Pariwisata Jogja memang membangun, tapi juga mengancam
Cukup sulit untuk memahami sisi gelap desa ini dengan kasat mata. Karena perkara geger gedhen, Kasongan masih kalah kondang dengan Kapanewon Kasihan di sebelah utara. Tapi di balik ketenangannya, ada bisik-bisik keresahan dengan status desa ini sebagai desa wisata di Jogja.
Salah satu rekaman dari keresahan ini adalah penelitian bertajuk “Multiplier Efek Kampung Industri Kasongan”. Penelitian ini merekam persepsi masyarakat tentang dampak dari predikat desa wisata pada kehidupan masyarakat Kasongan.
Sebenarnya, dampak negatif pariwisata cukup mirip di berbagai daerah di Jogja. Dari gerusan budaya sampai masuknya budaya konsumtif.
Namun, menjadi ancaman lebih besar bagi Kasongan yang daya tariknya adalah budaya lokal. Individualisme dan konsumerisme yang tidak senada dengan budaya lokal ini makin mengancam. Acara budaya kini bukan lagi kehidupan masyarakat, namun sekadar prosesi penarik wisata.
Dampak lainnya adalah Kasongan Bantul terlalu tergantung pada pariwisata dan industri kreatif. Maka, desa ini menjadi rentan ketika sektor ini terguncang seperti masa pandemi. Pertumbuhan desa wisata dan objek wisata lain di Jogja juga mengancam Kasongan. Maka wajar jika desa ini sering mengalami penurunan kunjungan pariwisata.
Kasongan Bantul Menyongsong gentrifikasi, atau sudah jadi korban?
Meskipun jalan dan kehidupannya gelap, Kasongan tetap menarik bagi banyak orang. Nuansa pedesaan yang artistik membuat desa ini dilirik banyak wisatawan, terutama mancanegara. Daya tarik ini jelas membawa kebaikan. Namun di belakangnya, ada ancaman yang selalu mengintai daerah dengan potensi seperti ini.
Gentrifikasi makin nyata bagi masyarakat. Bahkan desa terkaya ini tetap mengalami dampak negatif dari masuknya modal besar yang menguasai properti di sekitarnya. Pertumbuhan nilai properti di Kasongan sudah tidak terbendung. Diikuti pertumbuhan villa dan guest house yang dikuasai pemodal luar Jogja.
Meskipun menjadi desa terkaya, tidak seluruh penduduk Kasongan dan sekitarnya punya kapital yang kuat. Kelompok ini sering terlewatkan. Penduduk kelompok ekonomi lemah ini yang pelan-pelan tergerus dengan kehadiran investor properti.
Mungkin terkesan positif di mata investasi. Penduduk kaya Kasongan Bantul bersandingan dengan investor demi mengembangkan desa. Namun setiap ada pengembangan, ada juga yang ditebas. Pada akhirnya, Kasongan akan tetap jadi desa terkaya. Dengan memangkas kelompok miskin dari dalamnya.
Tapi Anda tidak akan melihat masalah seperti ini dengan mudah. Kasongan sudah dibalut berbagai narasi indah dan cerita desa kaya raya di Jogja. Namun, ia tetap menyimpan sisi gelap. Hanya mata yang tak silau pada kisah-kisah indah yang mampu melihat. Kasongan tetap gelap. Baik jalannya, ataupun kehidupan di dalamnya.
Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA 4 Jalan Berbahaya di Bantul yang Nggak Disadari Banyak Pengendara dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.