Ternyata Ridwan Kamil bukan anak twitter yang jadi walikota. Melainkan walikota yang biar dianggap gaul mencoba sekuat tenaga jadi anak twitter. Tapi dia gagal. Buktinya dia masih menganggap terlalu serius apa-apa yang ada di Twitter.
Sebagai walikota, Kamil tentu saja perlu bersungguh-sungguh mengelola akun media sosialnya, untuk menjaring aspirasi, memangkas pintu birokrasi yang bertele-tele agar masukan bisa ia baca langsung dari warganya dan yang paling penting, membangun citra positif bahwa ia adalah pribadi merakyat, lebih pintar dari Farhat Abbas, ganteng, bijaksana, dan sayang istri.
Tapi kesungguhan itu tetap saja bukan alasan untuk mengabaikan Hukum Besi Anak Twitter: jangan terlalu serius, Tjoi.
Ada perbedaan besar antara keseriusan dan kesungguhan. Pertama, akar bahasa. Itu ranah para linguis, kita tidak perlu memanjanglebarkan pembahasannya. Kedua, kesan yang ditimbulkan kedua kata itu jauh berbeda.
Jika kesungguhan lebih banyak berasal dari dalam diri untuk sesuatu di luar, keseriusan tak selamanya bersumber dari dalam, seringkali keseriusan diharuskan karena faktor luar. Dengan demikian, hal-hal yang serius biasanya adalah perkara eksternal mendesak. Kesungguhan terkait dengan sesuatu yang benar dan tulus. Sementara serius berhubungan dengan yang gawat dan genting. Kalau tidak percaya, silakan periksa Kamus Besar Bahasa Mojok.
Akibat terlalu serius, Kamil menganggap kicauan @Kemalsept sebagai sesuatu yang gawat dan genting, hingga merasa perlu melaporkannya ke polisi menggunakan UU ITE, undang-undang yang dibikin oleh orang-orang yang juga terlalu serius (bahasa anak Twitter: kurang piknik).
Perhatikan baik-baik cuit @kemalsept ini: @olegunnn UDAH PEREK MAH PEREK AJA SALAM FUCK BUAT SI KUNYUK @RIDWANKAMIL YG ABIS NGEWE SAMA ARIEL GAY CUIH LOL HAHAHA BANDUNG PEREK.
Apa yang serius dari itu sehingga harus ditanggapi sedemikian serius? Ariel gay? Rasanya mustahil bila mencermati penyebab Ariel pernah dibui. Iya, iya, video, video. Gabungan kata dari bahasa Arab dan Inggris yang artinya kontras: salam dan fuck? Yang terakhir artinya keributan, yang pertama artinya kedamaian?
Oke, itu perkara serius para pemuka bahasa, apalagi di sana ada kata “ngewe”, “gay”, “LOL”, dan “perek.” Tapi apa seriusnya, apa gawat dan gentingnya bagi seorang pejabat publik sekelas walikota? Saya kira twit itu bukan sunguh-sungguh gangguan serius bagi satu pun program kerja Pemkot Bandung. Tidak juga memakan anggaran.
Ketika di Yogyakarta reaksi LSM Jatisura yang bersikukuh memenjarakan Florence Sihombing telah dianggap sebagai sesuatu yang tidak baik dan benar, Kamil justru mencontek sikap LSM tersebut. Ganjil rasanya seorang walikota mengikuti perilaku impulsif segerombolan orang yang gampang naik darah.
Semoga Kamil membaca berita bagaimana Sultan Hamengkubuwono X memberi maaf dan menghimbau agar Flo jangan dipenjara & dibiarkan menyelesaikan studi. Harga diri sebuah kota, pada akhirnya, tidak ditentukan oleh gonggongan seseorang di alun-alunnya, melainkan bagaimana kota tersebut memperlakukan manusianya, termasuk si penggonggong.
Gonggongan @kemalsept menjadi sangat serius hanya karena Ridwan Kamil terlalu serius.
Jadi kesimpulannya, dalam hal ini, Ridwan Kamil lebay euy. Ridwan Kamil is overrated.