Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Sebagai Guru, Saya Otomatis Berpikir UN Dihapus Itu Maksudnya UN Ganti Baju

Gernatatiti oleh Gernatatiti
12 Desember 2019
A A
ujian nasional dihapus un dihapus nadiem makarim menteri pendidikan kebijakan baru Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter mojok.co

ujian nasional dihapus un dihapus nadiem makarim menteri pendidikan kebijakan baru Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Rabu (11/12) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengumumkan UN dihapus per 2021. Dengan demikian, ujian nasional tahun depan akan menjadi ujian nasional terakhir. Ini beneran kabar baik atau sebenarnya UN tetap ada, tapi namanya saja yang diubah?

“Apa enggak ganti nama doang itu, Mas?” komentar salah seorang murid di grup WhatsApp saat partner saya membagi poster berbunyi “Sah! Ujian Nasional Bakal Dihapuskan”.

Iya, selama satu abad tidak menulis untuk Mojok.co, saya memang sedang gayeng-gayengan jadi fasilitator belajar bagi sekumpulan remaja SMA di sebuah sanggar di sudut selatan Jogja. Pekerjaan ini menyenangkan karena sejak awal kami dimerdekakan untuk merancang sendiri pembelajaran di kelas. Kritik-kritik pribadi saya seputar pendidikan formal bisa bertransformasi jadi aksi belajar yang sungguh berbeda dengan yang terjadi di sekolah umum.

Namun, karena asyik bereksperimen di sanggar, saya jadi apatis terhadap apa yang terjadi di luar. Itu sebabnya saya tidak terpana saat Mas Nadiem Makarim jadi menteri pendidikan. Saya juga tidak bertepuk tangan saat Mas Menteri dikutip berbagai meme karena kutipan “Kita memasuki era di mana gelar tidak menjamin kompetensi…” dan seterusnya.

Maka, ketika kemarin muncul berita bahwa UN dihapus, sebenarnya saya ingin mengambil sikap biasa saja. Toh juga ternyata tetap ada penggantinya. Ya, UN dihapus, tapi ada Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter. Saya mbok yakin, di benak semua guru di seluruh Indonesia ketika mendengar istilah itu pasti akan berpikir,

Baiklah. Apa lagi itu?

Guru-guru kita, kawan-kawan kita yang bekerja sebagai guru, bahkan anak-anak kita yang kelak menjadi guru, boleh dikata adalah jiwa-jiwa tangguh yang adaptif. Mereka, setiap kali kabinet berganti, adalah manusia-manusia yang harus turut siap berganti. Ganti kurikulum, ganti cara menulis rapot, ganti jam kerja.

Sementara di aras orang tua, masalah yang dihadapi tetap sama. Hampir semua kawan saya yang menyekolahkan anaknya di jalur formal, akan mengeluh bahwa beban anak terlalu berat, seperti jam belajar yang terlalu panjang dan materi ajar yang melampaui daya nalar usia anak dan tidak berkorelasi dengan kehidupan anak.

Seperti Chiki, problem pendidikan di Indonesia sesungguhnya hanya ganti kemasan. Isi dan rasanya tetap sama: Gurih, bulet-bulet, dan banyak micinnya.

Jauh di dalam hati kecil saya, ada secercah harapan pendidikan di Indonesia sedang menuju perubahan paradigma. Banyak orang tua gelisah, banyak guru ingin berubah, dan ada satu menteri dengan program-program yang cukup bernyali. Namun, lagi-lagi, apakah Indonesia siap? Karena bicara pendidikan artinya kita tidak hanya bicara tentang paradigma sang menteri pendidikan. Ada kompetensi guru yang harus disertifikasi, ada sekolah keguruan yang perlu dibenahi, ada orang tua yang jaga gengsi.

Dan satu-satunya hal yang jarang sekali menjadi pusat perhatian justru para peserta didik itu sendiri.

Sebelum mengeluarkan kebijakan UN dihapus, Mas Menteri sempat mengimbau guru untuk lebih banyak mengajak siswa berdiskusi. Sebuah ajakan sederhana, sesungguhnya. Namun, pada praktiknya, diskusi bisa terjadi jika dua (atau lebih) anggota diskusi memiliki kesetaraan dalam pola relasi sosial. Jadi, andaikata seorang guru jaim berujar pada murid-muridnya, “Anak-anak, ayo kita diskusi,” bisakah Anda membayangkan murid-murid itu akan bersahut-sahutan memberi pendapat? Saya kok tidak.

Tentu saja, sebagai seorang ibu, saya berharap iklim pendidikan di negeri kita membaik. Biar kelak saya tidak perlu menghabiskan energi mencari sekolah terbaik untuk anak saya setiap ia lulus dari masing-masing jenjang pendidikan. Saya berharap proses mencari sekolah jadi mudah karena semua sekolah adalah sekolah yang menyenangkan. Itu sebabnya saya juga berharap iktikad-iktikad baik Mas Menteri tidak dijegal siapa pun.

Namun, jika seorang manusia meresapi hakikat belajar yang asali, sejatinya slogan “merdeka belajar” bisa tak lagi mengagumkan. Sebab, ia telah mengalami “merdeka belajar di mana saja”. Yang artinya, tidak belajar di sekolah juga tidak apa-apa.

Iklan

BACA JUGA Alasan-alasan Penting Kenapa Wacana UN Dihapus Harus Ditentang atau esai GERNATATITI lainnya.

Terakhir diperbarui pada 12 Desember 2019 oleh

Tags: Nadiem Makarimujian nasional dihapusUN dihapus
Gernatatiti

Gernatatiti

Artikel Terkait

nadiem makarim, pendidikan indonesia, revolusi 4.0.MOJOK.CO
Aktual

Kasus Nadiem Makarim Menunjukkan Kalau Lembaga Pendidikan Sudah Jadi “Inkubator Koruptor”

8 September 2025
Uneg-uneg dari Anak SMP yang Kesel Setengah Mati pada Menteri Pendidikan  MOJOK.CO
Kilas

Uneg-uneg dari Anak SMP yang Kesel Setengah Mati pada Menteri Pendidikan 

6 Januari 2024
Guru Penggerak.MOJOK.CO
Ragam

Program Guru Penggerak Membuat Guru Kewalahan Mengajar, Pilih Mundur ketimbang Gagal Jadi Pengajar yang Baik

13 Desember 2023
Tampilkan Wajah Merdeka Belajar, Ribuan Pelajar Karnaval di Titik Nol. MOJOK.CO
Kilas

Tampilkan Wajah Merdeka Belajar, Ribuan Pelajar Karnaval di Titik Nol

29 Mei 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.