Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Tak Ada Yang Lebih Tabah dari Puasa di Bulan Juni

Cepi Sabre oleh Cepi Sabre
22 Juni 2017
A A
ESAI hoax dan ujaran kebencian jonru genting

ESAI hoax dan ujaran kebencian jonru genting

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Walaupun tidak sepenuhnya berlangsung di bulan Juni, sebagian besar hari-hari puasa tahun ini berada di bawah naungan rasi bintang gemini. Tapi, tidak seperti kebanyakan orang yang berzodiak gemini yang umumnya bersifat tidak stabil, bulan puasa di Juni ini justru terasa adem ayem, bahkan nyaris tidak terasa kehebohannya.

Hal ini, pertama, kemungkinan besar karena puasa jatuh di bulan Juni sehingga orang-orang jadi lebih tabah, tidak seperti bulan puasa di tahun-tahun sebelumnya. (Judul tulisan ini tentu akan mengingatkan orang bahwa bulan Juni adalah bulannya penyair Sapardi Djoko Damono. Malah sebenarnya lebih tepat kalau dikatakan bahwa “tak ada yang lebih tabah daripada penyair Sapardi di bulan Juni.” Lha setiap bulan Juni nama Pak Sapardi selalu ditandai banyak orang di bawah puisi “Hujan Bulan Juni”-nya. Bisa dibayangkan bagaimana sibuknya beliau membuka-buka hapenya cuma buat membaca puisinya sendiri, lagi dan lagi.)

Kedua, bisa jadi karena bulan Juni selain dianggap sebagai bulannya penyair Sapardi, juga dikenal sebagai bulan Pancasila. Apalagi presiden kita, yang rajin bagi-bagi sepeda itu, memperkenalkan jargon baru, “Saya Indonesia, saya Pancasila.”

Alih-alih mengganti foto profilnya dengan gambar-gambar bernuansa Ramadan, netizen malah beramai-ramai membagikan gambar burung Garuda yang buat sebagian orang dianggap berhala dan thaghut.

Bulan puasa ini harus diakui memang agak berbeda. Tidak ada lagi ramai-ramai berita soal penutupan warung makan. Kalau bukan petugas Satpol PP-nya yang sudah capek, mungkin karena orang sudah sama-sama paham bahwa toleransi pada akhirnya punya dua sisi. Di tempat yang pemerintah daerahnya mewajibkan warung-warung tutup selama bulan puasa, orang bisa memamerkan betapa tolerannya warga mereka yang dengan “sukarela” menutup sendiri warung makannya. Sementara di daerah yang tidak punya peraturan seperti itu, orang juga bisa menyombongkan betapa tolerannya warga daerahnya yang tetap puasa walaupun warung makan tetap buka.

Mungkin buat warga di kedua daerah itu, hidup sudah seperti di surga. Asal pemerintah daerah masing-masing nggak aneh-aneh bikin studi banding atau program pertukaran penduduk saja. (Bisa-bisa keduanya langsung berasa dikirim ke neraka, dan media sosial kembali ramai dengan perdebatan soal buka tutupnya warung makan.)

Kalau razia warung biasanya ditanggapi oleh netizen dengan membagikan gambar-gambar makanan dan minuman di akun media sosialnya, tahun ini hal itu tidak terlalu dominan. Untuk soal yang satu ini kita patut mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Mark Zuckerberg yang menambahkan fasilitas background bergambar di status fesbuk.

Padahal, kalau mau direnungkan, sejatinya itu adalah ujian dari Mark buat umat fesbuknya. Yang sudah bisa membuat status ber-background diuji toleransinya, sementara yang belum bisa diuji kesabarannya. Pada dua ujian itu, kita terbukti gagal. Yang sudah bisa bolak-balik memamerkan status barunya, yang nggak bisa terus kepikiran gimana caranya bikin status kayak temennya.

Sungguh, di hadapan Mark Zuckerberg, kita adalah makhluk yang masih lemah iman fesbuknya ….

Yang juga membahagiakan dengan bulan puasa tahun ini adalah menurun drastisnya penyebaran berita hoax di media sosial. Mungkin karena orang sudah sadar bahwa berita hoax juga bisa mengurangi amalan puasa. Kalau kemudian hoax soal Mahapatih Gaj Ahmada justru menuai popularitasnya di bulan puasa ini. Mungkin sebenarnya diam-diam kita merindukan berita-berita hoax seperti kita merindukan Pak Harto.

Sepertinya memang ada kerinduan yang dalam antara kita dan berita hoax. Ketika pemerintah menyatakan perang dengan berita hoax, ketika di banyak kota dan media sosial bermunculan grup Turn Back Hoax, di lubuk hati yang paling dalam kita berharap kabar jadiannya Chelsea Islan dengan Bastian Coboy Junior hanyalah kabar hoax. Sepertinya, kita yang masih terguncang dengan kabar tunangannya Raisa belum siap dihantam dengan kabar buruk lain.

Pemerintah tampaknya merasakan kegelisahan hari kita itu. Merasa media sosial sepi dengan perdebatan dan adu urat, serta tren gonta-ganti background status mulai terasa mendrip-mendrip, Kemendikbud memunculkan ide sekolah 8 jam sehari, 5 hari seminggu. Media sosial di bulan puasa ini sempat ramai kembali dengan perdebatan sebelum akhirnya reda setelah Pak Jokowi bagi-bagi sepeda, ehm maksud saya, setelah membatalkan rencana itu.

Pada akhirnya puasa tahun ini tinggal menghitung hari. Tidak ada berita razia warung makan, yang membagikan gambar makanan dan minuman di media sosial tinggal sedikit, penyebaran berita hoax menurun, dan perdebatan mulai jarang.

Praktis ujian buat mereka yang berpuasa tinggal satu: THR. Yang sudah dapat diuji toleransinya, diharapkan tidak pamer, bahkan kalau bisa tidak lupa membayar zakat. Sementara yang belum dapat diuji kesabarannya. Jangan sampai pikiran soal THR mengurangi kekhusyukan ibadah puasa kita.

Iklan

Setidaknya, rengginang di dalam kaleng Khong Guan belum dikenakan Pasal 378 dan KPK tidak menganggapnya sebagai penggelapan.

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2021 oleh

Tags: Gaj AhmadajokowiJuniPuasaSapardi Djoko Damono
Cepi Sabre

Cepi Sabre

Artikel Terkait

Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi.MOJOK.CO
Aktual

Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi

7 Maret 2025
3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini MOJOK.CO
Esai

3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini

26 Februari 2025
Afnan Malay: Membedah Hubungan Prabowo-Jokowi Setelah Pemilu dan Janji Program MBG
Video

Afnan Malay: Membedah Hubungan Prabowo-Jokowi Setelah Pemilu dan Janji Program MBG

18 Februari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.