam tubuhnku yang bisa membuatmu kaya raya. Harusnya kamu tadi membunuhku, bukan malah melepaskanku. Bodoh sekali kau! Benar-benar bodoh!”
Laki-laki tersebut marah. Ia merasa dibohongi oleh si burung. Namun, apa daya, burung telah terlepas dari genggamannya. Untuk mengobati rasa sesalnya, ia berucap,
“Baiklah. Kau berhasil menipuku. Namun, tolong aku minta, tolong katakan padaku nasihat ketiga yang kau janjikan sebelumnya.”
Si burung segera menimpali,
“Tak salah aku, kamu memang benar-benar bodoh! Nasihat pertama dan kedua yang telah kusampaikan baru saja kamu melanggarnya, sekarang kamu ngotot meminta nasihat ketiga. Pada nasihat pertama, kunasihati kau agar jangan pernah menyesali sesuatu yang hilang darimu, namun kulihat sendiri kau menyesali keterlepasanku. Dan pada nasihat kedua, kau kunasihati jangan percaya pada sesuatu yang berlawanan dengan penglihatan dan akalmu, kau terlihat percaya dan kecewa saat kusebutkan bahwa aku mempunyai berlian besar. Kau benar-benar mempercayai aku memiliki berlian besar. Jelas itu tak mungkin. Aku tak memiliki berlian yang besar karena mana mungkin aku kuat mengangkatnya. Itu benar-benar sungguh di luar akal sehat.”
“Kau,” tambah si burung, “memang bodoh! Kau benar-benar terbelenggu dan dipandu oleh keinginan dan harapan-harapanmu dalam menjalani hidupmu, daripada dibimbing oleh akal sehat dan pengetahuanmu. Benar-benar persis seperti manusia-manusia lain pada umumnya. Oh, dasar manusia!”
Dinukil dan disadur serta dikembangkan dari Idries Shah Tale of Dervish, 1969.
Baca edisi sebelumnya: Makhluk yang Dipandu Kebiasaan, Bukan Pikiran dan artikel kolom Hikayat lainnya.